Penulis : Tabas Gabe Mulia Siagian
Ini kisahku dan adikku…
Aku yang bernama Lala dan adikku yang bernama Lili, kami memiliki rupa yang sama alias bisa dibilang kembar namun tak seiras, kami dilahirkan dari rahim oleh seorang ibu yang masih muda dan cantik dan kami juga memiliki seorang ayah yang tampan serta memiliki harta yang banyak.
Pada tahun 2012, kami dilahirkan hanya berbeda menit saja tak tahu apa yang dirasakan ayah dan ibu saat kami dilahirkan, namun kami tau pada umumnya jika melahirkan seorang anak. Maka kebahagiaan datang untuk melengkapi kehidupan itu, tapi hal itu tidak berlaku bagi kami. Banyak kesengsaraan yang mendominasi kehidupan keluarga kami.
Namun sebelum sampai di situ aku akan menjelaskan kehidupan kami ya. Namaku Lala, seorang kakak yang memiliki adik bernama Lili dengan kekurangannya. Walaupun Lili memiliki kekurangan berbicara, sepanjang masa dia akan tetap menjadi adikku. Setelah kami berumur 5 tahun, kehidupan kami berubah menjadi sebuah kehidupan yang kelam yang awalnya bahagia itupun karena dilengkapi harta yang melimpah sih. Namun setelah ayah bangkrut kami merasa kasih sayang terhadap kami pun mulai berubah 180 derajat tanpa ada celciusnya ya. Ayah selalu pulang malam diiringi dengan mabuk berat, eh kayak penyanyi aja diiringi, dan ibuku yang selalu marah-marah karena uang belanja selalu kurang untuk memenuhi kebutuhan dapur.
Ayah dulu adalah seorang pria yang sangat kami dambakan karena dulunya ayah itu sangat romantis loh sama ibu, dia juga penyayang, baik hati, tampan dan uangnya banyak loh. Eh tapi itu sudah berubah sekarang. Ayah sekarang menjadi kasar terhadap ibu, ayah suka memukul ibu dan ayah juga suka menampar ibu, hidup kami seperti drama sinetron kan? Tapi itu kenyataan loh. Pada saat malam sudah larut dan angin pun mulai dingin, saat itu jam 00.00 kurang atau lebih, aku gak tau ya, karena aku dan adikku tak melihat jam pada saat itu karena kami masih kecil dan gak tau apa-apa tentang jam, namun kami melihat jelas apa yang dilakukan ayah terhadap ibu kami. Uh sedih jadinya kan?.
Namun setelah ayah memukul ibu, ayah langsung mencium kening ibu, mungkin karena kami melihat kali ya, tapi kalau dilihat-lihat memang ciuman ayah ke ibu itu hanya drama agar kami anaknya tak mengetahui kejahatan yang dilakukan ayah. Dan pada saat itu juga ayah menyuruh kami melanjutkan tidur, kami pun kembali tidur dan tidak menghiraukan suara itu lagi.
Keesokan harinya pagi datang dan mentari sudah menyelimuti serta ayam pun mulai terhanyut dalam mencari makan. Kami terbangun dan melihat ibu yang sedang duduk melamun, aku dan adikku langsung duduk tepat disampingnya dan bertanya, “Ibu kenapa?”, tapi ibu hanya diam dan melamun saja. Eh setelah kami melihat secara perlahan-lahan ke tubuh ibu, kami melihat jelas jika ada lebam di lengan ibu. aku pun menanyakan hal itu kepada ibu, “Ibu itu kenapa?” sambil menunjuk ke arah lengan ibu. Namun ibu menjawab responku dengan kasar dan membentak kami, kata-katanya keluar seperti ini, “Udah kalian pergi sana mandi dan sarapan itu kalian makan,” dengan nada tinggi. Kami pun terdiam, bergegas pergi untuk mandi dan sarapan.
Kami melewati kehidupan yang begitu saja terus, tanpa ada kata benci di hati kami. Tapi kami akan tetap sayang kepada ayah dan ibu. All the best lah ayah ibu.
Uh jadi panjang kali lebar ya, okay kita mulai ya. Lili adikku yang sangat baik, namun kadang aku tidak mengerti apa yang ia katakan karena dia kurang jelas berbicara.
Mendengar cara berbicaranya seperti itu aku jadi sering marah kepadanya. Kenapa aku sering marah?, mungkin karena aku orangnya cerewet juga yah. Mungkin sih ya. Tapi ya sudahlah kami kakak beradik saling melengkapilah pokok e.
Pada hari Senin disitulah kami merasakan kelamnya dunia, uh sedih banget jadinya kan?.
Dimana pada saat itu aku dan adikku merasa kelaparan karena tidak ada makanan untuk dimakan. Aku bisa menahan, tapi Lili tidak bisa menahan sakit perutnya karena sudah lapar. Lili pun menangis dan merengek meminta makan ke ibu. Namun ibu belum ada uang, ayah juga sama. Akhirnya ibu tidak tahan mendengar omelan dan rengekan dari Lili, sehingga ibu langsung menutup wajah Lili dengan bantal. Aku yang melihat kejadian itu hanya bisa berkata, “Ibu jangan lakukan itu, oh ibu jangan, jangan ibu,” tapi ibu mendorongku sampai jatuh ke lantai. Apa dayaku yang tidak bisa apa-apa dan hanya bisa menangis melihat semua yang dilakukan ibu kepada adikku. Setelah itu adikku pun meninggal, entah apa yang telah merasuki ibuku pada saat itu. Aku yang hanya bisa menangis pun menjadi sasaran empuk oleh ibuku. Ibu melalukan apa yang dilakukannya tadi kepada adikku dan mulai bereaksi menutupi wajahku dengan bantal tanpa memikirkan dosa yang diperbuatnya kepada kami anaknya. Sempat terlintas dibenakku sebelum aku menghembuskan nafas terakhirku, aku meminta kepada Allah untuk menghapus dosa ibuku. Karena semua yang dia lakukan bukan atas kesadarannya tapi itu semua dilakukan karena perbuatan setan yang merasuki ibuku. Maka dari itu jangan biarkan setan masuk ke dunia kita. Selalu berdoa dan selalu untuk bersyukur atas kehidupan yang kita jalani.
Jangan menjadi orang yang putus harapan. Sayangi anakmu karena itu adalah titipan kasih dari yang maha kuasa terhadapmu para orang tua yang di luar sana. Hanya kata ini yang bisa ku ucapkan.
I love you mom and father.
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.