Reporter: Jei Tarigan
Suara USU, MEDAN. Pemeliharaan rusa dan pengembangan desa wisata di Desa Timbang Lawan ini merupakan salah satu bentuk pengabdian kepada masyarakat oleh Universitas Sumatera Utara. Pengabdian ini dimulai pada Juli 2021 yang bertujuan untuk memberikan alternatif peliharaan selain hewan ternak kepada kelompok masyarakat berupa domestikasi jenis-jenis rusa, antara lain: Rusa Sambar (Unicolor) dan Rusa Totol (Axis axis).
Selain bertujuan untuk pemanfaatan jasa lingkungan biodiversitas berupa pengembangan desa wisata untuk penghasilan tambahan masyarakat selain bertani, rusa juga dapat dikonsumsi dagingnya dan hasil perkembangbiakan rusa nantinya sebagai restocking ke alam untuk penambahan populasi di kawasan hutan TN Gunung Leuser dalam upaya mendukung mitigasi konflik antara harimau dengan manusia.
![Gambar 1. Proses Pembuatan Kandang Rusa, Mulai Mengorek Untuk Fondasi, Memasang Batu Fondasi, Mengikat Batako, Sampai Kandang Rusa Selesai.](https://i0.wp.com/suarausu.or.id/wp-content/uploads/2021/11/IMG-20211112-WA0011.jpg?resize=1280%2C588&ssl=1)
Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan pengabdian masyarakat skema Desa Binaan USU. Tim pengabdian pemeliharaan Restocking Rusa dan pengembangan desa wisata ini dimotori oleh beberapa dosen Fakultas Kehutanan dan Fakultas Pertanian USU, yaitu Ma’rifatin Zahrah, dan Erni Jumilawati.
Hal ini dilatarbelakangi oleh masyarakat di desa Timbang Lawan dimana sebagian dari mereka memelihara hewan ternak sebagai mata pencaharian utama serta sebagai petani. Masyarakat di desa tersebut terbiasa menggembalakan ternak mereka, mengikat ternak di ladang, dan hanya sedikit yang mengandangkannya di malam hari. Letak desa yang berbatasan langsung dengan hutan dimana ini sangat berpotensi memicu keluarnya harimau dari hutan ke desa tersebut.
Beberapa tahun belakangan ini, sering terjadi pemangsaan ternak masyarakat oleh harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumstrae). Kelangkaan satwa mangsa di hutan merupakan salah satu alasan membuat harimau sulit untuk mendapatkan pakan di habitatnya.
![Gambar 2. Proses Pembuatan Kandang Rusa, Mulai Mengorek Untuk Fondasi, Memasang Batu Fondasi, Mengikat Batako, Sampai Kandang Rusa Selesai.](https://i0.wp.com/suarausu.or.id/wp-content/uploads/2021/11/IMG-20211114-WA0007.jpg?resize=1400%2C1051&ssl=1)
Selain kerugian materiil, kerugian non-materiil yang diderita masyarakat adalah ketidaktenangan akibat gangguan atau serangan harimau yang setiap saat terjadi, bahkan pernah dilaporkan menelan korban jiwa. Permasalahan konservasi harimau juga merupakan dilema yang dirasakan masyarakat. Di satu sisi, ternak mereka dihabisi harimau, yang terkadang masyarakat merasa dendam kepada satwa predator tersebut. Namun, di sisi lain mereka menyadari bahwa harimau Sumatera merupakan satwa langka yang dilindungi Undang-Undang sehingga masyarakat juga harus patuh kepada Undang-Undang yang berlaku. Selain itu, kesadaran masyarakat terhadap konservasi kehidupan liar, baik flora dan fauna sudah semakin baik.
Redaktur: Wiranto Asruri Siregar
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.