Oleh: Suranti Pratiwi
Suara USU, MEDAN. Laga Final Piala AFF 2020 leg 1 yang berlangsung pada Rabu malam (29/12) di National Stadium, Singapura, berakhir dengan skor kalah telak bagi Indonesia. Garuda muda besutan coach Sin Tae Yong Aatau yang biasa dipanggil STY takluk dengan 4 gol tanpa balas oleh pasukan Gajah Perang, Thailand.
Dominasi tim asuhan Alexandre Polking membuat kesebelasan Indonesia tidak bisa berkutik banyak hingga menit akhir. Hasil ini memperkecil peluang Indonesia membawa pulang Piala AFF ke tanah air.
Thailand yang turun dengan formasi (4-1-2-1-2) melakukan inisiatif menyerang sejak awal pertandingan berlangsung. Lini pertahanan Asnawi dkk digempur habis-habisan sejak menit menit awal. Mimpi buruk Timnas Indonesia pun bermula ketika Chanathip Songkrasin berhasil menyarangkan gol pertama ke pojok kiri atas gawang Indonesia pada menit ke-2.
Memanfaatkan umpan apik dari Philip Roller dan kelengahan punggawa timnas melakukan pengawalan, kapten Timnas Thailand itu berhasil memanfaatkan peluang dengan menghujamkan tembakan keras tanpa bisa ditepis Nadeo, penjaga gawang Indonesia.
Gol cepat yang tidak diharapkan ini tentu membuat Garuda Muda sedikit shock berbanding terbalik dengan Thailand yang semakin menggebu gebu melancarkan aksi penyerangan. Thailand tampak rapi menjalankan taktik sang pelatih dengan tampil tenang, terstruktur dan passing yang akurat. Berkebalikan dengan Timnas Indonesia yang seolah tampil dibawah tekanan dan tidak lepas sehingga banyak melakukan passing error. Hal ini didukung statistik bahwa Thailand memiliki penguasaan bola sebanyak 60% dengan akurasi passing sebesar 86% dan Shot On Target 9 dari 19 tembakan.
Timnas Indonesia sebenarnya memilki beberapa peluang emas namun tidak mampu dimanfaatkan dengan baik. Misalnya saja pada menit 40, akselerasi dan serangan balik yang dilancarkan Ricky Kambuaya berhasil mendarat di kaki Witan Sulaeman.
Umpan pun diberikan kepada Alfeandra Dewangga yang saat itu berdiri bebas. Namun sayang seribu sayang tembakan Dewangga jauh melambung di atas mistar gawang. Hal ini turut menjadi kekecewaan supporter Indonesia tidak terkecuali Putri, mahasiswi FISIP.
“Sebenernya peluang kali tadi pas didepan gawang lawan tapi sayang tendangan dewangga melayang jauh sama kaya harapan keluarga ke aku,”guyonnya.
Skor 0-1 pun bertahan hingga babak pertama usai. Tentu menjadi keunggulan sementara bagi Thailand.
Babak kedua pun dimulai. Seperti pertandingan sebelumnya STY melakukan rotasi pemain dengan memasukkan Elkan Baggott, Kadek Agung, dan Evan Dimas menggantikan Fachruddin Aryanto, Edo Febriansyah, dan Rachmat Irianto. STY diharapkan mampu meracik strategi apik sehingga daya gedor Indonesia meningkat dan lini pertahanan dapat lebih solid untuk setidaknya menyamakan kedudukan.
Namun lagi dan lagi Indonesia kembali kecolongan. Memanfaatkan lubang kosong di lini pertahanan Indonesia, kaki kaki cepat punggawa Thailand mampu memperlebar keunggulan dengan mencetak 3 gol ke gawang Indonesia dengan memanfaatkan serangan balik. Pada menit 52, gol tambahan pertama kembali berhasil dilesatkan oleh Chanathip Songkrasin.
Berselang lima belas menit tepatnya pada menit 67 tendangan Supachok Sarachat turut menjebol gawang Indonesia yang dikawal Nadeo. Tak berpuas hati, pada menit 83 melalui Bordin Phala gol keempat pun tercetak.
