Suara USU, Medan. FOBO mungkin masih terdengar asing di telinga kita. Kata ini tidak sepopuler FOMO yang belakangan ini ramai diperbincangkan. Secara akronim FOBO merupakan singkatan dari Fear Of Better Options, yang dapat diartikan sebagai ketakutan akan pilihan yang lebih baik.
Hal ini terjadi ketika kita dihadapkan pada terlalu banyak pilihan sehingga membuat kita sulit dalam mengambil keputusan. Fenomena seperti ini sebenarnya sudah terjadi sejak dulu, namun mulai dikaji belakangan ini. Istilah ini pertama kali dicetuskan oleh Patrick McGinnis pada tahun 2004, bersamaan dengan istilah FOMO.
FOBO sendiri tidak sepopuler FOMO dikarenakan di era informasi yang serba cepat ini, FOMO dinilai lebih relevan untuk menggambarkannya. Namun ada satu hal yang sering kali luput, selain informasi yang serba cepat, di era ini kita juga dihadapkan pada situasi dimana kita disajikan terlalu banyak pilihan.
Sebagai contoh kecil tempat makan, dulu ketika cafe dan restoran tidak sebanyak sekarang, kita bisa langsung menentukan tempat makan mana yang mau kita datangi ketika kita ingin makan, kita tidak terlalu lama memutuskan.
Namun sekarang ketika kita ingin makan, kita bisa menghabiskan waktu setengah jam hanya untuk menentukan tempat makan saja, pilihannya terlalu banyak. Ada tempat yang makanannya enak tapi jauh, ada tempat makan yang suasananya instagramable tapi makanannya kurang enak, ada yang enak dan tempatnya bagus tapi harganya mahal. Membingungkan bukan?
Contoh lain ketika ingin memilih pakaian atau (Outfit Of The Day) OOTD, kita bisa lama sekali memilih pakaian bahkan ketika hanya ingin nongkrong dengan teman. Selalu merasa tidak cocok dengan pakaian yang dikenakan padahal hal sepele seperti ini bisa dihindari. Hal ini dikarenakan banyaknya model OOTD yang kita lihat di internet dan membebani pikiran kita dalam memilihnya.
Ada begitu banyak pilihan saat ini, sehingga mempengaruhi kita dalam mengambil keputusan. Hal yang awalnya terlihat sederhana menjadi rumit. Ketika akan memilih sesuatu kita takut pilihan yang kita ambil tidak sesuai dengan ekspektasi kita dan malah menyesal karena tidak mengambil opsi yang lain. Ketakutan akan ada pilihan yang lebih baik.
Mempertimbangkan pilihan tentu bukan hal yang salah, justru bagus karena kita dapat menilai dari berbagai sisi sebelum memutuskan mengambil pilihan tersebut. Hal ini menjadi salah ketika sudah masuk ke ranah yang sepele. Contoh yang tadi dalam memilih tempat makan, hal yang seharusnya mudah malah menjadi rumit.
Hal ini harus dihindari guna memperingan beban pikiran kita dengan hal-hal yang tidak perlu. Memiliki banyak opsi menjadi bagus ketika kita tau apa yang kita mau dan apa yang ingin kita capai. Dalam mengambil keputusan untuk sesuatu yang krusial diperlukan pertimbangan yang matang, namun jangan sampai masuk ke ranah yang sederhana dan malah membebani kita.
Untuk menghindari menjadi manusia jenis FOBO-Sapiens kita harus tau terlebih dahulu apa yang kita mau, menjadi tegas terhadap diri sendiri. Belajar untuk tidak merasa ‘takut’ akan ada pilihan yang lebih baik dari pilihan kita, karena hal tersebut akan selalu ada, karena pada dasarnya manusia tidak pernah merasa puas.
Ketika sudah memutuskan sesuatu sudah seharusnya kita fokus dengan apa yang kita pilih bukan fokus pada hal yang kita lewatkan. Membiasakan diri untuk tidak membebani pikiran dengan hal-hal yang tidak perlu adalah cara untuk menjalani hidup dengan lebih baik.
Redaktur: Yessica Irene
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.