SUARA USU
Opini

Normalisasi Humor Seksis di Kalangan Masyarakat: Apa yang Perlu Kita Ketahui?

Oleh: Vimelia Hutapea

Suara USU, Medan. “Kamu lambat banget jalannya kayak cewek!”

“Kucing ditawari ikan, siapa yang mau nolak. Haha!”

Itulah beberapa contoh humor seksis yang dinormalisasikan di masyarakat seolah-olah itu adalah hal lucu yang pantas ditertawakan. Terkadang tanpa sadar orang melontarkan lelucon padahal yang dikatakannya merupakan salah satu bentuk pelecehan.

Lalu, apa itu humor seksis?

Humor seksis adalah jenis humor yang mengandung atau memperkuat stereotip dan bias berdasarkan jenis kelamin. Ini seringkali melibatkan lelucon yang merendahkan atau mengejek perempuan atau laki-laki berdasarkan peran tradisional atau harapan masyarakat tentang mereka. Humor seksis dapat memperkuat pandangan yang diskriminatif dan tidak adil terhadap suatu gender.

Umumnya, humor seksis sering kali mengeksploitasi stereotip gender dan merendahkan perempuan dan kini terlihat lebih sering diterima dalam percakapan sehari-hari dan media sosial. Fenomena ini berpotensi memperkuat pandangan patriarkal dan mengabaikan upaya kesetaraan gender.

Contoh konkret dari normalisasi ini bisa dilihat dalam berbagai bentuk media. Misalnya, dalam acara komedi televisi, lelucon yang merendahkan perempuan sering kali dianggap sebagai hal yang wajar atau bahkan lucu. Contoh lain adalah meme yang menggambarkan perempuan hanya sebagai objek atau stereotip berdasarkan penampilan mereka, seperti “Perempuan hanya bisa melakukan satu hal dengan baik, yaitu belanja.”

Dampak dari humor seksis ini tidak hanya pada individu yang menjadi target, tetapi juga pada masyarakat secara keseluruhan. Hal ini dapat memperkuat persepsi negatif terhadap perempuan dan mengurangi rasa hormat terhadap kesetaraan gender. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk lebih kritis terhadap bentuk humor yang mungkin tampak sepele namun sebenarnya berdampak besar pada pandangan sosial dan budaya.

Untuk melawan normalisasi humor seksis, perlu ada kesadaran kolektif mengenai batasan dan dampak dari lelucon yang melibatkan stereotip gender. Mengedukasi dan menegur masyarakat tentang pentingnya menghormati semua individu, tanpa memandang gender, adalah langkah awal yang penting dalam menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan menghargai kesetaraan.

Redaktur: Yuni Hikmah


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

Childfree dan Segala Polemiknya

redaksi

Pesan dari Kendaraan Kita: Jaga Oli mu, Jaga Bumimu

redaksi

Kebijakan yang Membatasi Kegiatan Mahasiswa Menuai Kritik

redaksi