SUARA USU
Life Style

Dalihan Na Tolu: Warisan Filosofi Batak yang Dilestarikan

Oleh : Vimelia Hutapea

Suara USU, Medan. Dalam upaya melestarikan warisan budaya Batak, masyarakat di Sumatera Utara terus mengembangkan dan memperkenalkan filosofi Dalihan Na Tolu kepada generasi muda. Filosofi ini, yang berasal dari suku Batak Toba, mengajarkan nilai-nilai kekeluargaan, solidaritas, dan persaudaraan.

Menurut Dalihan Na Tolu, hubungan antara individu, keluarga, dan masyarakat memiliki peran penting dalam membangun keharmonisan sosial. Dalam bahasa Batak Toba, “Dalihan Na Tolu” secara harfiah berarti “tiga lapisan” atau “tiga tingkatan”. Konsep ini menggambarkan hubungan yang kompleks antara individu, keluarga, dan masyarakat.

Meskipun Dalihan Na Tolu secara khusus berasal dari masyarakat Batak Toba, konsep serupa juga ditemukan dalam budaya Batak Mandailing dan Angkola. Meskipun istilah yang digunakan mungkin berbeda, prinsip-prinsip dasarnya tetap sama, yaitu membangun hubungan yang kuat antara individu, keluarga, dan masyarakat.

Di masyarakat Batak Mandailing, konsep serupa dengan Dalihan Na Tolu dikenal sebagai “Dalihan Natolu” atau “Dalihan Na Tolu Mandailing”. Konsep ini juga mengacu pada tiga aspek utama dalam kehidupan masyarakat: kekerabatan, kesepakatan, dan solidaritas. Sama seperti dalam Dalihan Na Tolu, nilai-nilai seperti hormat, persatuan, dan musyawarah menjadi inti dari sistem sosial dan budaya masyarakat Mandailing.

Sementara itu, di masyarakat Batak Angkola, konsep serupa dikenal sebagai “Tiga Halat” atau “Tiga Halak”. Meskipun istilahnya berbeda, konsep ini juga menggarisbawahi pentingnya hubungan sosial dan kekeluargaan dalam membangun harmoni di masyarakat. “Tiga Halat” merujuk pada tiga unsur penting dalam kehidupan masyarakat Angkola, yaitu hubungan antarindividu, hubungan dalam keluarga, dan hubungan dengan masyarakat luas.

Meskipun memiliki istilah yang berbeda, nilai-nilai kekeluargaan, solidaritas, dan persaudaraan tetap menjadi pijakan utama dalam masyarakat Batak Mandailing dan Angkola, sebagaimana dalam Dalihan Na Tolu masyarakat Batak Toba.

Dalihan Na Tolu menjadi dasar bagi banyak aspek kehidupan masyarakat Batak, termasuk dalam sistem adat, upacara adat, dan tata kelola masyarakat. Konsep ini tidak hanya berfungsi sebagai pedoman perilaku sosial, tetapi juga sebagai fondasi bagi pembentukan kepemimpinan dan pengambilan keputusan di tingkat lokal.

Meskipun telah melewati berbagai perubahan zaman, filosofi Dalihan Na Tolu tetap menjadi pijakan yang kuat bagi masyarakat Batak dalam menjaga nilai-nilai tradisional mereka. Dengan terus mewariskannya kepada generasi mendatang, harapannya filosofi ini akan terus menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas dan keberlanjutan budaya Batak.

Redaktur : Evita Sipahutar


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

Pentingnya Budaya “Terima Kasih” dan “Maaf”

redaksi

Kolestrol Naik saat Lebaran: Faktor Penyebab dan Tips untuk Meminimalisirnya

redaksi

Mana Dianjurkan Saat Berbuka, Makan Berat atau Salat Magrib Dahulu?

redaksi