Oleh: Akbar Pramana Nugraha/Dinda Renita Sibagariang/Raudhatul Jannah
Suara USU, Medan. Program Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIPK) hadir sebagai bentuk kepedulian pemerintah terhadap mahasiswa dari keluarga tidak mampu. Dengan beban biaya pendidikan yang semakin tinggi, KIPK menjadi solusi bagi banyak mahasiswa untuk tetap bisa melanjutkan studi mereka di perguruan tinggi. Namun, bagaimana sebenarnya mahasiswa penerima memanfaatkan dana ini? Apakah KIPK sudah cukup membantu mengatasi tantangan finansial mereka selama menempuh pendidikan tinggi? Artikel ini mengeksplorasi lebih dalam bagaimana KIPK berperan dalam kehidupan akademik penerima beasiswa di Universitas Sumatera Utara.
Dana KIPK tidak hanya mengurangi beban keuangan, tetapi juga menjaga agar mahasiswa penerima tetap bisa fokus pada studi mereka. Tanpa harus terlalu khawatir tentang biaya kuliah atau kebutuhan hidup sehari-hari, mahasiswa dapat sepenuhnya fokus pada akademik mereka. Banyak dari mereka yang bahkan berhasil mempertahankan prestasi akademik yang baik karena terbantu oleh program ini.
Kami mewawancarai dua mahasiswa penerima KIPK di FISIP USU untuk menggali lebih dalam tentang bagaimana mereka memanfaatkan dana tersebut. Salah satu mahasiswa, FA mengatakan bahwa KIPK sangat membantu dirinya dalam menutupi biaya pendidikan dan kebutuhan hidup sehari-hari. “Dana KIPK sangat membantu saya membayar UKT, membeli buku kuliah dan dalam membiayai kehidupan sehari-hari. Tanpa KIPK, saya mungkin tidak bisa melanjutkan studi saya,” ujar FA. Salah satu prestasi FA adalah meraih Juara 1 Cerita Inspiratif yang diadakan oleh FORMADIKSI UIN SUSKA RIAU di tahun 2024.
Mahasiswa lain RA, juga menceritakan bagaimana KIPK menjadi penyelamat di saat krisis ekonomi keluarganya. “Orang tua saya sudah tidak mampu lagi membiayai kuliah. Dengan KIPK, saya bisa tetap fokus belajar tanpa harus bekerja paruh waktu untuk menutupi biaya kuliah. Ini sangat meringankan beban keluarga saya”. Hasil wawancara ini menunjukkan betapa besar pengaruh KIPK dalam menjaga keberlangsungan pendidikan mahasiswa dari latar belakang ekonomi yang sulit.
Meskipun begitu, ada beberapa tantangan yang dihadapi oleh mahasiswa penerima KIPK. Salah satunya adalah keterlambatan dalam pencairan dana. Hal ini menjadi masalah bagi mahasiswa yang membutuhkan uang untuk biaya kebutuhan sehari-hari. Selain itu, meskipun KIPK sangat membantu, mahasiswa mengeluhkan bahwa jumlah dana yang mereka terima sangat pas-pas an untuk menutupi seluruh kebutuhan hidup selama satu semester. Mahasiswa yang tinggal jauh dari rumah atau di kota dengan biaya hidup tinggi sering merasa bahwa dana hidup dari KIPK masih kurang. Hal ini memaksa mereka untuk mencari tambahan penghasilan atau berhemat lebih ketat.
Harapan ke depannya, program KIPK dapat terus diperbaiki, baik dari segi besaran bantuan maupun kecepatan pencairan, sehingga semakin banyak mahasiswa yang dapat memanfaatkan program ini secara optimal. Pada akhirnya, KIPK bukan hanya sekadar bantuan keuangan, tetapi juga representasi nyata dari komitmen negara dalam mendukung pendidikan yang inklusif dan setara untuk semua kalangan.
Artikel ini ditujukan untuk memenuhi mata kuliah Asuransi dan Sistem Jaminan Sosial dengan Dosen Pengampu Ibu Dr. Hairani Siregar, S.Sos., M.SP., dan Ibu Dra. Berlianti, M.SP.
Redaktur: Khalda Mahirah Panggabean
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.