
Reporter: Jesika Yusnita Laoly
Suara USU, Medan. Dalam era globalisasi yang semakin terhubung dengan kemajuan teknologi, Generasi Z tumbuh di tengah arus modernisasi yang kuat. Media sosial, platform tontonan daring, dan internet memberikan akses tak terbatas ke berbagai budaya dari seluruh dunia. Namun, apakah hal ini berarti minat mereka terhadap budaya lokal semakin menurun? Sebaliknya, bukti menunjukkan bahwa Generasi Z atau yang lebih akrab disebut Gen Z memiliki cara unik untuk menggabungkan globalisasi dengan apresiasi yang mendalam terhadap budaya lokal.
Menurut Wulandari dkk (2021), setiap generasi memiliki karakteristik berbeda sehingga tantangan yang dihadapi juga berbeda. Generasi Z cenderung mudah dipengaruhi oleh pemahaman baru dan nilai-nilai eksternal, yang terlihat dari pola hidup yang berubah meniru gaya hidup budaya asing. Muslim dkk (2021) menyoroti tantangan dalam mempertahankan budaya lokal seperti Pencak Silat, di mana kurangnya jumlah atlet berkualitas menjadi masalah. Saputra (2020) juga menegaskan dampak globalisasi yang menyebabkan pergeseran budaya lokal di kalangan Gen Z, mengancam bentuk identitas pribadi dan identitas nasional mereka.
Azima dkk (2021) menyatakan bahwa era globalisasi menciptakan arus modernisasi, di mana generasi muda Indonesia lebih tertarik mengikuti budaya asing dan perlahan kehilangan semangat nasionalisme. Generasi Z seringkali lebih memilih budaya asing yang ditawarkan melalui berbagai platform digital daripada produk budaya lokal (Darmansa, Haldani, dan Tresnadi, 2019). Akibatnya, budaya lokal menjadi kurang kompetitif dengan budaya asing yang masuk akibat globalisasi. Aufadina dan Irfansyah (2021) memberikan contoh budaya ‘mabar’ atau main bareng game online yang lebih populer dibandingkan dengan aktivitas fisik seperti menari tarian tradisional.
Meskipun memiliki tantangan, Gen Z menunjukkan minat yang kuat dalam melestarikan tradisi dan warisan budaya lokal. Mereka terlibat aktif dalam kegiatan budaya seperti tari tradisional, musik daerah, dan upacara adat. Banyak anak muda yang menggunakan platform seperti TikTok dan Instagram untuk membuat konten kreatif yang menampilkan tarian tradisional atau makanan khas daerah mereka. Dengan demikian mereka tidak hanya mempertahankan warisan budaya, tetapi juga memperkenalkannya kepada audiens yang lebih luas.
Selain tradisi tari, musik, dan sebagainya, dalam hal fashion, Gen Z sering menggabungkan elemen-elemen tradisional dengan gaya modern. Popularitas batik, songket, dan tenun yang diolah menjadi busana kontemporer yang stylish adalah salah satu buktinya. Minat terhadap kuliner lokal juga tetap tinggi. Gen Z bangga memamerkan dan menikmati makanan tradisional, serta sering berbagi pengalaman kuliner mereka di media sosial. Restoran dan kafe yang mengusung konsep makanan tradisional dengan sentuhan modern semakin digemari.
Minat Gen Z terhadap budaya lokal juga tercermin dalam pariwisata. Mereka lebih suka mengeksplorasi destinasi wisata yang menonjolkan keunikan budaya dan alam setempat. Minat Gen Z terhadap pariwisata juga diimbangi dengan kesadaran lingkungan yang tinggi, di mana mereka cenderung mendukung pariwisata berkelanjutan yang tidak merusak lingkungan dan budaya setempat.
Disamping itu, Gen Z juga berhasil memanfaatkan teknologi untuk mendokumentasikan dan mempromosikan budaya lokal. Aplikasi atau platform digital yang mendukung pelestarian bahasa daerah dan seni tradisional semakin banyak bermunculan. Hal ini menunjukkan bahwa mereka tidak hanya pasif dalam menerima budaya lokal, tetapi juga aktif dalam menciptakan cara-cara baru untuk melestarikannya.
Keterlibatan Gen Z dalam komunitas budaya dan festival budaya lokal juga signifikan. Mereka sering terlibat dalam penyelenggaraan acara yang merayakan kekayaan warisan budaya mereka. Festival-festival ini tidak hanya menjadi tempat untuk menampilkan tradisi, tetapi juga menjadi ruang bagi inovasi budaya.
Sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa di tengah arus globalisasi dan tren baru yang mendominasi, minat Gen Z terhadap budaya lokal tidak menunjukkan tanda-tanda penurunan. Sebaliknya, mereka menemukan cara-cara kreatif untuk menjaga dan mempromosikan warisan budaya mereka. Globalisasi mungkin telah membawa budaya asing lebih dekat, tetapi bagi Gen Z, ini bukan berarti meninggalkan budaya lokal. Sebaliknya, mereka memadukan yang terbaik dari kedua dunia, menciptakan identitas yang kaya dan beragam. Ini adalah bukti bahwa meski dunia terus berubah, akar budaya lokal tetap kuat dan relevan di hati generasi muda.
Redaktur: Fathan Mubina
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.