(Sumber: Pinterest.com)
Penulis: Angelica Maria Naiborhu
Aku memandang dinding itu dengan rinci. Kucoba memahami bahwa hidup tidak selalu berjalan dengan tertib. Mendengar bahwa ucapan terima kasih adalah ucapan terbaik atas bahagia dan duka. Mencerna dengan baik setiap alur yang berbeda sampai pada akhirnya.
Tuhan itu baik dan akan selalu baik
Tapi manusia
Agak sulit untuk dipahami
Di setiap helaan nafas, aku mengingat bahwa semesta akan selalu memberikan seribu arah untuk menjalankan helai kehidupan. Seribu arah yang membuatku percaya bahwa senyum dan tangis selalu rekah berdampingan. Beribu angan tentang suatu hal, mengepul bahagia tatkala terwujud beraturan, dan sedih memeluk rapuh lebih erat hingga tak jarang membuat remuk setengah.
Tawa dan cincin
Semua hal memiliki makna
Kala, dicoba dipahami lebih dalam
Setiap hari, semua orang datang tiba-tiba dan masuk menerobos ke dalam rumah. Beberapa hal yang tidak bisa diubah, pada akhirnya batin menerima dengan lapang dada. Di setiap duka yang diciptakan, Tuhan selalu memberikan kebahagiaan yang besar kepada siapa saja. Kebahagiaan yang perasaan hati adalah keseimbangan atas sedihmu.
Seperti saat aku dapat nilai ujian rendah, lalu ibu menenangkannya dengan ucapan “bahwa kegagalan itu wajar, sayang.”
Aku menangis, mengutuk diri sendiri dan bertanya pada Tuhan, “Kenapa pada akhirnya alur hidup seperti ini yang harus saya lewati,” namun semesta mengirim sahabat yang penuh kasih hangat.
Ini doa hal yang berdampingan bukan?
Kehidupan yang telah menciptakan rata dan semesta yang memiliki seribu arah untuk manusia, terkadang kala semua hal yang terjadi hanya perlu dinikmati dengan taburan basa-basi di persimpangan jalan yang akan dipilih.
Redaktur: Khaira Nazira
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.