SUARA USU
Uncategorized

Beberapa Gaya Hidup Gen Z yang Dinilai Kurang Mencerminkan Nilai Pancasila

Sumber foto: eventos.urquiabas.com

Penulis: Meyshin Lorenza Antonius / Grace Keira Emanuella S / Annisa Qolbi Syfa / Rizal Fakhruddin Nasution / Melisa Dwi Sun Sinaga / Ropika

Suara USU, Medan. Lahirnya Pancasila, ideologi bangsa Indonesia, setiap tahunnya diperingati setiap tanggal 1 Juni. Namun, apakah kegiatan tersebut mempunyai pengaruh yang benar-benar dirasakan dalam pribadi kita setiap warga negara? Apakah kita sebagai warga negara, khususnya generasi muda tahu apa sebenarnya manfaat Pancasila itu bagi kehidupan kita? Mungkinkah hanya sekedar sebagai formalitas yang dihapal dan diucapkan saat diadakannya perayaan penting bangsa saja atau mempunyai pengaruh khusus dalam jiwa kita sebagai suatu bangsa.

Dewasa ini, kehidupan manusia sangat erat kaitannya dengan istilah globalisasi. Istiah ini bukan lagi merupakan istilah yang asing bagi setiap orang. Dengan hadirnya globalisasi, segala batas ruang dan waktu tidak lagi menjadi sebuah masalah bagi manusia. Segala kegiatan komunikasi, pertukaran informasi, karir, pendidikan, serta kegiatan sosial lainnya dapat ditempuh tanpa terbatas akan ruang atau wilayah antar negara maupun waktu. Karena segala kegiatan yang tidak memungkinkan untuk dilakukan dengan langsung dapat kita lakukan secara digital (online).

Dari era globalisasi inilah memunculkan generasi-generasi pembaharuan dan generasi ke generasi itu diberi nama. Salah satunya adalah generasi Z (Gen Z). Karakteristik generasi Z, menurut Grail Research (2011), adalah generasi pertama yang sangat mengenal internet maka dari itu generasi ini juga disebut generasi internet. Jika generasi sebelumnya yaitu Y masih mengalami transisi teknologi hingga menuju internet, maka generasi Z lahir saat teknologi tersebut sudah tersedia. Hal itulah yang membuat generasi ini memiliki karakter yang menggemari teknologi, fleksibel, lebih cerdas, dan toleran pada perbedaan budaya. Mereka juga terhubung secara global dan hidup di dunia digital, artinya bahwa segala kegiatan Gen Z tidak terlepas dari teknologi digital. Meskipun demikian, generasi ini adalah generasi yang menyukai budaya instan dan kurang peka terhadap pentinggnya privasi (Rastati, R. 2018).

Namun, apakah globalisasi ini sepenuhnya memberikan dampak yang positif bagi generasi muda Indonesia khususnya Gen Z?

Dilihat dari pandangan terhadap generasi tersebut maka dengan berkembangnya internet dan kuatnya pengaruh globalisasi ini dapat menyebabakan adanya kemungkinan lunturnya nilai-nlai Pancasila yang ada dalam kehidupan.

Sebagai negara yang berlandaskan ideologi Pancasila sangat penting menanamkan nilai-nilai yang dapat diambil dari butir-butir Pancasila yang di dalamnya mengandung nilai filosofis yang bermakna. Pemerintah khususnya harus menciptakan terobosan baru dalam mengenalkan dan menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan generasi Z yang sesuai dengan ‘era mereka’ yaitu era digital.

Oleh karena itulah kita perlu menelaah masalah yang seringkali kita anggap remeh ini. Terkadang kita sebagai generasi yang lebih dulu dari generasi Z menganggap bahwa moral kita lebih baik atau lebih terdidik daripada mereka. Padahal, jika kita telaah lebih jauh serta jika kita dapat memahaminya, dengan kita menganggap remeh atau rendah dengan kualitas moral gen Z ini saja, kita sudah membuktikan bahwa moral kita sendirilah yang kurang bijak dalam menilai orang atau kalangan lain.

