SUARA USU
Tempat

Museum Letjen Jamin Ginting, Destinasi Sejarah Perjuangan Pahlawan Nasional dan Budaya di Tanah Karo

Oleh: Alifah Salsabila

Suara USU, Medan. Museum Letjen Jamin Ginting, yang terletak di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, adalah salah satu destinasi bersejarah yang penting di Indonesia. Museum ini didedikasikan untuk mengenang dan menghormati Letjen Jamin Ginting, seorang pahlawan nasional yang berperan signifikan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, khususnya di wilayah Sumatera Utara. Museum Letjen Jamin Ginting diresmikan pada tanggal 07 September 2013 oleh Menteri Pertahanan yang menjabat saat itu, Prof. Ir. Purnomo Yusgiantoro, M.Sc., M.A., Ph.D. Didirikannya Museum Letjen Jamin Ginting di Desa Suka, Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo adalah sebagai tanda dari desa tempat kelahiran Letjen Jamin Ginting dan juga diharapkan dapat menjadi wadah untuk melestarikan nilai-nilai perjuangan dan budaya.

Filosofi daripada desain unik dari Museum Letjen Jamin Ginting ini terinspirasi dari perjuangan Letjen Jamin Ginting yang diumpamakan seperti bentuk kulit kacang yang terus melindungi isinya meskipun panas terik matahari menyengat di siang hari, sama halnya seperti Letjen Jamin Ginting yang tetap terus berjuang melindungi bangsa dan tanah airnya. Meskipun rintangan menerpa, cucuran peluh dan darah menyatu dalam derap langkah perjuangannya, beliau tidak pernah menyerah untuk melindungi dan membela tanah kelahirannya dan negaranya hingga akhir hayat.

Letjen Jamin Ginting lahir di Desa Suka, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo, pada tanggal 12 Januari 1921. Anak dari Lantak Ginting Suka dan Tindang Br. Tarigan, ia menikah dengan Likas Br. Tarigan dan memiliki 5 orang anak. Selama perang kemerdekaan, Letjen Jamin Ginting menggerakkan pasukannya untuk bertempur melawan penjajah di Medan Area, Langkat, Tanah Karo, sampai Tanah Alas. Setelah “pengakuan kedaulatan,” Jamin Ginting dipercaya menjadi Komandan Batalyon III berkedudukan di Medan, Komandan Komando Basis Kota Medan, Komandan Resimen II TT-I BB, Kepala Staf TT-I BB, dan Panglima TT-I BB, dan pada puncak karir militernya beliau berpangkat Letnan Jenderal.

Di museum yang terdiri atas dua lantai ini tersimpan berbagai barang-barang koleksi dari peralatan hidup kebudayaan suku Karo dan barang koleksi Letjen Jamin Ginting. Peralatan hidup kebudayaan suku Karo dan barang koleksi Letjen Jamin Ginting ini tertata rapi di lantai satu museum yang terdiri dari pakaian adat tradisional, alat tenun, perabotan rumah, alat musik tradisional, alat pertanian Karo, seragam dinas, senjata, penghargaan, buku, dan lain sebagainya. Ketika kita memasuki pintu utama museum ini, kita langsung disambut dengan manekin yang memakai pakaian tradisional dari suku Karo, tentunya merupakan salah satu hasil dari kebudayaan Karo. Seiring berkembangnya kebudayaan, masyarakat Karo telah memiliki banyak ragam pakaian adat dengan fungsi-fungsi yang berbeda.

Di sudut kiri lantai satu Museum Letjen Jamin Ginting terdapat pakaian adat dan alat tenun. Pakaian adat tersebut langsung ditenun dari alat tenun kain. Secara tradisional, pakaian adat Karo ditenun oleh para wanita Karo dengan menggunakan kembaya (semacam kapas) yang dijadikan benang dan dicelup dengan alat pewarna yang dibuat dari bahan kapur, abu dapur, kunyit, dan telep (sejenis tumbuhan). Selain pakaian adat dan alat tenun, di sudut kiri lantai satu museum juga terdapat akses jalan menuju lantai atas, di mana pada akses menuju lantai atas tersebut terdapat jajaran foto yang memiliki ribuan makna dan fakta. Desain khusus akses menuju lantai atas sangatlah unik dan menarik, karena bukanlah dalam berbentuk tangga, melainkan dalam berbentuk jalan tanjakan melingkar yang dikelilingi oleh lapisan kayu dan jajaran foto yang sangat memukau.

