SUARA USU
Kabar Kampus

Tentang Kepercayaan dan Tantangan di Mata Mahasiswa, PEMA Kita Masih Layak Dipercaya?

Oleh: Arya Purba, Dini Eka Maulida dan M. Alvi Syahputra

Suara USU, MEDAN. Pemerintahan Mahasiswa Universitas Sumatera Utara (Pema USU) sedang menjadi perbincangan hangat belakangan waktu ini. Pasalnya, ada beberapa isu dan permasalahan besar mahasiswa yang belum tertangani dan ditanggapi, seperti pengadaan jaket almamater dan Kartu Tanda Mahasiswa sebagai hak mereka.

Rasa gundah dan kebingungan sebenarnya sudah timbul saat Pemilihan Raya Universitas Sumatera Utara (Pemira USU). Pemira USU 2020 tidak berjalan dengan mulus, banyak polemik yang terjadi dikarenakan baru pertama kali Pemira secara online dilaksanakan. Paslon no 1 dan Paslon no 2 saling mengklaim kemenangan, namun pada akhirnya secara resmi Paslon no 1 yang menjadi Presiden Mahasiswa dan Wakil Presiden Mahasiswa.

Gundah dan kebingungan ini semakin menjadi setelah beberapa bulan Presiden Mahasiswa USU dan Wakil Presiden Mahasiswa USU serta seluruh pengurus dilantik. Tepatnya pada pertengahan Oktober, PEMA  USU melakukan reshuffle terhadap 63 pengurusnya. Banyak pihak yang menyayangkan reshuffle ini, mulai dari pihak yang di reshuffle, lapisan MPMU, KAM-KAM Sekawasan, hingga mahasiswa pada umumnya. Pasca reshuffle, PEMA mengumumkan akan ada Open Recruitment Jilid II, dalam upaya mengisi kekosongan pengurus dan telah usai prosesnya dengan meluluskan 93 mahasiswa yang akan ditempatkan di berbagai kementrian pada Senin (22/11).

Pasca Kejadian reshuffle dan rekrutmen terbuka, banyak opini beredar yang beranggapan menurunnya kepercayaan Mahasiswa USU kepada Pema USU. Beredar opini seperti itu, Suara USU sebagai Lembaga Pers Mahasiswa mengadakan Survei Kepercayaan Pema. Pada survei ini, terdapat 333 responden yang ikut serta.  Survei berlangsung dari 16/11/2021 – 22/11/2021.

Adapun hasil survei tersebut berupa, 36,3% Setuju, 12% Sangat Setuju, 31,8% Kurang Setuju, 9,3% Tidak Setuju, 10,5% Sangat Tidak Setuju mengenai slogan #usubersatu sudah terlaksana dengan semestinya.

Sementara itu terdapat, 39,9% Setuju, 10,2% Sangat Setuju, 27,3% Kurang Setuju, 13,2% Tidak Setuju, 9,3% Sangat Tidak Setuju bahwa aspirasi Mahasiswa/I USU sepenuhnya sudah ditampung oleh PEMA USU.

Terdapat, 45% Setuju, 12,9% Sangat Setuju, 25,8% Kurang Setuju, 7,5% Tidak Setuju,  8,7% Sangat Tidak Setuju  Terkait Pema USU sudah berjuang dan bekerja bagi kepentingan umum Mahasiswa/I USU

Sebanyak 37,2% Setuju, 12,9 Sangat Setuju, 26,1% Kurang Setuju, 13,8% Tidak Setuju, 9,9% Sangat Tidak Setuju mengenai pernyataan anda percaya sepenuhnya kepada PEMA USU.

Sementara itu, untuk pertanyaan apakah anda mengetahui jika PEMA USU melakukan reshuffle terhadap 63 pengurusnya, terdapat 58,6% Ya dan 41,4% tidak.

Terdapat 50,8% Setuju, 17,7%, Sangat Setuju, 14,4% Kurang Setuju, 9% Tidak Setuju, 8,1% Sangat Tidak Setuju mengenai pernyataan anda mendukung adanya kegiatan Open Recruitment Pema USU Jilid II.

Terdapat 34,2% Setuju, 18% Sangat Setuju, 24,3% Kurang Setuju, 16,8% Tidak Setuju, 6,6% Sangat Tidak Setuju terkait pernyataan rasa kepercayaan anda pada Pema USU berkurang karna adanya tindakan reshuffle tersebut.

Terdapat pula 44.7% Setuju, 10,8% Sangat Setuju, 29,7% Kurang Setuju, 7,5% Tidak Setuju, 7,2% Sangat Tidak Setuju terkait dengan pernyataan Pema USU bersikap terbuka terhadap kritik dan saran yang ditujukan.

