SUARA USU
Kabar Kampus

Ercakap-cakap Budaya Karo dalam Diskusi IMKA Erkaliaga FH USU

Oleh: Tesalonika Br. Tarigan

Suara USU, Medan. Ikatan Mahasiswa Karo (IMKA) Erkaliaga FH USU mengadakan Diskusi Kebudayaan Karo bertema “Ercakap-cakap Budaya Karo” yang dilaksanakan via zoom meeting pada Sabtu (23/10) dengan dipandu oleh Rebina Br Ginting selaku moderator dalam diskusi ini.

Diskusi ini membahas mengenai pentingnya ertutur dalam sistem kekerabatan masyarakat Karo yang melibatkan Simpei Sinulingga selaku Pemerhati Budaya Karo dan Pendiri Simpei Art Desa Lingga sebagai pembicara dalam diskusi ini. Dalam suku Karo terdapat Merga Silima, yaitu Karo-karo, Ginting, Tarigan, Sembiring, dan Perangin-angin sehingga diperlukan ertutur.

Untuk dapat mengetahui bagaimana pola kekerabatan dalam masyarakat Karo, maka penting dilakukan ertutur, Simpei Sinulingga menyatakan tujuan ertutur ialah mencari kedekatan kekerabatan yang lebih dekat sehingga sosial budaya dapat terjalin dengan baik agar dapat saling mengungkapkan silsilah dan sejarah, nilai dari tempat tinggal hingga asal usul dari ayah (Merga/Beru) dan dari Ibu (Bere-Bere). Ertutur tidak hanya untuk saling mengenal saja, dalam ertutur terdapat pola kekerabatan yang dikenal dengan Rakut Sitelu, Tutur Siwaluh dan Perkaden-kaden Sepulu Dua Tambah Sada.

Saat ertutur hal biasa yang ditanyakan ialah Merga yaitu sembuyak (sukut); Bere-Bere yaitu simada dareh (laki-laki), singalo bere-bere (perempuan); Binuang yaitu Kalimbubu Bena-bena; Kampah yaitu Puang Kalimbubu (ciken-ciken : laki-laki), perkempun/perninin (perempuan); Soler yaitu Puang nu Puang Kalimbubu. Adapun hubungan kekerabatan yang paling jauh dari ertutur ialah Puang Kalimbubu, Anak Beru Menteri, Sendalanen dan Sepengalon. Sehingga dalam ertutur tidak pernah ada puang nu puang kalimbubu dan anak beru singukuri, hal ini hanya dapat terjadi jika masih ada hubungan darah langsung, yang artinya tidak perlu ertutur.

Dalam tutur suku Karo terdapat Tutur Siwaluh, yaitu terdiri atas Senina, Sipemeren, Siparibanen, Sipengalon/Sepengalon, Anak Beru, Anak Beru Menteri, Kalimbubu, Puang Kalimbubu. Ertutur dapat diaplikasikan dalam acara adat, sukacita maupun dukacita, yang dalam adat Karo pengaplikasiannya dibagi menjadi 3 bagian yang disebut dengan Rakut Sitelu. Rakut Sitelu terdiri atas Sukut, Kalimbubu, Anak Beru.

Dari semua pola kekerabatan dalam tutur suku Karo dirangkum menjadi 12 bagian menurut posisinya dalam acara adat yang seharusnya disebutkan saat selesai membayar utang adat yang disebut dengan Mukul, Ngapuri Belo atau Mecah Tinaruh. Dan ditambah 1 karena terdapat posisi khusus bagi perempuan dalam adat yaitu Perbibin. Perkaden-kaden Sepuluh Dua yaitu terdiri atas Nini, Bulang, Kempu, Bapa, Nande, Anak, Bengkila, Bibi, Permen, Mama, Mami, Bere-bere. Tambah sada yaitu Bibi Nande yang merupakan satu-satunya kaum perempuan yang terlibat utang adat, dan suaminya beda posisi adat.

“Teman Meriah bukan dalam konteks budaya Karo, dalam suku Karo juga dikenal adanya Rebu, yaitu larangan berbicara langung, misalnya antara Mami dan Kela, hal ini dikarenakan tidak adanya hubungan apapun baik secara adat maupun darah antara mami dan kela,” tutur Simpei Sinulingga.

Dalam suku adat Karo terdapat sanksi adat jika menikahi yang sedarah/turang, “jika hal ini terjadi, maka orangtua akan menyiapkan sesuatu terakhir berupa warisan sebelum diusir dari kampung, setelah hak waris diputus, maka tidak boleh lagi datang ke kampung untuk mengambil warisan. Sanksi hukum adatnya yaitu, diputus hak waris sebagai keluarga dan material, hal ini demi menyelamatkan desa dan juga demi menyelamatkan adat,” tutup Simpei.

Diharapkan dengan terlaksananya diskusi ini dapat menambah wawasan mahasiswa mengenai kebudayaan Karo khususnya mengenai ertutur. Mejuah-juah!

Redaktur: Yessica Irene


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

Gebrakan Baru! FORMILTAN FP USU Gelar GUFERMAS di Desa Ndeskati Kabupaten Karo

redaksi

Terkait Ketidakadilan Penggolongan UKT, Biro Keuangan Hingga Rektor Beri Tanggapan!

redaksi

Mahasiswa EP Peringati Maulid Nabi 1445 H dengan Merefleksikan dan Meneladani Rasulullah

redaksi