Suara USU, Medan. PT Pegadaian Area Medan 2 telah melangsungkan webinar bertajuk “Investasi Milenial di Era Digital” yang lebih ditujukan kepada mahasiswa baru Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Sumatera Utara (USU). Kegiatan ini diadakan melalui Zoom Meeting, pada Jumat (11/03).
Webinar ini menghadirkan Asisten Manajer II PT Pegadaian Divisi Hubungan Kelembagaan Kanwil 1 Medan, Soejono Ebenezer Saragih selaku narasumber. Berdasarkan data yang dipaparkan, Eben menuturkan bahwa hanya 10% milenial yang memiliki tabungan dan hanya 2% yang memiliki aset investasi.
“Kebanyakan anak-anak sekarang menghabiskan duitnya untuk hiburan atau entertainment. Gaya hidup dan mindset ‘tidak boleh kalah’ juga menjadi salah satu faktor. Padahal standar setiap orang itu sudah jelas berbeda,” tutur Eben.
Lebih lanjut, Eben menjelaskan, ada beberapa faktor lain yang perlu diwaspadai para milenial untuk menghindari terjebak dalam kondisi finansial. Mulai dari FOMO (Fear of Missing Out) yang dapat memicu pengeluaran secara impulsif, lebih menyukai pengalaman berbelanja yang konsumtif daripada investasi, tidak takut untuk berutang atau pay later dalam memenuhi kebutuhan tersier yang bersifat instan, serta cenderung menunda kebutuhan primer.
Untuk mengatur pengelolaan keuangan terkhusus bagi mahasiswa, Eben menyampaikan agar menyisihkan minimal 10% untuk berinvestasi. Eben menambahkan, rasio tersebut merupakan rasio yang wajar untuk disisihkan ke dalam hal-hal yang bersifat investasi.
Eben menjelaskan, investasi yang cocok untuk para milineial dan gen Z, yaitu emas. Dengan tingkat likuiditas yang tinggi, risiko yang rendah, serta tingkat profit yang menengah, investasi emas dinilai cukup aman dan stabil, sehingga juga cocok jika digunakan untuk dana darurat.
Pegadaian sendiri selalu mengedepankan produk emas dalam hal berinvestasi. Seperti yang dijelaskan Eben sebelumnya, tingkat risiko investasi emas cukup rendah. Selain itu, nilai emas juga tahan terhadap inflasi. Harga emas akan mengalami kenaikan, berbanding terbalik dengan nilai aset investasi lainnya yang menurun tajam jika terjadi guncangan ekonomi dan politik.
“Misalnya kita punya emas 200 gram di tahun 1997 dengan harga Rp25.000 setiap gramnya. Lalu pada tahun 2021, harga emas naik menjadi Rp1.000.000 setiap gramnya. Jadi, asumsinya seperti itu, bukan asumsi jangka pendek. Namun, lebih diusahakan dalam jangka menengah atau jangka panjang,” jelas Eben.
Di akhir acara, Eben menyampaikan beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan investasi. Dimulai dengan menelusuri dan memahami aset investasi yang diinginkan, diskusikan pilihan aset tersebut kepada orang-orang yang pernah menggunakannya, dan jangan sampai terkena FOMO tanpa identifikasi dan verifikasi yang jelas.
“Ingat, investasi itu engga buat cepat kaya. Investasi itu buat kita lebih safety di masa-masa yang akan datang. Jadi, jangan mindset-nya mau kaya. Ya, kalau mau kaya jadi pengusaha,” tutup Eben.
Redaktur: Salsabila Rania Balqis
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.