SUARA USU
Opini

Diskriminasi yang Merusak Psikologis!

Oleh:  Ummaina Rahma

Suara USU, MEDAN.

Belakangan ini marak terjadi diskriminasi hingga sudah merujuk pada perilaku bullying,perlu kita ketahui terlebih dahulu apa itu diskriminasi. Diskriminasi adalah sikap membedakan secara sengaja terhadap golongan-golongan yang berhubungan dengan kepentingan tertentu. Pembedaan tersebut biasanya didasarkan pada agama, etnis, suku,dan ras yang cenderung dilakukan oleh kelompok mayoritas terhadap kelompok minoritas.

Tidak jarang kekurangan seseorang kerap dijadikan alasan orang tersebut didiskriminasi oleh orang-orang di lingkungannya. Salah satu contoh patologi ini sudah banyak menimbulkan keresahan dan  juga korban, namun para pelakunya kurang menyadari bahwa apa yang iya lakukan itu merupakan perilaku diskriminasi.

Apakah pantas kekurangan seseorang dijadikan tolak ukur posisinya di masyarakat?

Tidakkah kita berpikir bahwa hal itu bisa menggoyahnya psikologis orang tersebut. Bahkan saat ini sudah banyak terjadi hal-hal negatif  dikarenakan adanya diskriminasi, seperti perubahan sikap sosial, upaya untuk melukai diri, hingga percobaan bunuh diri. Alih-alih mendapatkan dukungan untuk mencintai kekurangannya, mereka malah mendapat cemoohan dan perbedaan perlakuan dari orang disekitarnya.

Hal ini terjadi pada siswi sekolah dasar yang duduk di bangku kelas 6. Saudara kembar yang terlahir tidak sempurna dengan kondisi kurangnya kefasihan dalam berbicara dan cara berpikir mereka yang berbeda dari anak seusianya.

Tak sedikit anak-anak  seusianya yang enggan bercengkrama dengan mereka karena kekurangan yang mereka miliki. Bukan hanya itu,bahkan orang-orang dewasa juga memperlakukan mereka secara tidak pantas. Mereka sering mendapatkan cemooh dari teman-teman di lingkungan tempat tinggal maupun di lingkungan sekolah tempat mereka menuntut ilmu.

Kini kedua twin princess itu tidak ingin lagi bercengkrama dengan teman seusianya dan seluruh masyarakat sekitar, mereka hanya mengurung diri di dalam rumah dan enggan untuk bersosialisasi, mereka juga memiliki rasa cemas dan takut untuk bertemu orang-orang disekitar mereka. Saat ini yang menjadi support system untuk keduanya hanyalah keluarga, yang selalu memberikan dukungan dan semangat  untuk mencintai apapun kekurangan yang mereka miliki.

Besar kemungkinan mereka telah mengalami Fobia Sosial (sosial anxiety disorder),salah satu jenis fobia yang ditandai dengan rasa cemas dan takut berlebihan saat berinteraksi dengan orang-orang sekitar. Jika tidak segera ditangani, fobia Sosial bisa berdampak pada terganggunya aktivitas sehari-hari dan kualitas hidup penderita.

Bukankah kekurangan seseorang merupakan keistimewaan yang diberikan tuhan kepada mereka, dari kekurangan itu peran kita sangat besar untuk selalu merangkul, mendukung, dan mendorong mereka agar mencintai semua kekurangan yang mereka miliki.Bukan malah memperlakukan perlakuan yang tidak senonoh, yang akan memberikan tekanan dan akan mengganggu kondisi psikis mereka.

Diskriminasi tidak seharusnya terjadi, salah satu jenis patologi ini harus segera dihilangkan dengan tuntas dari masyarakat, Dikarenakan status kita di mata tuhan sama,dan yang membedakannya hanyalah bagaimana cara kita bertaqwa kepadanya.

Redaktur: Muhammad Fadhlan Amri


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

Tren Foto dengan Jas Almamater, Abadikan Momen dengan Teman Seperjuangan

redaksi

Mengenal Fast Fashion, Tren Mode Nirfaedah

redaksi

Mahasiswa Junior Tidak Boleh Berdandan Cantik dan Menarik, Apakah Masih Ada Senioritas di Kampus?

redaksi