Oleh: Jesika Yusnita Laoly
Seragam indah membungkus badan
Tas dibahu, buku dalam gengaman.
Bergandengan tangan dengan riang
Menyambut mentari bersinar terang.
Wah, betapa tidak adilnya dunia
Pada gadis mungil yang tertunduk penuh kecewa
Mimpinya tinggi menjulang di angkasa
namun realita kembali menekan, hatinya penuh luka.
Kemiskinan menggenggamnya, mengcengkeram kuat
Menghancurkan harapan, meninggalkan pahit getir.
Di setiap detik, ia bertanya-tanya dengan hati yang patah
mengapa nasib begitu keras, tanpa belas kasih.
Kembali menatap mereka, yang pergi dengan sukacita.
Membawa tas, penuh tawa, tanpa beban, penuh gairah
sementara, dirinya berjuang dibawah teriknya matahari
menukar mimpi dengan bulir keringat di pipi
mengiris hati perih nan bernanah
Malam tiba dengan derai hujan pilu
di bawah sinar redup lampu minyak, dia merindu.
Buku-buku tua menjadi harapan dalam gelapnya malam
namun, kenyataan selalu hadir, mempermainkannya begitu kejam.
Setiap hari rasa putus asa datang menyerang
mengintai dan mengguncang tekad hingga remuk redam.
Ia tahu pendidikan adalah sayap untuk terbang
tapi kenyataan menggulungnya dalam lembah curam.
Namun, api di dasar hatinya kembali menyala
secercah harapan yang tak pernah benar-benar padam.
Percaya, bahwa suatu hari ada jalan terbuka
untuk menggapai mimpi, melawan takdir kelam.
Redaktur: Khaira Nazira
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.