Oleh : Michelle Chika
Suara USU Medan. Hemat, kata tersebut sudah melekat dengan para mahasiswa terutama bagi anak kosan. Semenjak diberlakukan pembelajaran tatap muka, kantin-kantin yang berada di USU tidak beroperasi lagi dan sebagai gantinya didirikannyalah beberapa café di lingkungan USU. Pada awalnya tentu dengan adanya café-café tersebut menimbulkan rasa penasaran di kalangan mahasiswa, karena selain tempat nya yang nyaman, makanan yang disajikan pun lebih bervarian. Namun balik lagi ke awal, sepertinya kata hemat sudah tidak terlalu bisa diterapkan lagi.
Beredarnya informasi terkait dengan pembenahan dan peningkatan yang dilakukan oleh pihak USU dalam mengiplementasikan kebijakan internasionalisasi menjadi asumsi terkait dengan penutupan kantin-kantin tersebut, dan diluar kebijakan tersebut benar adanya eksistensi kantin sudah mulai ditinggalkan, hal tersebut dapat dilihat dari kebanyakan kantin yang berada di kampus luar Sumatera terutama di Pulau Jawa yang sudah beralih ke dalam bentuk café.
Satu hal yang menjadi pertanyaan adalah apakah standar institusi mahasiswa, terkhususnya di USU memiliki kesetaraan? Dan tentu jawabannya tidak. Penulis sendiri sudah mendengar berbagai keluh kesah dari para mahasiswa yang merasa kesulitan jika ingin sekedar mencari makan siang yang sederhana. Karena biasanya rutinitas makan siang bukanlah hal yang sulit karena sudah tersedia kantin di masing-masing fakultas, namun berbeda dengan situasi sekarang ini. Mau tidak mau untuk menghemat waktu, pada akhirnya mereka akan mengakhiri makan di café dengan mengeluarkan biaya lebih.
Oleh karena hal tersebut, harapan mahasiswa adalah langkah yang baik jika pihak universitas dapat mempertimbangkan kembali untuk mempertimbangkan terkait dengan penutupan kantin-kantin yang berada di lingkungan USU. Karena pada akhirnya dengan adanya perluasan kantin di USU, akan memberikan dampak yang baik bagi mahasiswa USU.
Redaktur: Yessica Irene
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.