SUARA USU
Opini

Persahabatan Bagai Kepompong, Terikat dengan Pancasila Tidak?

Oleh: Mawar B. Pangaribuan

Suara USU, Medan. Di dalam kehidupan, tentunya kita mempunyai teman atau sahabat karib. Terlebih pada anak usia sekolah, persahabatan menjadi suatu hal yang sangat penting. Waktu yang anak SMP dan SMA miliki sering dihabiskan bersama sahabatnya tersebut. Teman yang memiliki pemikiran yang sama seringkali menjadi hal yang lebih mudah dalam menjalin pertemanan atau persahabatan. Di zaman sekarang kita terbiasa mengenalnya sebagai teman sefrekuensi. Nilai-nilai yang mereka miliki menjadi hal yang terpenting dalam menjalin sosialisasi di dalam lingkungan mereka. Teman yang baik biasanya juga akan menjadi pendorong seseorang dalam memiliki nilai yang baik di dalam masyarakat. Namun, sebaliknya teman yang buruk juga akan menjadi pengaruh yang tidak baik bagi seseorang untuk mengenal dirinya di dalam masa perkembangan atau pubertas  mereka.

Beberapa mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang terdiri dari Mawar B. Pangaribuan (210200116), Muhammad Naufal (Nazali 210200301), M Rayhan Fadhillah (210200278), Tondi Ardiansyah (210302080), Venny Elysa Gultom (210306136), Muhammad Iqbal Ramadhan (210308046), Gita Angraini Siregar (210905026) melakukan wawancara kepada beberapa anak sekolah SMP dan SMA mengenai makna persahabatan, seberapa penting sahabat mereka di dalam hidup mereka, dan apakah persahabatan yang mereka miliki dan jalani sudah sesuai dengan nilai-nilai Pancasila atau tidak. Wawancara ini merupakan salah satu tugas proyek pengganti Ujian Akhir Semester  pada Mata Kuliah Wajib Kurikulum (MKWK) pada bidang Pendidikan Pancasila Kelas 8 kelompok 1, dengan dosen Pengampu Bapak Fajar Utama Ritonga S.Sos, M.Kesos.

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan bersama beberapa anak SMP dan SMA dapat disimpulkan bahwa makna persahabatan bagi mereka adalah teman yang saling menolong dan membantu antara mereka ketika mengalami kesulitan. Sahabat bagi mereka adalah orang yang saling mendukung apa yang mereka lakukan dalam hal ini adalah kegiatan yang positif. Sahabat merupakan tempat berbagi cerita, bahkan masalah dengan keluarga sekalipun, sahabatlah tempat yang bisa dipercayai untuk bercerita. Konsep dalam persahabatan adalah kebahagiaan dan kepercayaan. Mereka saling percaya pada sahabatnya dan melakukan sesuatu dengan bahagia karena kebersamaan yang begitu erat yang membawa kebahagiaan juga.

Anak SMP dan SMA sudah mengetahui bahwa persahabatan merupakan salah satu nilai moral Pancasila, seperti sila pertama yang mengajarkan mereka bahwa mereka menghargai agama sahabat mereka yang berbeda, sila kedua mengajarkan bahwa sahabat itu harus adil, sila ketiga mengajarkan bahwa sahabat harus bersatu dalam segala hal terutama dalam memecahkan masalah.

Karakter Persahabatan yang mereka miliki adalah “persatuan” dimana mereka melakukan sesuatu bersama-sama, membantu menyelesaikan masalah teman, menghargai dan menghormati satu sama lain, dan bekerja sama dengan baik. Pembentukan karakter persahabatan yang baik yang mereka miliki adalah keluarga yang mengajarkan hal baik, lingkungan sosial yang positif di mana hampir semua masyarakat di sini berperilaku, bertindak, dan berbicara sesuatu yang baik (sopan santun), sehingga ketika bergaul dan bersahabat satu sama lain menjadi sebuah sistem persahabatan dengan karakter yang baik juga. Sedangkan untuk aspek persahabatan yang mereka miliki adalah dukungan dan kepeduliaan, pertemanan dan rekreasi (liburan bersama), bantuan, keakraban, dan pemecahan masalah.

Untuk hasil wawancara detailnya dapat anda lihat pada: (https://youtu.be/gq6t2TsBVoE)

Jika melihat pendapat Parker dan Asher (dalam Rahmah, 2011) terdapat enam aspek persahabatan, yaitu:

  • Dukungan dan kepedulian (validation and caring) adalah sejauh mana hubungan ditandai dengan kepedulian, dukungan dan minat.
  • Pertemanan dan rekreasi (companionship dan recreation) adalah sejauh mana menghabiskan waktu bersama dengan teman-teman baik dalam maupun di luar lingkungan akademik atau kerja.
  • Bantuan dan bimbingan ( help and guidance) adalah sejauh mana teman-teman berusaha membantu satu sama lain dalam menghadapi tugas-tugas rutin dan menantang.
  • Pertukaran yang akrab (intimate change) adalah sejauh mana hubungan ditandai dengan pengungkapan informasi pribadi dan perasaan.
  • Konflik dan penghianatan (conflict and betrayal) adalah sejauh mana hubungan ditandai dengan argument, perselisihan, rasa kesal, dan ketidakpercayaan.
  • Pemecahan masalah (conflict resolution) adalah sejauh mana perselisihan dalam hubungan diselsaikan secara efisien dan baik.

 

Metode lain yang digunakan seperti project based learning, Partisipatory Learning Action dalam wawancara ini juga memberikan kepada kami selaku pewawancara untuk meningkatkan motivasi kami untuk melakukan pekerjaan penting dengan sahabat, meningkatkan pemecahan masalah antar sahabat, serta meningkatkan kolaborasi atau keakraban antar sahabat, sehingga lebih responsif dalam mengkritisi setiap permasalahan yang ada.

Persahabatan yang ada kiranya selalu membawa dampak positif bagi mereka dalam upaya mencerminkan salah satu nilai moral Pancasila yang bangsa kita miliki, sehingga menjadi suatu pembeda antara orang yang menjalani persahabatan di negara kita dengan orang yang menjalani persahabatan di negara lain.

Rekomendasi yang diberikan beberapa mahasiswa Universitas Sumatera Utara dalam proyek ini yang telah melakukan penelitian dan wawancara mengenai persahabatan antara anak SMP dan SMA adalah dalam menjalankan persahabatan jangan pernah memiliki niatan mengkhiananti teman, selalu menjaga kekompakan teman, melakukan kegiatan positif yang dapat menunjang keberhasilan antar sahabat di masa depan, membantu teman di kala sulit, dan memberikan effort khusus ke teman dalam segala hal, dan lain-lain. Siapapun itu dapat menjalankan perannya sebagai sahabat yang baik sebagai salah satu nilai moral Pancasila yang kita miliki.

Redaktur: Yessica Irene

 


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

Pengaruh MBKM Terhadap Keterlibatan Politik Mahasiswa di Kampus

redaksi

Dampak Negatif dari Budaya Gila Kerja di Kalangan Mahasiswa

redaksi

RUU KIA: Pedang Bermata Dua Bagi Wanita Karir

redaksi