SUARA USU
Life Style

Deulcast dan Trend Nikah Muda Saat Ini

Penulis : Agus Nurbillah

Suara USU, MEDAN. Nikah muda menjadi sebuah fenomena sosial yang belakangan ini kerap kita jumpai. Terlepas dari faktor penyebab nikah muda, seharusnya hal ini perlu adanya pertimbangan yang matang. BKKBN menyebutkan bahwa Nikah muda nikah dini, atau pernikahan usia dini adalah apabila menikah pada usia kurang dari 21 tahun bagi perempuan dan kurang dari 25 tahun untuk laki-laki.

Deulcast, sebuah platform podcast yang dibahas secara ringan oleh Danang Aryo Kusumo, mahasiswa antropologi Universitas Sumatera Utara. Dalam poscastnya ini, Danang membahas beberapa kejadian yang sering terjadi di masyarakat sebagai media refleksi sekaligus berbagi pendapat di dalamnya. Dalam salah satu episode podcastnya, Danang membahas tentang nikah muda yang menjadi trend di kalangan remaja saat ini.

“Daerah saya merupakan wilayah pedesaan. Banyak juga mindset dan perspektif bahwa pendidikan tidak harus ditempuh tinggi-tinggi, terkhusus untuk perempuan dengan asumsi : ngapai juga kuliah tinggi-tinggi kalo pun misalkan nanti bakalan ending di dapur juga?” Ujar Danang saat kami wawancarai via Whatsapp.

Danang menambahkan, akibat pergaulan laki-laki di daerahnya cenderung banyak yang enggan lanjut kuliah ataupun bahkan putus sekolah di SMP ataupun SMA. Hal ini cocok diulas dan dipertanyakan mengapa, dan tidak sedikit pula fenomena nikah muda terjadi di sana karena stereotip orang tua yang menganggap anak perempuan yang menikah di usia matang dikatakan perawan tua.

Kemudian juga ada beberapa yang menikah karena sudah pernah melakukan tindakan tidak sopan dimata agama yakni berzina, sehingga hal ini merupakan sebuah fenomena yang cocok ditinjau dan juga didalami bagaimana nikah muda itu dan apa dampak kedepannya.

“Trend nikah muda ini kalau di pedesaan sudah menjadi hal yang biasa. Tapi ada juga yang berfikir dari pada terus mendekati zina, maka menikah. Selain itu, mungkin juga karena ada public figure yang melakukan nikah muda, sehingga menginspirasi millenial untuk nikah muda. Lalu kalau soal dampak yang saya tahu itu, pastinya akan susah cari pekerjaan, karena pendidikan yang rendah.”

“Kan karena nikah muda dia tentu putus sekolah. Kemudian juga karena emosi yang labil belum tentu bisa harmonis setiap saat. Karena yang kita tahu untuk menyatukan dua pemikiran yang berbeda haruslah butuh pengertian antar sesama, dengan karakter mereka yang tentunya juga berbeda. Belum lagi dengan adanya kemungkinan masalah reproduksi antara perempuan dan laki-laki yang melakukan nikah muda, karena usia mereka yang belum matang atau produktif untuk sebuah pernikahan,” tuturnya.

Terakhir, Danang menyebutkan solusi bagi mereka yang dilema soal nikah muda ini. Kembali lagi ke individu masing-masing, walaupun dia masih muda tapi sudah mapan secara materi, finansial, dan akidah, silakan saja. Karena menikah itu bukan hanya dilandasi sayang, tapi rasa sepenanggungan.

Sakit dan sehat semuanya dilalui bersama, senasib sehati. Tetapi kalau misalkan dia merasa dirinya masih banyak kurangnya, alangkah baiknya jangan terburu-buru. Pantaskan diri terlebih dahulu lebih baik karena mindset  matang akan terbentuk dan dapat membina rumah tangga yang baik kedepannya.

Mari peka terhadap fenomena di sekitarmu, jadilah kritis dalam menghadapi suatu kondisi, dan jangan lupa berbagi ceritamu lalu dengarkan di Deulcast!

Redaktur: Muhammad Fadhlan Amri


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

Mengenal Inovasi Nyamuk Wolbachia Alternatif Pencegahan DBD: Apakah Efektif?

redaksi

Mengenal Monday Blues di Kalangan Mahasiswa

redaksi

Budaya Berburu Nasi Kotak di Hari Jum’at, Skill Menghemat Ala Mahasiswa

redaksi