Sumber foto: penyelenggara melalui USU Media
Reporter: Siti Annisa
Suara USU, Medan. Pusat Kajian Hak Asasi Petani (PUSKAHAP) FISIP USU bersama Serikat Petani Indonesia (SPI) dan Yayasan Sintesa telah melaksanakan seminar nasional agraria. Seminar tersebut dilaksanakan di Ruang Teater FISIP USU pada Kamis (20/07).
Kegiatan ini merupakan bentuk perayaan ulang tahun SPI ke 25 tahun yang mengusung tema “Reforma Agraria di Abad 21: Perjuangan Reforma Agraria yang Belum Selesai di Indonesia”. Reforma agraria didefinisikan sebagai proses distribusi kepemilikan tanah yang luas dengan penekanan bahwa tanah didistribusikan kepada orang-orang yang tidak memiliki tanah khususnya petani dan keluarga petani.
Tujuan diadakannya kegiatan ini adalah untuk mengampanyekan reforma agraria sebagai solusi untuk mengatasi kemiskinan dan ketidakadilan agraria, khususnya di Indonesia. Selain itu, melalui kegiatan ini diharapkan dapat memperkuat perjuangan SPI untuk reforma agraria di berbagai tingkatan dan menjadi ruang konsolidasi serta pertukaran gagasan bagi organisasi petani dan gerakan agraria terkait isu perjuangan reforma agraria.
Pada sambutannya, Zubaidah selaku Ketua DPW SPI Sumatera Utara berharap universitas, SPI, Puskahap, dan Yayasan Sintesa dapat seterusnya bekerja sama mengadakan kegiatan-kegiatan yang melibatkan petani, nelayan, buruh, dan miskin perkotaan. Menurut Zubaidah dengan diadakannya kegiatan seminar ini, kita jadi dapat lebih memahami posisi petani dalam pemerintahan Indonesia.
Seminar Nasional ini menghadirkan 7 pembicara dengan 3 sesi seminar. Sesi pertama ada reforma agraria di konteks lokal dengan narasumber dari SPI Wilayah Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Jambi. Pada sesi ini dijelaskan bagaimana kondisi dan perkembangan perjuangan reforma agraria di masing-masing SPI wilayah tersebut.
Kemudian dilanjutkan pada sesi kedua dengan narasumber Randa Sinaga selaku Ketua Puskahap FISIP USU dan Saurlin Siagian yang merupakan bagian dari Komnas HAM RI. Pada sesi ini ditekankan tentang bagaimana upaya pengarusutamaan reforma agraria di Indonesia beserta kelembagaan dan hak atas tanah di Indonesia.
Di samping menghadirkan narasumber dari berbagai konteks lokal dan kelembagaan, seminar nasional ini juga menghadirkan narasumber internasional. Pada sesi ketiga sekaligus penutup, narasumber yang hadir adalah Jun Borras, Shalmali Guttal, dan Nelson Mudzingwa. Ketiga narasumber ini adalah tokoh-tokoh internasional dalam hal reforma agraria.
Tidak ketinggalan, Henry Saragih selaku Ketua Umum SPI juga turut menyampaikan keynote speech. Henry menyebutkan pemerintahan orde baru tidak menjalankan reforma agraria tetapi menjalankan kebijakan agraria yang mengarah pada pembangunan-pembangunan pertanian. Selain itu, menurutnya reforma agraria menjadi gerakan rakyat dunia, sehingga berhasil membentuk konferensi dunia oleh PBB.
“Kebangkitan perjuangan reforma agraria, sesungguhnya dimulai sejak tahun 1998 dimana perjuangan agraria menghadapi tantangan yang begitu besar. Pemerintahan orde baru tidak menjalankan reforma agraria, tetapi dia menjalankan apa yang disebut dengan kebijakan agraria yang mengarahkan lebih kepada pembangunan-pembangunan pertanian tanpa melangsungkan reforma agraria,” ujar Henry.
Redaktur: Suranti Pratiwi
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.