Menurut salah satu informan, yang juga merupakan generasi digital (Gen Z), Meira, seorang mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara menggatakan bahwa, “Penilaian kita terhadap ukuran kemampuan Gen Z dalam menanamkan dan memahami nilai-nilai Pancasila tidak bisa dipukul ratakan. Menurut Meira, Gen Z sangat berbeda dengan generasi sebelumnya, mereka lebih percaya diri untuk mengekpresikan dirinya. Tetapi kepercayaan diri mereka kadang kala membuat mereka menjadi keras kepala dan kurang terarah dalam bertindak.”

Di sini dapat dilihat bahwa Gen Z sendiri mampu mengerti dengan kemampuan dan keterbatsan mereka. Artinya, sudah cukup mudah untuk membuat mereka melangkah lebih maju agar menerapkan nilai-nilai tersebut dengan cara mereka sendiri selagi tidak menyalahi asusila. Hanya saja kita perlu memenuhi kebutuhan mereka akan pengaktualisasian diri mereka dalam konteks yang positif dan terarah namun masih sesuai dengan era mereka. Contohnya seperti memuat sebuah kompetisi berbasis digital dengan topik pembaharuan karakter dan pemahaman pancasila yang menarik, seperti berpidato, karya tulis, karya ilmiah, dan sebagainya yang dapat memenuhi pengaktualisasian diri mereka.

Hal ini sejalan dengan pendapat informan lain yang juga seorang Gen Z, yaitu Rifki menggatakan bahwa ketidakpercayaan atau ketidakpedulian Gen Z terhadap nilai-nilai Pancasila tidak sepenuhnya merupakan kesalahan Gen Z itu sendiri. Namun juga terkait dengan penyelenggaraan lembaga-lembaga negara yang terkadang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. “Sempat viral bahwa Gen Z mulai tidak percaya dengan pancasila karena banyak lembaga negara tidak sesuai dengan konstitusional dan pancasila. Misalnya perpu cipta kerja yang tidak sesuai dengan nilai pancasila kemanusiaan yang adil dan beradab, “ ungkap Rifki.

Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa solusi yang paling baik adalah kesadaran diri sendiri dari semua pihak baik Gen Z sebagai fokus utamanya maupun para penyelenggara negara, serta seluruh masyarakat negara Indonesia.

Sama seperti halnya jika kita memiliki rumah atau tempat tinggal, kita harus mengetahui dan mengenal disetiap bagian sudut-sudut rumah kita bukan hanya mengenal tetapi merawat rumah yang kita tinggali karena rumah adalah tempat yang paling nyaman dan selalu menjadi tempat kita pulang. Begitu pula dengan kita warga negara Indonesia yang tinggal di Indonesia, kita harus mengenal, mengetahui serta merawat tempat yang kita tinggali. Kita perlu bekerja sama untuk membuat sebuah terobosan yang dapat mengembangkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang tak hanya tergantung pada kaum muda saja, tetapi juga segenap bangsa Indonesia. Dengan begitu, kita dapat hidup dengan nyaman dan aman ditempat tinggal atau rumah kita yaitu bangsa Indonesia.

Artikel ini adalah publikasi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila dengan Dosen Pengampu: Onan Marakali Siregar, S.Sos, M.Si.

Redaktur: Anna Fauziah Pane

Related posts

Lelah Berada di Ruang Lingkup Narkoba, Pecandu Inisial F Memiliki Inisiatif untuk Memperbaiki Diri

redaksi

Hubungan Antara Kesadaran Generasi Muda Terhadap Pancasila Sebagai Panduan Etika dan Pilihan Gaya Hidup Sehat

redaksi

Pengaruh Keluarga Dalam Pembentukan Karakter Kewarganegaraan Di Kalangan Remaja

redaksi