Oleh : Muhassanah Nasution
Kita adalah berjuta tunas yang diangankan Bung Karno
Peradaban yang diwariskan, seperti inikah tuan?
Adu banteng antar kalangan
Terlena gelombang zaman edan
Aku wanita tua yang berduka
Kabut polusi yang ku hirup
Sejarah lampau yang mulai redup
Menyusuri trotoar bertapak pengangguran
Telinga yang hampir tuli, samar menangkap kegaduhan
Sampai menggema suara seseorang
“KEKUASAAN TELAH DIGUNAKAN SEMENA-MENA!
DISINI, KITA MENUNTUT HAK ASASI MANUSIA YANG NYATA, NEGARA BERDAULAT, KEMAKMURAN MASYARAKAT.
DAN KEADILAN! HANYA TERJADI JIKA ADIL DENGAN SEMPURNA!”
Aku disana dahulu,
sobat yang kini berdasi pun disana dahulu.
Lalu, diseberang jalan lain
Sinetron petang yang berbeda
Pendidikan yang dianggap buang buang waktu
Asmaraloka yang kian digeluti
Hingga tak mampu membendung nafsu birahi
Jiwa yang belum hidup pun tertikam mati
Siang itu, pelajar bak preman
Aungan motor yang bersautan
Berkhayal seakan sekawanan serigala hutan
Gagah tak terkalahakan!
Lalu, berakhir seperti tikus dalam selokan
“Saya cuma diajak kawan pak” katanya.
Apa disangka halunya bak pentas seni?
Budi pekerti luhur kini compang camping
Ditinggal dengan gaya sembah budaya asing
Menyimpang bukan permasalahan lagi
Mewajarkan telah jadi solusi
Kita disini kawan,
Dijalan maju yang terasa mundur
Dijalan mundur yang terasa maju
Redaktur : Evita Sipahutar
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.