SUARA USU
Life Style

Social Loafing, Fenomena dalam Kerja Kelompok yang Cukup Meresahkan

Oleh: Atika Larasati

Suara USU, MEDAN. Pernahkah kamu mendapati teman sekelompokmu yang tidak ikut berkontribusi atau kurang peduli dengan tugas kelompok? Atau pernah melihat seseorang yang bekerja keras sendiri dalam kelompok, sedangkan yang lainnya tampak santai tanpa membantu? Atau bahkan, kamu pernah menjadi salah satu dari free rider itu? Ternyata istilah ini ada namanya, loh! Kita bisa menyebutnya social loafing.

Apa itu social loafing?

Social loafing atau kemalasan sosial merupakan kecenderungan seseorang untuk mengeluarkan usaha lebih sedikit untuk mencapai suatu tujuan ketika mereka bekerja dalam kelompok, daripada saat bekerja sendiri.

Fenomena ini pertama kali dikenalkan oleh Max Ringelmann, seorang ahli teknik pertanian dari Perancis pada tahun 1913. Dalam penelitiannya, Ringelmann meminta sekelompok orang untuk menarik seutas tali. Awalnya Ringelmann meneliti cara agar para petani memaksimalkan produktivitas mereka, tetapi ia malah menemukan hal yang jauh dari harapannya. Dia menemukan bahwa sekelompok orang itu justru menarik tali lebih kuat saat mereka menarik tali itu sendiri, daripada berkelompok.

Serupa dengan penelitian sebelumnya, pada tahun 1974, beberapa peneliti juga melakukan penelitian dengan menguji satu orang untuk menarik tali, sedangkan sisanya hanya berpura-pura. Hasilnya pun sama, semakin banyak orang dalam kelompok, maka semakin berkurang pula usaha yang dikeluarkan untuk menarik tali. Itulah yang dinamakan social loafing.

Apa sih yang menyebabkan social loafing itu?

Semua hal terjadi tentu karena sebuah alasan. Alasan dari fenomena ini bisa beragam sesuai dengan karakter individu masing-masing. Namun, ada beberapa alasan umum yang bisa melatarbelakanginya.

  1. Kurangnya Motivasi

Motivasi merupakan faktor utama dari kemunculan social loafing. Berkurangnya motivasi seseorang dalam kelompok, membuat ia rentan dan menjadi kurang peduli terhadap tanggung jawabnya dalam kelompok.

  1. Tidak Memiliki Rasa Tanggung Jawab

Mereka yang terlibat social loafing merasa tidak memiliki tanggung jawab sepenuhnya tentang apa yang sedang dikerjakan. Mereka cenderung merasa kontribusinya tidak terlalu diperlukan dan berdampak pada hasil akhir.

Kasus ini mirip dengan bystander effect. Suatu keadaan saat melihat seseorang yang membutuhkan pertolongan, tetapi tidak mengupayakan apapun karena berasumsi akan ada orang lain yang akan melakukannya.

  1. Banyaknya Anggota Kelompok

Semakin banyak anggota yang berkontribusi dalam suatu kelompok, upaya seseorang tidak akan maksimal. Sebaliknya, kelompok dengan anggota yang sedikit akan merasa memiliki peran yang penting.

  1. Ekspektasi yang Tinggi terhadap Teman Kelompok

Lingkungan kelompok dapat membentuk bagaimana ekspektasi pada hasil akhirnya kelak. Seperti saat kita berkelompok dengan orang yang rajin, maka kita akan berpikir tugas itu akan rampung tanpa kita harus ikut berkontribusi.

Lantas bagaimana upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi social loafing?

Apabila dibiarkan tanpa  ada perubahan, fenomena ini akan semakin menjadi dan memiliki dampak yang buruk. Tugas kelompok bisa saja jadi tidak maksimal, bahkan tidak dapat selesai tepat waktu.

Tentunya ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasinya. Simak sampai akhir ya!

  1. Membagi tugas kelompok secara adil dan jelas agar masing-masing anggota mengetahui tugasnya dan memiliki tanggung jawab
  2. Membangun komunikasi yang baik antar sesama anggota kelompok
  3. Apresiasi hasil kerja kelompok
  4. Melakukan evaluasi performa kelompok agar lebih baik lagi ke depannya.

Perlu diingat, menjadi social loafing bukanlah hal yang benar. Tugas kelompok merupakan tugas yang menjadi tanggung jawab tiap individu dalam kelompok, bukan hanya satu atau dua orang saja.

 

Redaktur : Theresa Hana


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

Rayakan Semarak Lebaran 2024 dengan Pakaian Berbahan Shimmer

redaksi

5 Tips Hemat buat Kamu Anak Kost!

redaksi

Budaya Dikejar Tugas Menjelang Ujian Akhir Semester

redaksi