Dalam jumlah yang besar, rata-rata mahasiswa usu belum pernah mengajukan saran dan direspon oleh PEMA USU. Namun, masih ada juga sejumlah mahasiswa yang memberikan saran dan tidak direspon sebanyak 9, 3 % dari total responden.

Sejumlah mahasiswa pada survei tersebut juga mengajukan beberapa saran dan kritikan kepada PEMA USU, antara lain adalah untuk PEMA USU agar mengawal dan mencegah agar tidak adanya nepotisme dalam perekrutan keanggotaan, lebih peka dan terbuka terharap aspirasi mahasiswa, selain itu adanya kritikan untuk tidak menyampaikan berita tanpa adanya fakta dan terlaksananya komunikasi yang baik secara internal maupun eksternal.

Adapun beberapa alasan yang disampaikan sejumlah mahasiswa USU sendiri alasan mengapa menurunnya rasa kepercayaan terharap PEMA, yaitu PEMA yang dirasa belum cukup andil dalam membela hak-hak mahasiswa dan takutnya akan terulang kejadian reshuffle.

Seorang mahasiswa berpendapat bahwa kekecewaannya terhadap PEMA dikarekan PEMA sendiri hanya berorientasi terhadap aksi, demontrasi eksistensi saja. Namun demikian, sebagian besar mahasiswa USU berharap PEMA USU sendiri bisa menjadi lebih baik lagi terutama dalam menjalankan hak-hak mahasiswa dan aspirasi mahasiswa kedepannya.

Menurunnya Kepercayaan Mahasiswa USU kepada PEMA-nya

Wahyu Hidayat selaku dari KPU USU berpendapat bahwa performa PEMA USU sekarang ini kurang maksimal terkait banyaknya polemik sejak dilantik nya PEMA USU dan banyak permasalahan internal kabinetnya.

“Menurut saya sih performa PEMA USU sekarang kurang maksimal. Mungkin karena terkait banyak polemik sejak dilantik nya PEMA USU dan banyak permasalahan internal kabinetnya. Hingga karena itu kepercayaan mahasiswa USU kurang terhadap PEMA USU. Intinya sih menurut pandangan saya tidak memuaskan,” ungkapnya.

Ketua MPMU USU, Kelvin G. Sitorus juga berpendapat bahwa bentuk transparan dari PEMA USU belum memuaskan, dan berpengaruh terhadap penilaian publik. Nepotisme dalam kepanitiaan pun menurutnya masih sering terjadi.

“Bentuk transparan dari Pema USU belumlah memuaskan karena perekrutan seperti panitia pun kadang mengedepankan nepotisme, bahkan ada mahasiswa yang mempunyai potensi pun tidak bisa turut andil dalam mengikuti kepanitaan tersebut karena nepotisme tadi,” ujar Kelvin.

Menurut Kelvin, jika mahasiswa tak lagi percaya pada PEMA USU, mahasiswa harus mengeluarkan sisi solidaritasnya dengan membuat ruang diskusi sebagai guna dari kolektif kolegial.

“Tentu nya kalau mahasiswa USU tidak percaya bagi Pema USU itulah guna nya kita melakukan kolektif kolegial, sering membuat ruang diskusi dan lain-lain mengapa saya menyampaikan seperti itu karena peran kita sebagai mahasiswa memang harus terbentuknya solidaritas, saling mengingatkan demi mewujudkan USU sebagai barometer sesuai visi nya,” tuturnya lagi.

Senada dengan Kelvin, Chairul selaku Presiden KAM Reformasi USU mengatakan bahwa PEMA USU periodesasi kali ini cukup mengecewakan, dikarenakan begitu banyak program kerja unggulan dari PEMA  ataupun kebijakan yang belum terlaksana dan tidak sesuai tenggat waktu yang sudah dijanjikan sewaktu kampanye. Chairul juga berpendapat bahwa turunnya tingkat kepercayaan mahasiswa USU merupakan hal yang wajar khususnya dikarenakan kejadian reshuffle yang tidak terduga baru-baru ini.

Rizki Fadillah dan Anas Alfarizi mereka dilantik pada tanggal 29 Maret 2021 dan dilanjutkan pada tanggal 6 Mei 2021 pelantikan Kabinet Reka Cipta, yang dimana Rizki Fadillah menyampaikan akan merampungkan Amandemen Revisi TLO dalam 6 Bulan. Nyatanya apa? Ini udah lebih dari waktu yang dijanjikan. Beberapa contoh program kerja unggulan mereka yang belum terlaksana dari timeline yang dijanjikan yaitu Kongres Mahasiswa yang didalamnya juga sama membahas tentang TLO dan kebijakan lainnya. Lalu, mengenai kebijakan Jaket Almamater Mahasiswa USU Angkatan 2020 juga tidak tau bagaimana kabarnya seakan-akan PEMA lepas tangan,” ungkap Chairul.

