Foto: Https://www.wallpaperbettter.com
Penulis: Zukhrina
Suara USU, Medan. Di kamar putih polos nan tua
Sedang terlelap gadis desa yang indah rupanya
Menunggu bunyi khas si weker kesayangan Ibunda
Berdering membangunkannya
Tersentak terbelalak mata tiba-tiba Lihat ke kiri tempat si weker berada Ternyata sudah pukul tiga
Ambil sajadah dan segera meminta aksama pada Sang Kuasa
Kehadiran Ibunda yang aksa dari pandangan mata
Sepi yang dirasa oleh gadis desa
Teringat Ibunda tak lagi di buana
Weker kesayangan hanya menjadi kenangan selamanya
Kini bunyi weker semakin kecil
Deringnya tak lagi panjang seperti di awal
Weker..
Weker digenggam dan ayar jatuh dari mata mengenai weker tercinta
Si gadis desa berandai
Andai Ibunya masih ada
Weker mengganti suara Ibunya menjadi bunyi “triiiiiiiiiing”
Gadis berbaring kembali setelah berandai
Tutup matanya menimbulkan hayalan
Akankah dia rela membeli weker baru yang lebih deras suaranya?
Sementara Ibunda menyelimuti kertas indah dan kata di dalamnya
Terbangun, bekerja, wekerlah yang mengingatkan
Hampa rasa
Tanpa suara Ibu
Yang memanggil dan mengingatkan dengan kata “Nak…”.
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.