Oleh: Yessica Irene
Suara USU, Medan. Untuk kamu yang sering hadir dalam acara adat atau yang biasa disebut kerja tahun masyarakat Karo pasti sudah tidak asing lagi dengan olahan tepung ketan dan tepung beras dengan perpaduan rasa yang gurih dan manis ini.
Cimpa adalah snack andalan masyarakat Karo yang harus selalu hadir dalam setiap acara adat yang diselenggarakan oleh masyarakat Karo. Sejatinya, cimpa dihidangkan saat Merdang Merdem atau pesta panen khas masyarakat Karo. Cimpa biasa dihidangkan saat hari keenam Merdang Merdem. Namun, sejak pergeseran zaman, Merdang Merdem dipersingkat menjadi dua hari saja, kemudian makanan ini sudah bisa dihidangkan di hari pertama.
Selain Merdang Merdem, ada beberapa acara adat yang juga menyajikan cimpa, seperti musyawarah atau perpulungan, pernikahan, dan acara adat kematian. Tidak hanya pada saat acara adat, cimpa juga bisa disajikan sebagai camilan, seperti cimpa matah dan gulame yang jarang dihidangkan pada saat acara adat suku Batak Karo.
Jenis cimpa
Cimpa memiliki tiga jenis, yang perbedaan antara tiga jenis cimpa ini hanya terletak pada cara pembuatan dan untuk acara adat apa cimpa tersebut disediakan.
1. Cimpa Unung
Dalam pembuatan cimpa unung, tepung beras ketan merah atau putih dicampur dengan air sedikit. Lalu, adonan beras ketan dengan air diisi dengan sedikit campuran dari kelapa dan gula merah atau yang disebut dengan inti. Setelah adonan tadi diisi dengan inti, adonan tersebut dibungkus dengan daun pisang. Selanjutnya, adonan dikukus selama 20 sampai 30 menit
Jenis cimpa ini adalah yang paling lazim digunakan dalam acara-acara adat Karo. Dalam acara merdang merdem, cimpa unung adalah salah satu makanan utama yang harus disediakan. Cimpa unung adalah jenis cimpa yang cukup sulit pembuatannya.
2. Cimpa Tuang
Dalam pembuatan cimpa tuang, semua bahan seperti beras ketan, sagu, telur, kelapa, dan gula merah dicampur menjadi satu adonan. Setelah itu, adonan tersebut digoreng di atas panci yang sudah diolesi daging lemak sapi. Jenis cimpa ini biasanya disediakan sebagai bekal atau oleh-oleh. Pembuatannya lebih mudah dan penyajiannya tidak serumit cimpa unung.
3. Cimpa Matah
Pembuatan cimpa matah lebih mudah dan unik lagi. Dalam pembuatan cimpa matah, beras ketan, kelapa, gula merah ditumbuk jadi satu. Hasilnya disediakan dalam bentuk bubuk dan disediakan di atas piring. Biasanya cimpa ini dimakan untuk acara harian saja.
Keberadaan cimpa sebenarnya tidak memiliki filosofi khusus, namun rasa dan cara pembuatannya memiliki ajaran hidup yang sangat berarti. Rasa manis pada cimpa memberikan arti hidup untuk selalu bersuka cita. Sedangkan cara pembuatan mengajarkan untuk berbagi kepada sesama.
Cimpa memang memiliki makna yang dalam bagi suku Karo. Karena cimpa, bisa mempererat tali persaudaraan. Cimpa jenis unung-unung bisa kamu dapatkan dengan hanya merogoh kocek Rp 2.000 untuk satu cimpa. Oleh karena itu bagi kamu yang penasaran akan makanan tradisional khas daerah bercuaca dingin ini bisa langsung mampir ke daerah Karo ya, kamu bisa dengan mudah menemukannya di daerah Berastagi dan sekitarnya!!
Penyunting: Zukhrina Az Zukhruf
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.