Ketika kita memasuki sudut kanan lantai satu Museum Letjen Jamin Ginting, dimulai dengan perabotan utama di dalam rumah suku Karo yaitu perlengkapan memasak. Peralatan masak-memasak disusun atau disangkutkan di atas langit-langit tungku yang disebut dengan para-para. Ada empat tungku masak, satu tungku digunakan dua keluarga bersisian. Capah tempat makan terbuat dari kayu yang berbentuk bundar, luas permukaan capah hampir dua kali piring makan. Begitu pula kudin taneh alias periuk tanah yang biasa digunakan untuk merebus sayur dan lauk. Periuk tanah (kudin taneh) dan peralatan dapur termasuk capah piring makan ditempatkan di para-para tungku masak keluarga.

Hal yang dapat kita temukan di sudut kanan museum selain perlengkapan memasak adalah berbagai alat musik tradisional Karo yang terdiri dari Sarune, Gendang Singanaki, Gendang Singidungi, Gendang Penganak, dan Gung. Alat musik tradisional Karo ini dapat kita temukan dan lihat secara langsung dalam bentuk fisik di Museum Letjen Jamin Ginting. Sierjabaten adalah sebutan orang suku Karo kepada pemain musik tradisional, di mana mereka (Sierjabaten atau penggual) berfungsi sebagai penggiring musik upacara adat suku Karo baik itu pernikahan, pesta panen, kemalangan, dan lainnya.

Pertanian Karo dan bagaimana mengelola lahan pertanian adalah hasil dari budaya yang telah diwariskan selama beberapa dekade atau bahkan ratusan tahun ke generasi berikutnya yang berasal dari nenek moyang suku. Pertanian Karo terkenal akan tanaman yang telah mampu menembus pasar di tingkat lokal, nasional, dan bahkan diekspor ke luar negeri. Kita bisa menemukan beberapa koleksi benda-benda pertanian yang ditampilkan dari Museum Jamin Ginting seperti pisau, parang, cangkul, dan alat bajak tanah.

Memorabilia Letjen Jamin Ginting dapat ditemukan pada lantai atas atau lantai dua Museum Letjen Jamin Ginting. Banyak koleksi Letjen Jamin Ginting dapat kita temui di sini, seperti pakaian seragam dinas, senjata, dokumen penting, buku, dokumentasi, pakaian, penghargaan, bahkan plakat anugerah pahlawan nasional yang diberikan oleh Presiden Joko Widodo kepada istri almarhum Letjen Jamin Ginting, Likas Br. Tarigan, pada tahun 2014 silam. Keseluruhan koleksi ini juga dilengkapi informasi dan latar belakang nilai sejarahnya masing-masing seperti strategi menghadapi agresi militer Belanda I, agresi militer Belanda II (Desember 1948-Agustus 1949), tanggapan resimen I vs Belanda terhadap perjanjian Renville, masa kritis (keuangan resimen I) dan masih banyak lagi. Melalui seluruh benda koleksi dan sejarah di baliknya, pengunjung dapat turut merasakan nilai perjuangan dan kisah hidup Letjen Jamin Ginting semasa perang kemerdekaan dan selama menjalankan tugasnya untuk negara Indonesia.

Kita memasuki kawasan di luar gedung Museum Letjen Jamin Ginting, terdapat tiga mobil tank perang, taman bermain anak, souvenir, café, photo booth, patung Letjen Jamin Ginting, dan banyak keseruan lainnya yang membuat para pengunjung betah berlama-lama berada di Museum Letjen Jamin Ginting. Museum Jamin Ginting bukan hanya sebagai tempat untuk mengenang jasa pahlawan, tetapi juga sebagai sarana edukasi bagi generasi muda. Dengan mengunjungi museum ini, masyarakat dapat memahami lebih dalam tentang sejarah perjuangan Indonesia dan pentingnya mempertahankan nilai-nilai kebangsaan.

Museum ini juga menjadi simbol kebanggaan bagi masyarakat Karo dan Sumatera Utara secara keseluruhan. Museum ini dirancang dengan fasilitas yang memadai untuk kenyamanan pengunjung, termasuk ruang pameran yang luas, area parkir, dan museum yang nyaman dan sejuk. Letaknya yang strategis di Kabupaten Karo memudahkan akses dari berbagai kota besar di Sumatera Utara. Museum Jamin Ginting adalah destinasi yang wajib dikunjungi bagi siapa saja yang ingin memahami lebih dalam tentang sejarah dan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dengan berbagai koleksi bersejarahnya, museum ini tidak hanya melestarikan warisan seorang pahlawan nasional, tetapi juga menginspirasi semangat kebangsaan bagi generasi penerus.

Redaktur: Yuni Hikmah


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

Mengenal Keindahan Danau Lau Kawar, Surga Tersembunyi di Sumatera Utara

redaksi

Menjelajahi Keindahan yang Luar Biasa: Mengungkap Misteri Tangkuban Perahu

redaksi

Yuk, Mengenal Lebih Jauh Monumen Tugu Letda Sudjono!

redaksi