SUARA USU
Film

Bernostalgia ke Masa Remaja dengan Film Turning Red

Oleh : Nazila Humaira

Suara USU, Medan. “Terkadang aku rindu keadaan dahulu. Namun, tak ada yang tetap sama selamanya”. kutipan dari scene terakhir dari film Turning Red yang di sutradarai dan di tulis oleh Domee Shi. Film Turning Red rilis pada 11 Februari 2022 yang di produksi Walt Disney Pictures dan Pixar Animation, yang juga merupakan salah satu film yang memiliki visual unik dan berbeda dengan film Pixar lainya.

Film Turning Red adalah film bergenre fantasi, drama, dan komedi yang di tampilkan secara unik dan menarik untuk di tonton semua kalangan. Domee Shi mengajak penonton untuk melihat kenangan semasa remaja lewat pemeran utama Meilin “Mei” Lee yang merupakan anak perempuan tunggal berusia 13 tahun dari keturunan Tionghoa-Canada. Mei di dalam film ini adalah karakter yang kuat dan di gambarkan sebagai remaja perempuan yang pintar, baik, bersememangat, dan juga penurut. Ia memiliki ibu keturunan Tionghoa bernama Ming Lee yang memiliki sifat tegas dan protektif dengan Mei, serta ayahnya yang di gambarkan sebagai penengah antara mei dengan ibunya yang tak terlalu mencolok dan memiliki sedikit dialog di dalam film.

Film ini di mulai dengan menyoroti kehidupan Mei sebagai remaja pada umumnya yang adalah seorang pelajar dan juga memiliki tiga sahabat yaitu, Priya, Miriam dan Abby. Pada masa-masa remajanya, mereka sedang dalam gejolak-gejolak asmara, semanagat, dan senang bermain-main, mereka juga sangat tergila-gila dengan Boy Band 4Town dan menjadi salah satu fans berat mereka yaitu 4 Townies.

Sementara itu, Mei juga termasuk anak yang penurut dengan ibunya dan memiliki keyakinan serta budaya yang kental. Ia memiliki kewajiban serta tugas untuk menjaga kuil bersama ibunya yang didedikasikan untuk memberikan persembahan terbaik untuk leluhurnya Sun Yi, yang merupakan seorang penyair dan pembela hewan, terutama panda merah.

Pada malam itu, Mei dengan kasmaran melukis Devon seorang penjaga toko, di bukunya dan tak di sangka ibunya tiba-tiba masuk ke kamarnya dan memergokinya. Melihat lukisan-lukisan tersebut, ibunya tampak kesal dan membawa pergi buku catatan itu untuk memarahi Devon di depan teman-temannya yang membuat Mei malu setengah mati. Kejadian itu membuat emosi Mei tidak stabil.

Sampai di pagi hari, Mei tiba-tiba berubah menjadi panda merah yang besar. Perubahan Mei tersebut di akibatkan oleh emosinya yang tidak stabil dan untuk kembali ke semula ia harus bisa mengendalikan emosinya. Ia pun berusaha untuk menutupi perubahannya dari keluarga maupun teman-temannya. Namun, tak lama di sembunyikan, perubahannya menjadi panda merah malah menarik perhatian teman-temannya, karena visualnya yang imut dan gemas. Semenjak memiliki wujud panda merah, Mei memiliki hidup yang lebih bebas, seru, dan menyenangkan dari sebelumnya.

Turning Red memiliki alur yang sangat mudah dimengerti dan di bumbui dengan unsur magic dari panda merah yang membuatnya tampak lucu dan menambah ketertarikan saat menonton film ini. Tak hanya itu, Film ini juga mengandung banyak pesan moral antara hubungan orang tua dan anak, yang sangat cocok di tonton bersama keluarga. Secara keseluruhan tampilan serta kisah Mei ini di dominasi dan relate dengan kehidupan di Asia. Bagi kalian yang penasaran kelanjutan dari kisah Mei dan panda merahnya, kalian bisa streaming Film Turning Red di platform Disney Plus.

 

Redaktur: Miranda Agnelya Naibaho


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

Rubby Gillman, Teenage Kraken: Upaya Pencarian Jati Diri Gadis Jelmaan Kraken

redaksi

Mau Jadi Apa? Biografi Soleh Solihun dan Lika-Liku Kehidupan Mahasiswa Jurnalistik!

redaksi

Kehidupan Palsu Sosial Media dalam Drama Korea Celebrity

redaksi