Penulis: Tasya Fahriza 210902018
Suara USU, Medan. Praktik kerja lapangan ( PKL), mata kuliah wajib bagi para mahasiswa/i Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatra utara, yang mana PKL ini merupakan praktikum 1 bagi mahasiswa/I yang berada di semester 6. Kegitan ini juga dilakukan oleh salah satu mahasiswi program studi kesejahteraan sosial yaitu Tasya Fahriza 210902018, bertempat di Yayasan Pendidikan Islam, Jl. Let. Djamin Ginting No.271 Padang Bulan, kec. Medan Baru, kota Medan, Sumatera Utara.
Praktikum 1 ini dilakukan dalam rangka kegiatan Kampus Mengajar Mitra Universitas Sumatera Utara, selama kurang lebih 3 bulan mulai, yakni dimulai dari 18 Maret sampai 3 Juni. Kegiatan ini dibimbing langsung oleh supervisor yaitu Dra. Tuti Atika M.SP. Dalam Pratikum ini setiap mahasiswa/i diharapkan dapat membuat dan melakukan Project based learning (PBL). Project Based Learning sendiri merupakan sebuah mini project yang dilakukan mahasiswa/i Program Studi Kesejahteraan Sosial yang bertujuan untuk mengubah atau mengembalikan fungsi sosial klien melalui metode-metode pekerjaan sosial.
Praktikum ini saya mulai dengan melakukan pendekatan kepada anak terlebih dahulu dengan berkenalan dan menyesuaikan diri di dalam lingkungan yayasan, kemudian saya juga berkomunikasi dan mengajar membaca serta menerapkan program-program yang sudah saya rancang. Melalui kegiatan praktikum ini banyak hal yang saya lakukan, mulai dari belajar literasi, games serta kuis yang saya ajarkan. Kurang lebih selama 3 bulan saya praktikum sudah terjalin pendekatan dari terhadap anak yayasan. Selama tahap awal ini saya sudah mengenali sifat dan karakter anak-anak.
(Gambar 1. Tahapan Assesment)
Project Based Learning (PBL) yang saya lakukan ialah “Pentingnya edukasi terhadap minat belajar” dimana dalam edukasi ini adalah membimbing, artinya adalah setiap anak sangat susah sekali untuk tertarik belajar jadi cara menciptakan rasa keinginan dalam belajar mengajar dengan kita membimbing serta menanamkan rasa ingin tahu tentang sangat pentingnya proses belajar anak.
Di sini anak-anak memulai belajar dengan memberikan pemahaman terkait pembelajaran dan memberikan cara membaca, menghitung, dan cara mengingat pembelajaran yang telah diarahkan. Anak-anak digerakkan untuk tetap mencoba proses belajar walaupun terkadang anak merasa bosan dengan pemahan terkait belajar. Upaya yang kita memberikan berupa edukasi sebuah pemahamann agar anak tidak mudah merasakan bosan terhadap belajar. Adapun cara bimbingannya dengan memberikan motivasi untuk mereka menjadi senang dan tertarik dan kita tetap merangkul mereka dalam proses edukasi ini.
(Gambar 2. Tahapan intervensi)
Intervensi sosial dalam ranah mikro (individu) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pekerja sosial dalam bentuk layanan pendampingan untuk mengatasi klien secara langsung. Dalam kegiatan PKL ini juga dilakukan mini project yang dapat menyelesaikan salah satu permasalah. Tasya mengambil salah satu klien berinisial AE (10 tahun) merupakan salah satu anak Panti Yayasan Pendidikan Islam. Setelah melakukan pendekatan dan berbincang-bincang, ditemukannya permasalahan mengenai sikap yang perlu diberikan pemahaman dan membutuhkan adanya penerapan adanya edukasi minat belajar.
