SUARA USU
Life Style

Belajar Bahwa Malas Tak Selamanya Salah dari Maudy Ayunda

Oleh: Puvut Bethanya Surbakti

Suara USU, MEDAN. Siapa yang tak kenal dengan sosok gadis muda yang sangat inspiratif dan penuh prestasi ini? Dia adalah Maudy Ayunda. Sebagai sosok yang baru-baru ini ditunjuk sebagai Juru bicara Presidensi G20, beliau adalah pribadi yang banyak digemari dan dijadikan role model oleh anak muda sekarang.

Meskipun dicitrakan sebagai individu yang sangat produktif, rajin dan bahkan menyukai ujian, tidak serta merta menunjukkan bahwa gadis 27 tahun ini tidak pernah dirundungi perasaan malas. Melalui channel youtube nya, Maudy Ayunda Music, dia bercerita bahwa dia juga termasuk orang yang tentunya pernah merasakan malas.

ā€œBuat teman-teman jangan salah, aku pun bukan orang yang tidak bisa merasa malas,ā€ ungkapnya.

Melalui tayangan QnA ini, Maudy membagikan bagaimana cara dia menanggapi rasa malas tersebut bukanlah suatu hal yang negatif melainkan sebuah sinyal yang muncul dari diri kita.

Memahami rasa malas sebagai indikasi atau sinyal

Dia membagikan bahwa rasa malas bisa kita gunakan untuk menjadi sinyal yang diberikan oleh diri kita bahwa hal yang sedang kita kerjakan tersebut adalah hal yang tidak kita sukai atau gemari.

ā€œKita tuh harus melihat perasaan-perasaan negatif itu sebagai sinyal sebenarnya bahwa this is not what iā€™m supposed to do, this is not what iā€™m supposed to be with, this is not what you know,ā€ jelasnya.

Hati kita terkadang lebih tahu, sehingga pada saat kita merasa malas, berarti mungkin kita belum menemukan motivasinya dan motivasi itulah yang perlu kita cari.

Malas bukan sebuah karakter, tetapi sebuah symptomp untuk mengenal diri.

Jika selama ini mungkin kita mengartikan rasa malas sebagai sebuah hal yang sangat buruk, kacamata gadis yang satu ini justru berbeda. Rasa malas yang muncul bisa menjadi penanda bahwa kita belum mengenali diri kita lebih lagi.

Mengenali diri sendiri adalah kunci untuk menghapus rasa malas. Bisa dimulai dari mencari tahu apa yang kita sukai, bidang atau pekerjaan apa yang kita gemari, tempat atau situasi, dan bahkan orang yang membuat kita nyaman. Kita harus belajar untuk mencari tahu hal-hal apa saja yang bisa memberikan diri kita energi.

ā€œKarena menurut aku, malas itu bukan sebuah karakter ya, menurut aku itu sebenarnya lebih kaya symtomp atau sinyal bahwa kita belum menemukan apa yang memberikan kita energi,ā€tegasnya.

Jadi untuk sobat kampus, malas tidak selamanya menjadi hal buruk, tetapi bukan berarti perbuatan malas bisa dibenarkan sepenuhnya. Semua kembali lagi kepada masing-masing dari diri kita, bagaimana kita mampu mengelola hal-hal negatif yang ada pada diri kita menjadi sebuah kekuatan untuk membuat diri kita menjadi lebih baik kedepannya.

Redaktur: Agus Nurbillah


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

Mengenal Andrew Kalaweit, Tarzan Kalimantan Penyelamat Satwa Liar

redaksi

Miliki Tubuh Ideal dengan Workout ala LE SSERAFIM

redaksi

Rebahan Produktif: Ditengah Himbauan Di Rumah Aja

redaksi