SUARA USU
Featured

Pancasila sebagai Senjata Melawan Intoleransi, Mahasiswa Siap Perangi!

Dosen Pengampu: Onan Marakali Siregar, S.Sos., M.Si.

Penulis oleh Kelompok 16

  • Okta Berdi Ginting (210502218)
  • Namira Dwi Sastriani (210503108)
  • Elva Dormiana Sitanggang (210709061)
  • Naufal S Zein (210404096)
  • Sayed Irman Faisal (210708043)

Kelas 14 Pendidikan Kewarganegaraan

Universitas Sumatera Utara

Medan

2022

Suara USU, Medan. Negara Indonesia adalah negara yang sangat besar. Negara yang memiliki berbagai keberagaman, mulai dari keberagaman suku, bahasa, ras, budaya, dan agama. Namun, perbedaan ini sering dijadikan sebagai senjata untuk memecah belah persatuan Indonesia.

Berikut beberapa contoh kasus yang menunjukkan maraknya intoleransi di Indonesia:

  1. Pada 30 Juli 2016, terdapat kasus pembakaran 9 rumah ibadah di antaranya 3 Vihara dan 6 Klenteng yang ada di Kecamatan Tanjung Balai Selatan, Sumatera Utara. Permasalahan bermula ketika seorang wanita merasa terganggu dengan suara toa masjid yang berada tepat di belakang rumahnya.
  2. Pada 2 Juni 2014, Gereja Pentakosta di Indonesia, Pangukan, Tridadi, Sleman dirusak massa dari Front Jihad Isla (FJI) Yogyakarta.
  3. Terjadi pembakaran Masjid di Pondok Pesantren As-Sunnah Lombok Timur diduga karena fitnah.

Peristiwa di atas hanya beberapa contoh kasus intoleransi yang pernah terjadi di Indonesia dan masih banyak lagi kasus-kasus yang lain. Ini tentunya bukan kabar yang menggembirakan karena sebagian besar kasus kebanyakan menjurus kepada konflik agama. Tentu saja ini menimbulkan tanda tanya dan memantik berbagai komentar dan diskusi. Mengapa demikian?

Merespon kondisi di atas, mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang terdiri dari mahasiswa dari berbagai fakultas dan Prodi melakukan Focus Group Discussion (FGD) pada Senin (09/05/2022), secara daring. FGD dengan tema “Implementasi Pancasila dan Peran Mahasiswa Dalam Melawan Intoleransi” ini dibuka dan dipandu oleh Okta Ginting (210502218) selaku moderator mewakili Prodi Manajemen dan dihadiri oleh berbagai narasumber seperti Namira Dwi S (210503108/Akuntansi), Elva Sitanggang (210709061/Ilmu Perpustakaan), Naufal Zein (210404096/Teknik Sipil), dan Sayed Irman(210708043/Sastra Jepang). Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui bagaimana implementasi pancasila dan peran mahasiswa dalam mengatasi intoleransi.

Berdasarkan diskusi tersebut terdapat beberapa temuan sebagai berikut.

  1. Sebagian besar kasus intoleransi menjurus kepada konflik agama karena Indonesia memiliki 6 jenis agama sehingga memiliki banyak perbedaan, selain itu masyarakat Indonesia juga sering berpersepsi buruk terhadap orang-orang yang berbeda agama dengan mereka. Ada juga pendapat yang mengatakan ini merupakan pengaruh budaya masyarakat timur dan alasan lain dikatakan bahwa penyebab menguatnya intoleransi beragama adalah karena kurangnya pemahaman agama sehingga masyarakat kita mudah terprovokasi.
  2. Mengenai surat izin mendirikan rumah agama itu tetap diperlukan sebagai bentuk legalitas bangunan tersebut, namun untuk melarang agama lain mendirikan rumah ibadah di lingkungan mayoritas itu kurang wajar. Yang terpenting adalah masyarakat tetap harus mampu bertoleransi sebaga bentuk implementasi sila ke-3 Pancasila, yakni Persatuan Indonesia.
  3. Sebagai seorang mahasiswa, kita harus megimplementasikan nilai- nilai Pancasila dan ikut berperan dalam mengatasi intoleransi yang cukup banyak terjadi.

