Oleh: Nicolas Finandia Sinaga (210306116/FP), Dhea Ananda (210903007/FISIP), Rinja Paronatama Harahap (210905112/FISIP), Dea Gracia Lumbantobing (210904057/FISIP), Dela Paramita (210805016/FMIPA), Didi Rizki Lubis (210308068/FP), Yusuful Habibi (210200075/FH)
Dalam rangka Project Based Learning Pendidikan Pancasila Kelas 8 Tahun Pembelajaran 2021/2022 Universitas Sumatera Utara, sekumpulan mahasiswa/i USU yang berasal dari beragam daerah ini melakukan survei dengan mewawancarai para Gen Z untuk mengetahui apa yang mereka tahu mengenai bully ini. Dalam penyusunan project ini dituntun oleh Bapak Fajar Utama Ritonga, S.Sos, M.Kesos selaku dosen pengampu.
Goodman dan Stivers (2010) mendefinisikan Project Based Learning (PjBL) merupakan pendekatan pengajaran yang dibangun di atas kegiatan pembelajaran dan tugas nyata yang memberikan tantangan bagi peserta didik yang terkait dengan kehidupan sehari-hari untuk dipecahkan secara berkelompok. Sekumpulan mahasiswa tersebut mengambil topik “Kepedulian Generasi Z terhadap Bully”. Dengan melakukan wawancara terhadap narasumber dan menuangkan emosi kedalam seni puisi.
Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan secara sengaja dan terjadi berulang-ulang untuk menyerang seorang target atau korban yang lemah, mudah dihina dan tidak bisa membela diri sendiri (Sejiwa, 2008). Bullying juga didefinisikan sebagai kekerasan fisik dan psikologis jangka panjang yang dilakukan seseorang atau kelompok, terhadap seseorang yang tidak mampu mempertahankan dirinya dalam situasi di saat ada hasrat untuk melukai atau menakuti orang itu atau membuat dia tertekan (Wicaksana, 2008).
Seperti yang telah tertuang pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak sebagaimana yang telah diubah oleh Undang-undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, seseorang yang melakukan tindak bullying dapat dikenai pidana. Penelitian yang dilakukan dengan wawancara yang bertujuan “Upaya Mengurangi Kasus Bullying Terhadap Generasi Z”, masih banyak terdapat kasus bullying di lingkungan sekitar. Hal ini membuktian masih kurangnya sensitivitas masyarakat mengenai bully ini. Fakta di lapangan, dimana para peneliti mengatakan bahwa masih terdapat kekerasan Bullying, baik dilingkungan sekolah maupun dilingkungan masyarakat.
Lokasi penelitian tersebut, meliputi :
-Kecamatan Tanjung Morawa
-Kecamatan Medan Tuntungan
-Kota Padang Sidempuan
-Kecamatan Medan Johor
-Kota Pekanbaru, Riau
Setiap peneliti melakukan penelitian kepada 1-2 orang Gen Z yang berada pada jangkauan umur 10-27 tahun. Ditemukan beragam respon dari para narasumber. Seperti narasumber AB (12), siswi yang masih duduk di bangku SMP ini tidak terlalu peka dengan adanya bully ini, yang ia tahu bully ini adalah tindakan seperti mengejek saja layaknya anak sekolah pada umumnya. Sedangkan para narasumber yang sudah menduduki bangku SMA atau kuliah sudah lumayan mengerti mengenai Bully. Hal ini cukup menyedihkan karena bully lebih sebenarnya lebih banyak terjadi di lingkungan sekolah seperti SD dan SMP dibandingkan masa-masa remaja ke atas.
Bullying diyakini dapat memicu rasa benci terhadap pelaku dan terhadap teman-temannya yang lain yang dapat merusak hubungan antar mereka. Salah satu korban juga mengalami perubahan kepribadian setelah mendapat bullying dan korban memilih untuk menghindari pelaku serta dikarenakan ada rasa takut untuk kembali dibully, membuat korban berusaha untuk bekerja sebaik mungkin. Disamping itu, dampak positif juga dirasakan oleh salah satu narasumber yaitu merasa lebih tegar dan bermental baja pasca bullying yang dijadikan sebagai motivasi bagi dirinya.
Pembelajaran singkat juga diberikan para mahasiswa/i kepada para Gen Z dengan sebuah flyer yang berisikan mengenai perundungan agar mereka lebih peduli akan hal ini. Para Narasumber juga dites kembali apakah benar-benar mengerti akan hal tersebut. Hasilnya semua narasumber merasa lebih mengerti dan mendapat pengetahuan baru mengenai bully ini. Hal ini sebagai wujud pemupukan dini terhadap Gen Z agar lebih mengerti dan peduli dengan sesama.
Selain wawancara, mereka juga menuangkan emosi mereka ke dalam sebuah karya seni puisi hasil dua dari anggota kelompok mereka yaitu Nicholas dan Dea. Puisi tersebut dapat diyakini membuat para pendengarnya semakin masuk menghayati pedihnya bully tersebut dan lebih berhati-hati dengan namanya bully.
Apabila ingin mendengar selengkapnya mengenai projek para mahasiswa/i ini dapat dengan mengklik tautan berikut https://youtu.be/LmEWnL-AP_g
Lampiran:
Daftar Pustaka
Zakiyah, E.Z, dkk (2017, Juli). Faktor Yang Mempengaruhi Remaja Dalam Melakukan Bullying.
Nurhayati, A.S, Harianti, D. Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)
Redaktur: Agus Nurbillah
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.