Begitupun Syawal selaku Ketua Umum KAM Rabbani USU berpendapat bahwa PEMA seperti kehilangan arah untuk menjalankan fungsinya sebagai pemerintahan mahasiswa malah terkesan seperti sebuah EO.

“Sejauh ini, sepertinya PEMA tetap berjalan tanpa menghiraukan hal ini, hanya menganggap ketidakpercayaan mahasiswa tidak mempengaruhi keberlangsungan kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan, yah tentunya hal ini sudah menyalahi cara main berdemokrasi di kampus tercinta. Seharusnya PEMA menjadikan tingkat kepercayaan mahasiswa sebagai rambu dalam perjalanannya memimpin demokrasi kampus,” ujar Syawal.

Baik Wahyu, Kelvin, Chairul, Syawal maupun mahasiswa lainnya berharap PEMA USU dapat mengevaluasi kejadian-kejadian sebelumnya yang sudah terjadi dan tidak terulang lagi,  memilih pengurus yang baru berdasarkan kompetensi bukan mengedepankan nepotisme, selain itu juga dapat meningkatkan kinerja Pema USU saat ini setelah kejadian dan permasalahan sebelumya.

Muhammad Rizki Fadillah selaku Presiden Mahasiswa sendiri pun angkat bicara mengenai isu ketidakpercayaan mahasiswa USU kepada PEMA. Menurut mahasiswa Fakultas Teknik ini, opini tentang menurunnya kepercayaan terhadap PEMA USU tak bisa digeneralasisasi.

“Kita tidak bisa menggeneralisasi secara luas ini mahasiswa USU secara keseluruhan. Ini balik lagi bagaimana kritikan dan masukan itu bisa kami tangkap dan bisa membantu urusan mahasiswa usu, karna sampai sejauh ini pema usu masih membuka ruang komunikasi dan ruang aspirasi terhadap seluruh mahasiswa usu, siapapun yang menyampaikan kita akomodir dan kita teruskan agar permasalahan mahasiswa usu bisa terkamodir dengan baik,” tutur Rizky.

Rizky juga menyampaikan untuk program unggulan mengenai lokarya USU, sudah dituangkan ke dalam bentuk program SEDC, yang kedepannya akan melakukan sebuah konferensi sehingga menciptakan suatu narasi dan jurnal ilmiah untuk bisa langsung diterapkan sebagai implementasi permasalahan yang ada di masyarakat.

“Mengenai Lokakarya USU, dimana disitu ada pertemuan-pertemuan yang ada kapasitas dan keahlian itu dituangkan dalam bentuk program SEDC. Yang mana kedepan program ini akan mengeluarkan konfrensi dan jurnal ilmiah untuk bisa langsung diterapkan dari implementasi permasalahan di masyarakat,” ungkapnya.

Sementara untuk PEMA Advokasi Center sendiri juga menurut Rizky sudah dijalankan, Kementerian Advokesma dengan melakukan advokasi permasalahan mahasiswa dan diadvokasikan ke jajaran pihak kampus yang berwenang.

Di Pondok Cerdas juga Rizky menuturkan PEMA melakukan konsolidasi dan kajian yang dimana tetap melibatkan stakeholder organisasi mahasiswa USU, dimana rumusan yang dibangun tetap melakukan pencerdasan, bertujuan membangun nalar dan kritikan terhadap pemerintah.

“Di Pondok Cerdas kita juga melakukan konsolidasi dan kajian dimana tetap melibatkanstakeholder organisasi mahasiswa USU, dimana rumusan yang dibangun tetap melakukan pencerdasan, bertujuan membangun nalar dan kritikan terhadap pemerintah,” lanjut Rizky.

Rizky sendiri berharap mahasiswa USU tidak sungkan untuk memberikan saran maupun menyampaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi di USU dan berani untuk menyampaikan aspirasi sekaligus pandangan untuk kemajuan USU dan PEMA.

“Mahasiswa USU jangan sungkan-sungkan untuk memberikan saran ataupun masukan dan menyampaikan permasalahan-permasalahan yang ada di Universitas Sumatera Utara dan tetap berani untuk menyampaikan aspirasi dan pandangan untuk USU dan Pemerintahan Mahasiswa USU yang lebih baik,” pungkasnya.

Redaktur: Muhammad Fadhlan Amri


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

Pemanfaatan Platform Digital dan Media Sosial pada Marketing Online Produk Hasil Kreatifitas Kelompok PKK dalam Upaya Peningkatan Ekonomi serta Ketahanan Pangan Warga Desa Batu Rejo

redaksi

PEMA FK USU Adakan “DISKUSI” Membahas COVID-19 dari Berbagai Perspektif

redaksi

Dua Dari Enam Kandidat Calon Rektor USU Mengundurkan Diri Sebelum Audisi

redaksi