SUARA USU
Buku Featured

Cerminan Indonesia Dalam Novel “Teruslah Bodoh, Jangan Pintar”, Karya Tere Liye

(Sumber: instagram/@tereliyewriter)

Oleh: Putri Aisyah Silalahi

Suara USU, Medan. Penulis ternama Indonesia, Tere Liye, kembali memukau para penggemar novel dengan karya terbarunya berjudul “Teruslah Bodoh, Jangan Pintar” yang diterbitkan oleh penerbit Sabak Grip. Novel dengan ketebalan 375 halaman ini resmi diluncurkan pada 1 Februari 2024 yang berdekatan dengan pesta demokrasi, menjadikan novel ini sebagai perbincangan hangat di kalangan pecinta sastra. Memiliki relevansi dengan Indonesia yang telah memasuki tahun politik, novel ini secara khusus mengangkat isu pemilihan presiden, mencerminkan kecocokan dengan situasi sosial-politik saat ini.

Novel Tere Liye “Teruslah Bodoh Jangan Pintar” mengisahkan tentang kondisi jelang pemilihan presiden yang dihubungkan dengan isu masalah pertambangan dan lingkungan. Berkisah tentang dunia pertambangan dengan segala permasalahannya. Sekelompok aktivis lingkungan merasa risih dengan fakta yang terjadi di area pertambangan.

Terjadi penggusuran rumah warga dengan kompensasi yang tak sepadan, kasus perusakan lingkungan yang berlebihan, terjadinya kecacatan pada bayi-bayi yang lahir akibat kontaminasi material pertambangan. Selain itu, terjadi juga kasus pemalsuan dokumen oleh perusahaan raksasa yang menguasai pertambangan melalui suap-menyuap dikalangan aparat. Para aktivis tersebut terdiri dari penulis terkenal, sutradara yang idealis, mantan wartawan, pemilik LBH atau Lembaga Bantuan Hukum dan seseorang yang terlihat misterius. Mereka melakukan gugatan ke pengadilan atas hal tersebut.

Isu-isu yang diangkat dalam novel ini menjadi sorotan menjelang pemilihan presiden. Salah satu kandidat menanggapi isu ini sebagai salah satu agenda utamanya, menjanjikan penyelesaian jika terpilih sebagai pemimpin negara. Setelah terpilih sebagai pemenang pemilihan, pemerintah membentuk tim khusus untuk menangani kasus ini. Proses hukum dimulai dengan pendapat dari kedua belah pihak, dengan PT Semesta Mineral and Minnings sebagai pihak tergugat. Meski tergugat tersebut memiliki bukti dan dokumen legal, banyak diantaranya diperoleh melalui praktik yang meragukan, seperti suap dan pelanggaran hukum lainnya.

Novel “Teruslah Bodoh, Jangan Pintar” tidak hanya menghibur, tetapi juga menggugah pikiran pembacanya. Dengan menghadirkan karakter-karakter yang realistis, Tere Liye mengajak pembaca untuk bersikap tegas dalam memperjuangkan kebenaran dan keadilan. Kata “bodoh” yang dimaksud Tere Liye pada judul novel nya bukan bodoh dalam artian tidak memiliki pengetahuan, tapi bodoh berarti tidak memiliki keserakahan dan ambisi, dan mulai fokus pada hal-hal penting dalam hidup seperti keluarga dan teman-teman.

Bagi sobat Suara USU atau pembaca setia Tere Liye, novel ini dapat ditemukan baik secara offline maupun online di toko buku terdekat. Jangan lewatkan untuk membaca dan menikmati cerita yang penuh kejutan dan inspirasi ini. Novel “Teruslah Bodoh, Jangan Pintar” tidak hanya sekadar cerita fiksi, tetapi juga cerminan dari realitas sosial dan politik yang perlu disikapi dengan bijak oleh masyarakat Indonesia.

Redaktur: Fathan Mubina


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

Chicken Soup For the Soul: Waktunya Berkembang, Ramuan Kisah Untuk Refleksi Diri

redaksi

Tingkatkan Pariwisata Indonesia, HMPI USU Melakukan Aksi Tanam Bunga

suarausu

Memahami Dinamika Keluarga Melalui Buku “Dompet Ayah, Sepatu Ibu”

redaksi