Reporter: Anna Fauziah Pane/Tamara Ceria Sairo
Suara USU, Medan. Yayasan Srikandi Lestari (YSL) memimpin aksi turun ke jalanan sebagai seruan Global Climate Strike 2023. Aksi ini dilakukan di Titik 0 Kota Medan pada Jumat, (3/3). Kegiatan ini merupakan kegiatan tahunan yang dilakukan Yayasan Srikandi Lestari bekerja sama dengan Walhi Sumut dan Perempuan Hari Ini, dalam rangka memperingatkan pemerintah dan memberikan kesadaran kepada masyarakat akan kondisi darurat iklim yang terjadi sekarang.
Mimi Surbakti, ketua YSL mengatakan bahwa momentum ini tepat sekali dilaksanakan di tahun politik, bahwa semua elemen pemerintah harus mengusung dan sadar bahwa kita semua saat ini sedang dalam masa krisis iklim.
“Bagaimana di setiap elemen pemerintahan kita berupaya dalam memperbaiki lingkungan? Kita tau sendiri bahwa akibat krisis iklim ini datang dengan penyumbang terbesar adalah industri ekstraktif, yaitu batubara. PLTU batubara merupakan penyumbang terbesar. Sama halnya di daerah Pangkalan Susuk, masyarakat di tingkat tapak menderita, mereka dimiskinkan akibat polusi yang dibuang sembarangan. Kita mengimbau agar para pengambil kebijakan di tahun politik ke depan tidak lagi menggunakan batubara sebagai sumber energi,” tutur Mimi.
Dia menambahkan bahwa aksi ini sudah memiliki progress yang cukup memuaskan dengan masuknya PLTU Pangkalan Susu ke dalam draft pensiun dini oleh Asian Development Bank (ADB).
“Bagaimana kita mendorong pemerintah juga memasukkan PLTU Pangkalan Susuk masuk ke dalam daftar list pensiun dini? Ini masih masuk draft, belum mendapat eksekusi dari pemerintah. Pemerintah kita belum mau memasukkan PLTU Pangkalan Susuk ke dalam list pensiun dini, sementara Asian Development Bank bergerak terlebih dahulu memasukkan PLTU Pangkalan Susuk ke dalam draft pensiun dini,” tutur Mimi.
Melalui aksi ini, Mimi mengharapkan masyarakat secara luas dan mahasiswa tersadarkan bahwa keadilan iklim itu sangat dibutuhkan bagi kita semua.
“Kampanye-kampanye tentang iklim memang tidak menarik bagi masyarakat kita, karena dampaknya nggak langsung diterima. Kalau berbicara persoalan iklim perlahan tapi pasti, yang jelas sekarang kita sedang mengalami fase itu. Teruntuk mahasiswa, karena kami melakukan aksi ini sebagai warisan ekologi bagi generasi depan, maka bersama-samalah merebut. Kalian tidak bisa menunggu dengan berpangku tangan, kalau tidak kalian hanya akan diwariskan air mata,” tutup Mimi.
Aksi kali ini turut dihadiri Rianda yang merupakan Ketua Walhi Sumatera Utara. Rianda berpesan kepada kaum milenial untuk lebih peka terhadap isu perubahan iklim. Selain itu, Rianda berharap milenial bisa menggali potensi untuk berkontribusi dalam menjaga lingkungan hidup. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan exposure di internet mengenai isu perubahan iklim ini khususnya. “Dimulai dari hal kecil, seperti komen. Komen itu kontribusi,” tutup Rianda.
Redaktur : Taty Kristina Malau
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.