SUARA USU
editorial Opini

Renungan Momentum Dies Natalis 69 Tahun USU

Ilustrator: Yulia Putri Hadi

Oleh: Muhammad Fadhlan Amri

Suara USU, MEDAN. Universitas Sumatera Utara pada 20 Agustus lalu resmi memasuki usia barunya yang ke 69 tahun. Pada gelaran dies natalis kali ini, USU memercayakan Fakultas Kedokteran sebagai penanggung jawab sekaligus panitia utama.

Mengusung tema working together to protect our health against Covid-19 threat, USU akan mengadakan serangkaian kegiatan untuk memeriahkan Dies Natalis kali ini. Mulai dari webinar-webinar yang diisi dengan dua hingga tiga narasumber tiap webinarnya, hingga lomba-lomba interaktif akan diadakan guna memeriahkan ulang tahun kampus hijau.

Namun, perlu digarisbawahi bahwa harusnya Dies Natalis ke-69 kali ini selain dimaknai dengan gegap gempita rangkaian acara dan lomba, juga harus kita jadikan momentum untuk merenungkan dan merefleksikan performa serta hadirnya USU sebagai universitas di berbagai sudut pandang.

Usia 69 tahun, bukanlah usia yang muda bagi sebuah universitas. Sudah seharusnya USU sebagai kampus nomor wahid di Sumatera dan pada khususnya Sumatera Utara melakukan banyak perubahan, perbaikan dan peningkatan dari segi birokratif layanan kemahasiswaan maupun peningkatan dari aspek lainnya seperti prestasi, internasionalisasi dan sarana prasarana.

Namun, sebelum jauh membahas prestasi dan internasionalisasi, di momentum ulang tahun yang ke 69, USU dituntut untuk mampu muhasabah dan memperbaiki diri. Pasalnya, di usia yang lebih dari setengah abad ini USU masih belum menuntaskan permasalahan, permasalahan paling piyik, paling dasar di tengah-tengah mahasiswa.

Masalah seperti KRS yang belum beres, website SIPK yang hingga kini kadung tidak bisa diakses, hingga Kartu Tanda Mahasiswa serta almamater yang belum didapati para pemilik haknya. Ragam permasalahan ini hadir mewarnai carut marutnya kehidupan banyak mahasiswa di Universitas Sumatera Utara.

Tak cukup berhenti disana, masih ada beberapa permasalahan lainnya. Kurang meratanya sarana dan prasarana mahasiswa di berbagai fakultas. Serta, masih banyak fakultas yang yang belum menerapkan digitalisasi dalam admistrasinya. Padahal, di masa pandemi saat ini, digitalisasi adalah sebuah keharusan. Bagaimana mungkin mahasiswa dituntut untuk tetap di rumah dan berjaga jarak, sedang keperluan administratif masih harus diurus dengan manual dan proses yang panjang.

Ini tentu menghadirkan paradox di tengah-tengah mahasiswa. Berbicara administrasi pula, ini mengingatkan penulis tentang ketika launching bantuan UKT untuk para mahasiswa, yang sampai saat ini juga masih dibuka. Persyaratan yang amat ruwet dan menyulitkan hadir di tengah kebutuhan para mahasiswa akan bantuan yang harusnya disegerakan. Bantuan yang merupakan penolong dan jalan terakhir bagi mahasiswa, justru di satu waktu juga menjadi kesulitan yang harus dihadapi. Syarat yang begitu banyak hingga proses administrasi yang alot menambah beban yang harus dipikul.

Terlepas dari sekelumit permasalahan administrasi, USU juga harus menggunakan momentum dies natalis kali ini untuk refleksi dan peningkatan sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana tentunya mampu menghadirkan atmosfer pembelajaran yang semakin optimal. Ruang-ruang kelas yang masih kurang layak harusnya ketika pandemi ditingkatkan kualitasnya.

Tak hanya ruang kelas, fasilitas lain seperti laboratorium, kamar mandi dan harus senada dengan tagline dan gaungan internasionalisasi yang kian hari kian ramai terdengar dan mengiringi mahasiswa-mahasiswi.

Tentunya, segenap evaluasi tadi harus dijalankan dan dikawal bersama oleh mahasiswa dan pihak universitas untuk terus memperbaiki dan membawa USU ke arah yang lebih baik lagi. Pembekalan Tri Dharma Perguruan Tinggi, dan kegiatan prestatif merupakan tanggung jawab bersama, bukan pihak universitas atau mahasiswa semata.

Kritik dan ruang publik nyaman harus tersaji di tengah kehidupan mahasiswa, mengingat universitas haruslah mampu menghadirkan atmosfir demokrasi sebagai representasi sebuah Negara. Universitas bukanlah menara gading yang asyik dengan eksistensi sendiri, melainkan sebuah representasi dan cerminan baiknya sebuah kepemimpinan.

Yakin dan tanamkan bahwa perubahan adalah sebuah keniscayaan bukan kemustahilan. Bersama, di umur yang baru kita semua membangun USU yang lebih maju dan bermartabat. Panjang umur perjuangan!

 

Redaktur: Yulia Putri Hadi


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

Terancamnya Nasib Masyarakat Adat di Tengah Mega Proyek IKN

redaksi

Kenaikan UKT Secara Nasional, Ada Apa Dengan PTN-BH dan Peraturan Kemendikbud?

redaksi

Tarik Ulur Harga Tiket Borobudur

redaksi