Oleh: Jesika Yusnita Laoly
Suara USU, Medan. Dalam era digital yang semakin mengglobal, fenomena pelecehan seksual di media sosial telah menjadi sorotan yang tidak dapat diabaikan. Media sosial dan platform online yang seharusnya menjadi wadah penghubung banyak orang malah menjadi tempat bagi pelecehan seksual yang meresahkan. Pelecehan seksual di ranah media sosial bukan lagi sekadar isu kecil, tetapi ancaman serius terhadap integritas individu. Tindakan yang sering dianggap sebagai “candaan,” ini kenyataannya membawa dampak psikologis dan emosional serius para korbannya. ‘Candaan’ yang dilemparkan tanpa mempertimbangkan dampaknya bisa menciptakan lingkungan yang tidak aman, bahkan traumatis bagi korban. Sehingga penting untuk memahami bahwa fenomena ini tidak boleh dianggap enteng, terutama di era di mana interaksi online semakin mendominasi kehidupan sehari-hari.
Pelecehan seksual di media sosial yang masih dianggap sebagai candaan ini menunjukkan kurangnya pemahaman masyarakat akan kedalaman masalah ini dan dampak negative yang ditimbulkan. Banyak dari kita mungkin pernah menyaksikan atau bahkan menjadi korban ‘candaan’ pelecehan seksual di dunia maya. Oleh karena itu, saatnya kita menyadari bahwa pelecehan yang beralibi sebagai ‘candaan’ tersebut harus segera dihancurkan. Tidak cukup hanya merespons pelecehan seksual ketika sudah terjadi, kita perlu mencegahnya dari akarnya.
Edukasi publik tentang batasan-batasan humor dan pengaruhnya terhadap kehidupan nyata adalah langkah awal yang penting. Humor online yang terkadang mencakup pelecehan seksual menciptakan budaya yang merugikan dan tidak aman. Kita harus bertindak secara tegas untuk menolak budaya ‘meme’ atau lelucon yang menghina. Karena budaya lelucon yang merendahkan hanya merusak keberagaman dan menyuburkan lingkungan yang tidak aman, terutama bagi mereka yang menjadi sasaran.
Kemudian, penting pula untuk mendorong pengguna media sosial untuk berperan aktif dalam memerangi pelecehan. Mendidik masyarakat tentang konsekuensi serius dari lelucon yang merendahkan dapat mengubah persepsi dan memotivasi tindakan positif. Penting bagi pengguna untuk mendidik diri sendiri dan orang lain tentang tanda-tanda pelecehan seksual di dunia maya. Mengenali bahaya tersebut adalah langkah yang diperlukan untuk melindungi diri dan orang lain dari potensi kerugian psikologis yang dapat timbul.
Pihak platform media sosial juga memiliki peran besar dalam menanggulangi masalah ini. Dimana media sosial yang seharusnya menjadi platform untuk saling menghibur, malah menjadi tempat bagi ekspresi yang merendahkan dan merugikan individu. Platform media sosial perlu bertindak lebih proaktif dalam menanggulangi masalah ini. Mereka perlu mengambil langkah-langkah tegas untuk mencegah dan menanggapi pelecehan seksual, termasuk menyediakan mekanisme pelaporan yang efektif dan memberlakukan sanksi yang sesuai terhadap pelaku. Laporan dan pengaduan terhadap pelecehan seksual tersebut harus diterima dengan serius oleh platform media sosial. Pengguna harus merasa aman untuk melaporkan insiden dan yakin bahwa tindakan akan diambil untuk mengatasi pelanggaran tersebut. Pihak platform media sosial juga perlu meningkatkan transparansi, memperkuat kebijakan perlindungan, memberikan pelatihan kepada pengguna tentang etika daring, dan meningkatkan pemahaman pengguna tentang konsekuensi dari pelecehan. Mereka harus dapat berperan sebagai garda terdepan dalam menciptakan lingkungan yang aman dan positif bagi pengunannya
Penting untuk diingatkan kembali bahwa pelecehan seksual di media sosial bukan hanya masalah perorangan, tetapi juga masalah kolektif yang memerlukan perubahan perilaku dan budaya. Hanya dengan bersama-sama berkomitmen untuk menciptakan lingkungan online yang lebih aman dan menghargai, kita dapat mengakhiri ‘candaan’ yang seharusnya tidak memiliki tempat dalam dunia maya yang semakin kompleks ini. Dalam menghadapi masalah ini, kita semua memiliki tanggung jawab untuk menyuarakan ketidaksetujuan kita terhadap pelecehan seksual. Dan melalui kesadaran, pendidikan, dan tindakan tegas dari pihak berwenang dan platform media sosial, kita dapat bersama-sama menciptakan lingkungan online yang aman dan menghormati setiap individu.
Redaktur: Yohana Novriyati Lumbanbatu