Beberapa peran yang harus kita lakukan sebagai seorang mahasiswa adalah:

  1. Bersikap dewasa dan tidak mudah diprovokasi

Kedewasaan merupakan pola pikir seseorang yang mampu untuk berpikir dengan matang dan mampu menangani segala masalah dengan mempertimbangkannya terlebih dahulu. Sebagai seorang mahasiswa, kita harus berpikir positif dengan menjadi pribadi yang positif.

  1. Mempunyai pikiran yang terbuka

Sebagai seorang mahasiswa yang tentunya sudah memiliki kepribadiaan  yang dewasa, kita perlu bersikap terbuka terhadap banyak hal dan mampu menerima serta mempertimbangkan pendapat, saran, dan pendapat dari orang lain.

  1. Mendalami ilmu agama dengan benar

Belajar agama bukan hanya tentang akademik di sekolah, tetapi juga tentang memperkuat iman, ibadah yang benar, dan ahlak yang baik. Mempelajari agama dapat membuat manusia menjadi pribadi yang baik. Dengan menjadi pribadi yang baik, maka kita akan memberikan pengaruh positif terhadap orang lain.

  1. Memiliki wawasan nusantara yang tinggi

Wawasan nusantara memiliki peranan penting untuk mewujudkan persepsi yang sama bagi seluruh warga negara Indonesia. Dengan persepsi yang sama, diharapkan dapat membawa bangsa menuju kesepahaman dalam mewujudkan cita-cita nasional.

  1. Tidak memaksakan kehendak orang lain

Sebagai seorang mahasiswa, kita diharapkan mampu menyelesaikan masalah dengan cara musyawarah. Dalam musyawarah, kita dituntut untuk tidak memaksakan kehendak siapapun dan bisa menerapkan rasa toleransi dan yang paling pentig adalah mampu menerima hasil keputusan musyawarah.

  1. Tidak terlalu menonjolkan agama, ras, dan suku tertentu

Menghormati keberagaman suku, ras, dan agama merupakan upaya untuk menjaga persatuan negara Indonesia dengan mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia. Keberagaman ini harus disertai dengan sikap saling menghargai setiap perbedaan yang ada. Dengan begitu, perbedaan dapat membuat Indonesia semakin kuat.

  1. Terus menebar kebaikan dan berpegang pada agama

Selain menebar pada kebaikan, menjalin toleransi dan kerukunan merupakan nilai momentum yang selaras dengan Pancasila sebagai ideologi negara dan prisip Bhinneka Tunggal Ika, di mana terdapat kehidupan masyarakat yang majemuk dan plural yang akan mencerminkan prinsip moral dasar kemanusiaan yang dihayati secara universal.

Seperti yang kita lihat, intoleransi sangat berbahaya karena bisa memecah belah persatuan Indonesia. Intoleransi sangat tidak mencerminkan bangsa Indonesia selaku negara “Bhinneka Tunggal Ika” dan negara yang erat akan gotong royong.

Mari kita bangun toleransi di tengah keberagaman masyarakat, mari sama-sama kita hormati perbedaan dan jangan berlaku egois karena Tuhan sama sekali tidak menginginkan perselisihan dan kericuhan, melainkan hidup damai dan saling tolong menolong. Jangan saling menghakimi, melainkan melengkapi berbagai perbedaan sebagai sesama masyarakat Indonesia. Mari menjadikan banyaknya perbedaan sebagai kekuatan.

Semoga hasil diskusi ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa dan pendengar. Diharapkan juga diskusi ini mampu membuka pikiran kita untuk semakin bersatu dan tidak terpecah belah di tengah maraknya kasus intoleransi.

Salam toleransi!

Redaktur : Azka Zere Erlthor


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

Bijak Memilih: Membimbing Pemilih Muda Menuju Pemilu 2024

redaksi

Rumah Literasi Ranggi, Tempat Belajar dan Bertumbuh sebagai Wujud Kepedulian

redaksi

Mencari Kepedulian Gen-Z Terhadap Bully

redaksi