Reporter: Zahra Zaina Rusty
Suara USU, Medan. Kebahagiaan adalah hal yang selalu kita kejar dalam hidup. Disamping itu bagi beberapa orang lain kebahagiaan menjadi momok yang menakutkan. Pernahkah kamu mendengar perkataan “Jangan terlalu banyak tertawa, jika tidak mau banyak menangis,” atau momen-momen dimana kamu sedang tertawa dengan sangat mudahnya, seolah dunia berjalan dengan sangat ringan untuk kamu jalani, kemudian muncul sebuah perasaan ragu.
Kamu mulai mempertanyakan “Loh, kok dunia baik banget nih sama aku, dikasih bahagia terus, mau datang badai apa nih,” yang mana kemudian membuat kamu menghindari situasi menyenangkan karena menolak dan takut akan rasa sedih yang datang setelahnya. Jika kamu mengalami hal tersebut, maka jangan diabaikan. Mungkin kamu sedang mengalami Cherophobia.
Cherephobia merupakan suatu kondisi yang memengaruhi kesejahteraan mental dan membuat sulit untuk menikmati kebahagiaan sehari-hari. Cherophobia seringkali datang bersamaan dengan ketakutan akan kebahagiaan, membuat kita merasa tidak nyaman saat bahagia, cemas saat tersenyum lebar, atau bahkan menahan diri untuk tertawa dengan sepenuh hati. Mulai dari celetukan kecil semacam “hari ini banyak kali ketawa, pasti nanti mau nangis” ditengah- tengah momen bercanda gurau dengan teman. Kita tidak sadar bahwa biasanya kita menarik atau mendatangkan hal yang kita takuti, karena kita sudah takut akan datang momen yang membuat kita.
Merasa sedih berdekatan dengan saat kita merasa terlalu bahagia, percaya tidak percaya hal itu menjadi nyata. Konsep manifestasi, kita mendorong langkah kita mengikuti apa yang kita pikirkan. Kondisi yang memunculkan perasaan semacam kecemasan dalam kehidupan yang kita jalani sehari- hari memberikan dampak yang signifikan pada kesejahteraan mental kita. Ketika kita terus menerus mencoba menghindari kebahagiaan, kita mulai merasa terisolasi, gelisah bahkan memasuki tahap depresi. Kondisi ini kemudian dapat mempengaruhi hubungan sosial dan kualitas kehidupan yang akan kita jalani secara keseluruhan.
Normal bagi manusia untuk mengambil langkah seusai mengetahui bahwa kita dalam kondisi mental yang tidak baik. Hal pertama yang perlu kita lakukan setelah menyadari hal ini ialah menerima. Kita harus mulai menerima perasaan cemas tadi sebagai sebuah fakta bahwasanya kita dalam kondisi sakit. Proses mengakui perasaan cemas ini akan membantu kita untuk mulai menerima kondisi diri kita dengan lebih baik, sehingga kita tidak lagi ragu untuk meminta bantuan pada orang-orang sekitar.
Dengan menyadari dan menerima semua perasaan cemas tadi juga merupakan langkah awal penyembuhan. Kita jadi dapat mengetahui hal apa yang harus kita kerjakan agar menghindari perasaan cemas tersebut. Langkah kedua, kita harus mencari tahu darimana muncul perasaan cemas tersebut. Cari tahu apa yang kemudian menjadi pemicu ketakutan kita akan momen-momen bahagia, perasaan ingin tersenyum dan tertawa dengan bebas. Lihatlah ke masa lalu apakah ada pengalaman dari sana yang memicu kondisi ini.
Langkah ketiga tentu mendatangi terapi dari para ahli. Kondisi kesehatan mental bukan hal sembarangan yang bisa kita sepelekan hanya karena tidak memberikan efek yang langsung signifikan muncul dalam kehidupan sehari-hari. Berjumpa dan berkumpul dengan orang-orang yang kita cintai, melakukan aktivitas yang membuat kita merasa nyaman dan tenang, dan membiasakan diri kita akan perasaan yang hadir saat momen kebahagian datang menghampiri.
Ciptakan keseimbangan dalam kehidupan kita, penting untuk menjaga agar jasmani kita tetap sehat dengan. melakukan olahraga, agar proses penyembuhan rohani kita menjadi lebih mudah. Tersenyum, tertawa, merasakan perasaan membuncah dalam kehidupan sehari-hari ialah hal normal. yang tidak perlu kita takuti. Menjadi bahagia adalah hal mutlak dan normal yang akan kita rasakan, jika kita merasa takut untuk perasaan bahagia yang mendatangkan kemalangan kita akan merusak makna
Dari setiap momen yang kita jalani dalam hidup ini. Setelah memahami tentang kondisi seperti ini, penting untuk tidak mengabaikan hal-hal kecil dalam hidup kita dan meremehkan mereka hanya karena mereka belum tampak sebagai masalah besar. Cherophobia mungkin terasa tidak begitu mengancam pada awalnya, namun seperti pepatah mengatakan, “sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit.” Semakin kita menimbun ketakutan akan kebahagiaan, semakin sulit bagi kita untuk menerima dan menikmati setiap momen dalam hidup kita.
Redaktur: Khaira Nazira
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.