Dalam membantu klien menyelesaikan permasalahan tersebut, Tasya menggunakan Metode Casework yang terdiri dari beberapa tahapan berikut ini (Zastrow, Thackeray dan Farley : dalam Adi (1982-208):
- Pada tahap penelitian ini, klien harus menentukan pilihan apakah ia akan melanjutkan proses terapi ini atau tidak. Apapun yang menjadi pilihan klien saat ini (apakah ia akan melanjutkan ke tahap kontrak atau tidak) haruslah tetap dihormati oleh caseworker. Mulai terjalinnya relasi antara pekerja sosial dan klien. Pada tahap ini relasi antara Tasya dan AE berkembang, dengan mengumpulkan dan memilah data klien yang dapat menjadi pegangan dalam proses pertolongan.
Tahap ‘Penelitian’ (Study Phase), disini fungsi caseworker, antara lain adalah:
a. Membantu klien agar dapat mengembangkan diri
b. Membantu klien agar dapat memilih pemecahan masalah yang terbaik untuk diri klien itu sendiri, dan
c. Membantu membangkitkan motivasi klien untuk bergerak ke arah yang lebih baik dan memonitor perkembangan klien.
2. Tahap Pengkajian (Assessment Phase), Dari pengkajian (assessment) yang dilakukan diharapkan akan menghasilkan berbaggai macam bentuk terapi ataupun treatment tergantung pada kebutuhan dan keunikan masing-masing klien. Karena itu, prinsip individualisasi dalam proses pengkajian masalah dan kebutuhan klien sangatlah penting diterapkan. pada tahapan ini diawali dengan masalah apa yang dihadapi klien, sebagai langkah pertama untuk memahami permasalahan yang dihadapi oleh klien dengan menganalisis menggunakan SWOT.
3. Tahap Intervensi, Pada tahapan ini sebenarnya sudah dapat dikatakan sebagai treatment ketika sudah membantu klien untuk membantu melakukan kondisi dari klien. Tasya dan AE melakukan proses pemecahan masalah dengan berbagai program perencanaan. dimana dimulai dengan memberikan pemahaman mengenai sikap yang perlu diajarkan kepada AE, baik bersikap kepada orang yang lebih tua, muda, dan teman-teman yang ada di lingkungan, kemudian penerapan mengenai edukasi belajar yang dimana anak mengeluarkan emonitorik rasa berpikir kritis terhadap belajar di sekolah dan berinteraksi dengan sesama. kegiatan ini selalu diperhatikan agar dapat membentuk sikap yang baik hingga proses penyelesaian masalah dapat berjalan dengan lancar.
4. Tahap Terminasi, Fase ini merupakan tahapan dimana relasi antara caseworker dan klien akan dihentikan. Disini, pemahaman tentang penghentian proses treatment juga harus dipahami dengan makna yang kurang lebih sama antara caseworker dengan kliennya. Terutama dalam kaitan dengan pencapaian daru tujuan treatment tersebut.
Misalnya, bila tujuan dari treatment adalah untuk menghentikan perilaku ketergantungan terhadap alkohol. Maka pihak klien dan caseworker harus mempunyai pemahaman yang sama. Karena bisa saja terjadi pemahaman yang berbeda, seperti caseworker melihat rujukan sebagai batasan untuk dilakukan terminasi. Sedangkan bagi orang tua klien, mungkin mereka merasa proses terapi dengan caseworker belum selesai, karena putranya hanya dirujuk ke lembaga lain tahap ini merupakan tahapan dimana relasi antara Tasya dan AE dihentikan, dimana sudah adanya perubahan terhadap AE untuk mengatasi permasalahannya.
Di akhir Praktikum, tasya mengajak anak yayasan untuk membuat kesan dan pesan selama proses praktikum, dan memberikan pesan kepada anak-anak yayasan untuk tetap semangat, rajin belajar dan selalu beretika sopan santun yang baik kepada yang lebih tua maupun yang muda, serta selalu menerapkan memberikan edukasi pentingnya minat belajar dalam kehidupan sehari-hari. Serta saya mengucapkan terimakasih kepada DPL saya Bapak Fajar Utama Ritonga, dan supervisior Dra. Tuti Atika M.SP selama saya praktikum sudah banyak membantu saya. Kepala Yayasan Pembangun Didikan Islam.
Artikel ini adalah publikasi tugas Praktek Kerja Lapangan dengan Dosen Pengampu Fajar Utama Ritonga S.Sos., M.Kesos.
Redaktur: Khaira Nazira
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.