Oleh: Alicia Reylina
Suara USU, Medan. Halo Sobat Suara USU! Apakah kamu pernah mendengar tentang law of attraction atau yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan hukum tarik-menarik? Jika belum pernah, apakah kamu pernah berada di dalam situasi sedang memikirkan sesuatu, lalu mempercayainya, dan kemudian hal tersebut benar-benar terjadi? Jika pernah, ayo kita mengenal tentang law of attraction, jawaban atas situasi yang pernah kamu alami.
Konsep law of attraction pertama kali digagas oleh Phineas Quimby, seorang filsuf dan penyembuh dari Amerika Serikat pada abad ke-19. Quimby percaya bahwa pikiran kita memiliki kekuatan untuk menarik pengalaman dan kejadian dalam hidup kita. Kemudian ada William Walker Atkinson yang juga memperkenalkan gagasannya tentang konsep energi, getaran, dan pikiran secara komprehensif di dalam bukunya; “Thought Vibration: or the Law of Attraction in the Thought World”, lalu konsep law of attraction dipopulerkan oleh Rhonda Byrne melalui karyanya, yaitu “The Secret”.
Sederhananya, law of attraction atau hukum tarik-menarik adalah kemampuan kita untuk ‘menarik’ apa yang sangat kita inginkan dan menjadikannya kenyataan. Menurut konsep ini, apa pun yang kita pikirkan dan percayai, maka itulah yang akan menjadi kenyataan. Entah itu pikiran positif atau negatif.
Lalu, bagaimana law of attraction bekerja?
Ada prinsip-prinsip universal yang membentuk hukum tarik-menarik ini bekerja:
- “Like Attracts Like” atau “Sesuatu yang Serupa akan Menarik Sesuatu yang Serupa”
Hukum ini menyatakan bahwa hal-hal serupa akan saling tertarik. Artinya, kita cenderung menarik orang yang mirip dengan kita, dan pikiran seseorang cenderung menarik hasil yang serupa. Pemikiran negatif diyakini akan menarik pengalaman negatif, sedangkan pemikiran positif diyakini akan menghasilkan pengalaman yang diinginkan. Energi positif akan menarik energi positif, dan begitu pula sebaliknya. Misalnya, ketika kita merasa bahagia dan optimis, kita cenderung menarik lebih banyak pengalaman dan orang-orang yang mendukung perasaan tersebut. Sebaliknya, jika kita merasa cemas atau marah, kita mungkin akan menarik situasi yang memperburuk perasaan tersebut.
- “Nature Abhors a Vacuum” atau “Alam Tidak Menyukai Ruang Hampa”
` Hukum ini menyatakan bahwa ketika ada kekosongan atau keadaan kosong dalam pikiran atau lingkungan seseorang, alam cenderung mengisi kekosongan itu dengan sesuatu yang sesuai dengan energi atau pikiran yang ada. Sebagai contoh, jika kita merasa tidak bahagia atau tidak memiliki tujuan yang jelas dalam hidup (kekosongan), alam cenderung menarik pengalaman atau situasi yang memperkuat perasaan tersebut, seperti lebih banyak kejadian yang membuat kita merasa tidak bahagia atau tidak memiliki tujuan yang jelas. Sebab sesuai dengan yang dicetuskan oleh Aristoteles, bahwa tidak mungkin ada ruang yang benar-benar kosong dalam pikiran dan hidup. Maka isilah pikiran kita dengan hal-hal positif.
- “The Present is Always Perfect” atau “Masa Kini Selalu Sempurna”
Hukum ini menyatakan bahwa selalu ada hal yang dapat kita lakukan untuk memperbaiki masa kini. Meskipun masa kini mungkin selalu tampak cacat, hukum ini mengusulkan bahwa, daripada merasa takut atau tidak bahagia, kita harus memfokuskan energi kita untuk menemukan cara agar masa kini menjadi yang terbaik. Misalnya, jika saat ini kita menghadapi tantangan atau kegagalan, kita dapat melihatnya sebagai kesempatan untuk tumbuh dan belajar, serta untuk mengarahkan pikiran positif ke hal-hal yang ingin kita capai di masa mendatang.
Selanjutnya, bagaimana menerapkan law of attraction dalam kehidupan?
Pertama-tama kita harus bersyukur atas hal-hal baik yang ada dalam hidup kita saat ini. Misalnya, menghargai kesehatan yang dimiliki, hubungan yang mendukung, atau kesempatan-kesempatan yang ada. Selanjutnya, penting untuk memvisualisasikan secara jelas tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Misalnya, membayangkan diri sukses dalam karier atau mencapai keseimbangan hidup yang diinginkan dan memvisualisasikannya entah itu melalui jurnal atau lainnya. Selain itu, kita harus mencari sisi positif dari setiap situasi membantu memancarkan energi positif yang sesuai dengan prinsip tarik-menarik. Misalnya, melihat kesulitan sebagai peluang untuk tumbuh dan belajar. Mengidentifikasi dan mengatasi pikiran negatif juga penting, seperti merubah kekhawatiran menjadi rencana tindakan yang positif. Menggunakan afirmasi positif secara teratur memperkuat keyakinan diri dan membantu mempertahankan fokus pada hal-hal yang ingin dicapai. Terakhir, belajarlah dari pengalaman negatif untuk mendapatkan wawasan baru dan membangun diri secara pribadi.
Pada akhirnya, meskipun hukum tarik-menarik bukanlah solusi langsung untuk semua masalah dalam kehidupan, konsep ini dapat membantu kita mengembangkan pandangan hidup yang lebih optimis dan terus termotivasi untuk mencapai tujuan. Menurut law of attraction, kita dapat menciptakan realitas kita sendiri, sehingga memiliki keyakinan dan sikap positif dapat membawa perubahan yang signifikan dalam hidup kita.
Redaktur : Grace Pandora Sitorus
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.