Oleh: Grace Tondang
Suara USU, Medan. Nitak merupakan makanan khas Suku Simalungun dengan bahan dasar beras, tetapi makanan ini tidak dapat ditemukan dan dinikmati sehari-hari karena bersifat makanan adat. Nitak biasanya disajikan pada kegiatan ritual adat, seperti acara perkawinan, kematian, menempati rumah baru, syukuran, dan acara-acara besar lainnya.
Nitak, dalam bahasa Simalungun, artinya tepung beras. Makanan ini dibuat dari beras atau tepung beras, dengan bahan-bahan tambahan seperti lada hitam, garam, kencur, gula merah, dan jahe. Proses pembuatannya dimulai dengan menumbuk beras dalam lesung selama setengah jam, kemudian mencampurkan bahan-bahan seperti lada hitam, kencur, jahe, kelapa mentah, kelapa yang sudah disangrai, dan gula merah. Setelah adonan lengket terbentuk, Nitak siap untuk disajikan. Biasanya, masyarakat menyajikan Nitak bersama telur rebus.
Nitak memiliki rasa yang cenderung manis berpadu dengan rasa lada, memiliki aroma yang khas yang berasal dari beras dan kelapa parut yang digunakan dalam pembuatannya. Hal tersebut menjadikan makanan ini cocok menjadi makanan penutup atau setelah menyantap makanan yang terasa gurih atau pedas. Nitak biasanya dapat bertahan selama 2-3 hari dalam kondisi dingin, namun hanya bertahan 1-2 hari dalam kondisi panas. Berbeda dengan Itak yang berasal dari Toba yang bentuknya dikepal atau biasa disebut ‘dipohul-pohul’, kalau Nitak tanpa dimasak juga bisa langsung dimakan.
Nitak juga sering digunakan sebagai makanan khas pernikahan. Biasanya, pengantin wanita akan membuatkan Nitak yang nantinya diberikan kepada calon pengantin pria. Yang memberikan bisa orang tua dari pengantin laki-laki atau dari orang tua pengantin perempuan.
Filosofi pemberian Nitak ini sesuai dengan namanya Nitak Siang-siang, ‘Ase siang paruhuran’ yang artinya biar terang hati. Beberapa desa di Simalungun ada yang berbeda menyebut Nitak ini termasuk bahan untuk membuatnya. Namun tidak terlalu jauh berbeda dan filosofinya tetap sama.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia sudah mencatatkan Nitak ini menjadi salah satu Warisan Budaya Tak Benda Indonesia pada tahun 2016 lalu.
Nitak masih sangat dilestarikan oleh Suku Simalungun hingga sekarang. Sampai saat ini, Nitak masih kuat dengan unsur spiritual nya dan masih dianggap sebagai salah satu makanan sebagai bentuk wujud syukur. Makanan ini telah menjadi bagian dari warisan budaya dan tradisi Suku Simalungun.
Redaktur: Duwi Cahya
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.