Oleh: Taty Kristina Malau
Suara USU, Medan. Menjadi seorang people pleaser, tentu sangat tidak mengenakkan terutama di dunia perkuliahan. Apakah sebelumnya sudah ada yang mengatakan kamu seorang people pleaser? Atau kamu belum tau apa itu people pleaser? Terkadang sulit untuk membedakan menjadi orang baik dengan rasa ingin menyenangkan orang lain.
People pleaser adalah sebutan bagi seseorang yang selalu berusaha melakukan atau mengatakan hal yang menyenangkan orang lain, meski bertentangan dengan apa yang ia pikirkan atau rasakan. Ini ia lakukan agar orang lain tidak kecewa padanya (Merriam Webster & Susan Newman).
Terkadang, sulit bagi kamu untuk membedakan bahwa menjadi seseorang yang baik itu berbeda dengan selalu menyenangkan orang lain. Mungkin kamu merasa bahwa dengan selalu meng‘iya’-kan perkataan dan permintaan orang lain, kamu telah menjadi seseorang yang tidak egois. Namun terlepas dari hal itu, kamu justru menjadikan dirimu sebagai seseorang yang mudah untuk dimanfaatkan.
Dikutip dari alodokter.com dikatakan bahwa tidak ada penyebab pasti mengapa seseorang menjadi people pleaser. Namun, diketahui bahwa orang yang insecure dan memiliki trauma masa lalu, seperti pelecehan seksual atau broken home, cenderung akan tumbuh menjadi people pleaser.
Ayo Kenali Tanda People Pleaser
Tanda yang paling terlihat dari people pleaser adalah sulit untuk mengatakan tidak atau menolak permintaan seseorang. People pleaser akan berusaha keras untuk melakukan hal yang diminta orang lain demi kebahagiaan orang tersebut.
Selain itu, ada beberapa tanda yang bisa dikenali pada people pleaser, antara lain:
- Merendahkan diri sendiri.
- Selalu setuju dengan pendapat orang lain dan mengabaikan pendapat pribadi untuk menghindari perdebatan.
- Merasa bertanggung jawab atas perasaan orang lain.
- Meminta maaf atas hal-hal yang sebenarnya tak perlu.
- Menyalahkan diri sendiri
- Tidak memiliki banyak waktu luang untuk diri sendiri.
- Merasa takut jika ada orang yang marah.
- Membutuhkan pujian untuk merasa berharga.
- Tidak pernah mengakui perasaan sendiri, baik itu saat sedih atau marah.
- Selalu mau membantu orang lain, tapi sungkan menerima bantuan.
Cara Berhenti Menjadi People Pleaser
Sekilas, saat menjadi people pleaser terdengar positif, ya? Akan tetapi, memelihara sifat ini hanya akan membuat kamu merasa lebih rendah daripada orang lain. People pleaser juga sering mengorbankan perasaannya demi kesenangan orang lain, karena sebenarnya seseorang tersebut juga merasa berat hati ketika banyak dimintai pertolongan.
Sering kali people pleaser menjadi sasaran pertama untuk dilimpahi suatu tugas, karena sudah dikenal akan menerima tugas lain dengan senang hati. Meski tidak semua orang berniat memanfaatkannya, lama-kelamaan seorang people pleaser akan merasa dirinya dimanfaatkan dan terlalu banyak berkorban.
Dampaknya, seorang people pleaser bisa memendam rasa benci bahkan menjadi frustasi. Bahkan tak hanya dirinya, keluarga maupun orang terdekat people pleaser pun akan merasa frustrasi dan kesal melihat tingkah lakunya yang pada akhirnya mau saja dimanfaatkan.
Jika ia berada di sekitar orang yang manipulatif, people pleaser juga berisiko mengalami penipuan dan pelecehan. Melihat pola hidupnya yang banyak menguras tenaga dan memendam perasaan, ia juga akan lebih berisiko mengalami gangguan kesehatan fisik maupun mental.
Sifat ini tentu bukanlah hal baik untuk dipelihara. Untuk berhenti menjadi people pleaser, kamu harus melakukan beberapa langkah di bawah ini:
- Bersikap lebih tegas kepada diri sendiri dan orang lain
Rasa tidak enakan dan kurang tegas bisa membuatmu menjadi people pleaser. Mulai sekarang, biasakan bersikap asertif alias tegas pada dirimu sendiri dan orang lain. Jika kamu dimintai bantuan di luar kapasitas atau merugikanmu, tolaklah dengan baik dan jelaskan apa yang membuatmu tidak bisa melakukannya.
- Berpikir dahulu sebelum melakukan sesuatu untuk orang lain
Saling membantu sesama memang sikap terpuji. Akan tetapi, kamu sebaiknya berpikir terlebih dahulu sebelum melakukan sesuatu untuk orang lain. Amatilah, apakah permintaan tolong tersebut termasuk memanfaatkanmu atau bukan.
- Jangan meminta maaf jika itu bukan salahmu
Meminta maaflah seperlunya, yaitu ketika kamu memang berbuat salah. Jangan mudah mengucapkan kata maaf bila kesalahan itu bukan kamu yang lakukan. Minta maaf untuk kesalahan orang lain tidak berarti kamu melindunginya, tapi justru membuatnya melepas tanggung jawab.
Hal ini jelas bisa memengaruhi nama baikmu dan merugikanmu. Ingatlah, jangan merasa bertanggung jawab atas kehidupan orang lain. Lebih baik, selesaikan segala kewajiban yang kamu miliki saja, ya.
- Prioritaskan kebahagiaanmu
Kebahagiaan bukan hal yang bisa dicari, tapi harus kamu ciptakan sendiri. Jika kamu selalu mengharapkan kebahagiaan dari pujian orang lain atau ucapan terima kasih orang lain setelah membantu mereka, itu bukanlah kebahagiaan yang sesungguhnya.
Kamu tidak bisa memaksakan respons orang lain terhadap apa yang kamu perbuat. Jika ternyata orang yang kamu bantu sulit untuk puas dengan pekerjaanmu, kapan kamu bisa merasa bahagia? Jadi, carilah sesuatu dari dirimu dan untuk dirimu seorang yang bisa membahagiakanmu, tanpa membutuhkan orang lain.
Menolong orang lain memanglah perbuatan yang baik. Namun, kamu tidak perlu berlebihan sampai merelakan segala cara dan mengesampingkan diri sendiri. Tanamkan dalam hati dan pikiran bahwa kamu bukanlah “alat” pembahagia orang lain. Kamu juga harus sadar bahwa kamu hidup bukan untuk orang lain.
Carilah kebahagiaanmu sendiri tanpa mengedepankan kepentingan siapapun. Cintai diri sendiri dan kembangkan potensi yang ada di dalam dirimu. Orang lain bisa datang dan pergi. Jadi, bukan orang lain yang perlu kamu cintai, dirimu sendirilah yang paling layak diutamakan.
So, gimana? Udah siap melepaskan sifat people pleasure-mu?
Redaktur: Tamara Ceria Sairo
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.