Reporter : Taty Kristina Malau dan Farhan Muhammad Irsyadi
SUARA USU, MEDAN. Alliance Francaise Medan melangsungkan acara pesta film pendek dalam rangka mengikat festival film pendek tahun 2022. Festival ini dilaksanakan pada Sabtu, (19/03) berlokasi di Kedai Sumatera, Jl. Pasar 1 No.48, Tanjung Sari, Medan.
Festival kali ini menayangkan dua film pendek Prancis, satu film pendek Indonesia, kemudian diskusi bersama salah sutradara satu film pendek Indonesia asal Medan, yaitu Andi Hutagalung.
Film pertama berjudul “Je Nourris, Je Meurs” yang disutradarai oleh Karim Morel. Film ini menceritakan seorang petani di Perancis dan bagaimana hubungan antara dia dengan mereka. Jean, seorang petani yang hampir pensiun, telah mencoba bunuh diri. ketika dia kembali dari rumah sakit, dia menemukan Danny, yang sedang mengumpulkan jerami. Jean tidak ingin membantunya dan memintanya pergi. Tapi Danny berniat untuk tinggal dan dekat dengannya, untuk merasa lebih baik.
Film kedua berjudul “Mondo Domino” yang disutradarai oleh Suki. Dalam film ini suara gergaji yang memekukkan telinga, para penebang bersenandung dengan gembira saat menebang pohon untuk digunakan sebagai dekorasi mereka untuk peragaan busana. Sebuah satire kartun kontemporer, dalam bentuk komedi tragedi musikal aksi olok-olok, membawa kita ke dalam angin puyuh mengigau reaksi berantai yang kacau dan aneh.
Film ketiga yaitu film pendek Indonesia yang berjudul “Memutar Limbah Peradaban” Produksi Media Identitas, disutradarai oleh Andi Hutagalung dan Produsernya yaitu Tedy Wahyudi Pasaribu dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Republik Indosia. Banyaknya limbah plastik terlepas memberikan dampak buruk di alam bebas, Bobby Umroh yang memiliki keahlian bidang teknik manufaktur, bersama teman-temannya membuat teknologi yang menjadikan limbah plastik lebih bernilai ekonomis di tengah masyarakat. Kerugian tak terjadi dalam membuat proses yang menghantarkannya pada masalah mendasar dari polemik limbah plastik di kota Medan.
Diskusi yang berlangsung fokus pada pembahasan dan proses pembuatan film ketiga. Dalam diskusi, Andi Hutagalung dan Bobby Umroh bersama para hadirin saling bertukar pikiran mengenai isu yang diangkat dalam film ketiga ini. Dan juga menyampaikan keresahannya sendiri, sehingga terpikir untuk membuat film ini, ia melihat masalah plastik di kota Medan yang mana menjadi ancaman bagi masyarakat karena bisa menjadi timbunan sampah dan merusak lingkungan.
“Keresahannya mungkin sama dengan para aktivis dan pegiat-pegiat lingkungan untuk menyuarakan masalah-masalah plastik yang sangat mengkhawatirkan saat ini,” ujar Andi.
Boby mengungkapkan ide ini muncul di tahun 2021 karena situasi awal masa pandemi sehingga banyak waktu di rumah dan membaca buku. Film ini memiliki konsep yang sama dengan beberapa film dokumenter yang pernah dibuat sebelumnya, namun perbedaannya film ini fokus pada solusi dari permasalahan dari sampah plastik.
“Banyak sebenarnya film dokumenter yang mengangkat isu tentang masalah plastik, cuman kita ingin membuat dari sisi lain. Kita tidak lagi menjelaskan plastik itu seperti apa, tetapi bagaimana cara menangani limbah plastik ini,” ucap Boby.
Dengan film ini diharapkan dapat membuka wawasan dan mendorong masyarakat untuk menormalisasi proses pengolahan sampah limbah plastik.
Redaktur: Yessica Irene