Reporter : Cory Patricia Siahaan
Suara USU, Medan. Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan suatu rencana aksi global yang disepakati oleh para pemimpin dunia termasuk Indonesia guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan, dan melindungi lingkungan.
Sebagai sumber ilmu pengetahuan yang memiliki sumberdaya manusia yang handal, perguruan tinggi selayaknya harus membantu pemerintah dalam memperkuat program-program SDGs. Salah satu program yang harus didukung adalah SDGs yang ke-8 yaitu “Mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, tenaga kerja penuh dan produktif, dan pekerjaan yang layak bagi semua”.
Guna memenuhi target program SDGs ke-8 tersebut, sejumlah civitas akademika Universitas Sumatera Utara memberikan alternatif upaya pemberdayaan dan solusi dalam menghadapi berbagai permasalahan ekonomi yang dihadapi oleh masyarakat terutama di daerah. Salah satu daerah yang menjadi sasaran bantuan adalah Desa Seribu Jandi, Kecamatan Pamatang Silimahuta, Kabupaten Simalungun.
Pengabdian yang dilakukan dari Juni-November mendatang ini diketuai oleh Dr.Rudy Sofyan,S.S.,M.Hum, Dosen FIB Prodi Sastra Inggris USU dan didampingi oleh anggota tim pelaksana Dr.Ir.Nurzainah Ginting,M.Sc, dosen dari Fakultas Pertanian Prodi Peternakan USU, Prof.Dr.Zuhrina Masyithah,S.T.,M.Sc dosen dari Fakultas Teknik Prodi Teknik Kimia USU, serta Dra. Junita Setiana Ginting, M.Si. dari FIB Prodi Ilmu Sejarah. Kegiatan ini melibatkan 5 mahasiswa sastra inggris yakni Cory Patricia, Agit Seprina, Desna Matanari, Andreas Nainggolan, Ina Purba, 3 mahasiswa peternakan yakni Samuel Ginting, Rio Marojahan Naibaho, Wendy Sanjaya, dan 1 mahasiswa sosiologi yakni Zeflin Tarigan.
Masyarakat di Desa Seribu Jandi sangat mengandalkan mata pencaharian pertanian. Desa ini merupakan sentra produsen Jeruk. Hal ini secara otomatis membuat jeruk, sebagai komoditas unggulan di Desa Seribu Jandi. Sebagai sentra produsen, maka tidak dapat dihindari akan munculnya Jeruk Afkir. Jeruk afkir adalah buah yang tidak pernah dimanfaatkan dan hanya dibuang sebagai sampah. Masyarakat belum menyadari bahwa buah Jeruk Afkir dapat diolah menjadi produk multiguna yang bernilai ekonomis.
“Kalau disini Jeruk Afkir itu dibuang aja, dikubur, dikarungkan atau dimasukkan ke dalam tong, kalau engga ditenggelamkan. Soalnya di dalamnya udah tertanam bibit hama yg baru,” ungkap Ferdi Sipayung salah satu warga Desa Seribu Jandi
Volume buah afkir ini mencapai puluhan ton pada saat panen raya dan membutuhkan biaya tenaga kerja dan transportasi tambahan bagi petani untuk membuangnya. Pembuangan buah afkir ini dilakukan di jurang pinggir desa menyebabkan timbunan sampah berbau busuk yang mengganggu kesehatan dan mencemari lingkungan. Hal ini menjadi permasalahan utama yang dihadapi masyarakat terutama petani Jeruk di Desa Seribu Jandi. Kurangnya pemahaman masyarakat akan pengelolaan Jeruk Afkir mengakibatkan muncul masalah-masalah krusial seperti masalah lingkungan, kesehatan, dan ekonomi.
Oleh karenanya perlu diberikan edukasi kepada masyarakat desa Seribu Jandi terkait pengolahan Jeruk Afkir. Kegiatan yang akan dilakukan adalah pelatihan dan penyuluhan tentang pemanfaatan limbah buah jeruk afkir menjadi produk multiguna, seperti biokatalis, biodesinfektan, dan cairan pembersih lantai. Edukasi inilah yang diberikan civitas akademika USU dan dipraktekkan langsung oleh mahasiswa yang terlibat pengabdian. Walaupun dipraktekkan oleh mahasiswa, namun para warga desa turut serta membantu mahasiswa dalam mengelola Jeruk Afkir sehingga para warga semakin paham proses pengelolaannya.
Bahan baku pendukung pengolahan Jeruk Afkir sangat mudah ditemukan, murah, dan terjangkau. Walaupun proses pengolahannya lama, cara mengolahnya mudah sehingga produk yang dihasilkan memiliki nilai ekonomis yang tinggi, hemat, dan ramah lingkungan. Biokatalis, biodesinfektan, dan cairan pembersih lantai yang diolah dari Jeruk Afkir akan lebih baik dibandingkan produk kimia yang diolah dari pabrik karena produk yang diolah dari pabrik tidak ramah lingkungan, lebih boros, dan tidak ekonomis.
Program pengabdian ini diharapkan memenuhi target pengembangan SDGs ke-8 sehingga kesenjangan ekonomi semakin rendah dan mutu SDM di sektor pertanian meningkat tinggi. Ketua tim pelaksana pengabdian juga berharap kegiatan ini tidak hanya berdampak ke masyarakat melainkan juga ke mahasiswa yang terlibat karena mendapatkan pengalaman di luar kampus dan langsung terjun mendampingi pelaksana pengabdian dalam mengelola dan melaksanakan program ini.
Redaktur: Yessica Irene