Pesta gol ini menjadi angin segar bagi Thailand. Mental para pemain garuda muda Indonesia jelas sudah tidak baik baik saja. Meski Egy MV sempat masuk, namun manuver yang dilakukannya nyatanya tidak berhasil membuat Indonesia setidaknya mencetak satu gol untuk memperpendek selisih gol.
Lini pertahanan Thailand yang disiplin serta solid membuat pemain depan agaknya frustasi. Serangan yang dilakukan Indonesia mampu diredam dengan sangat baik tanpa kontak fisik berarti.
Pluit panjang wasit asal Arab Saudi menjadi tanda berakhirnya final piala AFF Leg 1. Kemenangan mutlak diraih Thailand dengan skor 0-4.
Dalam pers konferensnya, Shin Tae Yong berujar bahwa saat ini Thailand dan Vietnam memang masih menjadi tim terbaik di level Asia Tenggara. Namun, pelatih asal Korea Selatan ini tak menduga akan kemasukan begitu banyak gol di leg pertama.
”Memang tidak bisa menilai dengan 1 laga saja, tetapi pastinya Thailand dan Vietnam adalah tim terbaik di Asia Tenggara, memang terbukti juga di piala AFF ini. Jujur, tidak menyangka banyak kemasukan gol dan akhirnya memang skornya beda jauh. Memang saya merasakan pengalaman para pemain sangat sangat dibutuhkan,” ujarnya.
Pernyataan ini kontras dengan Rifki, Mahasiswa FP yang mengaku awalnya cukup optimis mengingat track record Indonesia yang tak terkalahkan selama pergelaran AFF.
“Dalam permainan sepak bola, bola itu bundar. Walaupun kita sebagai tim yang ga diunggulin harus tetap optimislah. Tapi skor 0-4 dibantai Thailand itu diluar ekspetasi sih. Tadi prediksi aku misalnya kalah cuma di 1-2 atau ga 2-3,” tuturnya.
Tekanan mental, kecerobohan dan passing yang terburu buru menurut Rifki menjadi faktor Indonesia menelan pahitnya kekalahan. Pendapat ini kemudian diperkuat oleh salah satu mahasiswi FISIP yang turut menyaksikan duel panas kedua kesebelasan.
“Menurut aku performance timnas tadi gak kaya biasanya atau gak tau apa memang thailand yang kuat walaupun memang diakui thailand diatas Indonesia. Diawal kebobolan sebenernya masih yakin bisa nyusul tapi takdir berkata lain. Ibarat SD lawan SMA pemain thailand rata rata umurnya 28 tahun yang pasti udah lebih sering main dibanding pemain kita yg kebanyakan baru umur 19-20 tahun jadi pasti jam terbangnya lebih banyak. Sama mental juga,pemain kita kalo udah kebobolan deluan itu udah ambyar tapi yaah masi pada muda prosesnya masih panjang,” tutur Putri.
Meski demikian, hasil yang cukup menohok ini nyatanya tetap mendapat apresiasi dari kalangan pecinta sepak bola. Komentar dukungan dari warganet tampak membanjiri laman Instagram PSSI. Termasuk kedua mahasiswa USU tersebut, baik Rifqi maupun Putri sangat mengapresiasi kinerja dari Coach Sin Tae Young beserta perjuangan keras garuda muda hingga berhasil meloloskan diri di Final.
Mereka berharap leg 2 Indonesia mampu tampil lebih solid, untuk setidaknya tidak kemasukan lebih banyak gol.
“Aku bangga dengan timnas Indonesia pada tahun ini dibawah Coach Sin Tae Young karena progress nya sangat terlihat. Main santai, nothing to lose, ga perduli mau menang atau kalah, kita main bebas aja udah. Hajar Thailand!” ujar Rifqi.
Senada dengan Rifqi, Putri juga berharap tim nasional Indonesia mampu segera bangkit dan fokus menghadapi leg kedua.
“0-4 yg sangat menyakitkan. Berharap kali Timnas kita bisa recovery untuk main di leg 2 nanti, mental psikologisnya semua juga aman. Pokoknya comeback strongerlah. Tapi kalaupun nanti harus jadi runner up lagi yah gapapa udah God’s plan, toh juga AFF Championship 2022 udah didepan mata,ikhlasin yang udah terjadi dan fokus ke depan,” pungkas Putri.
Jelas leg kedua nanti akan dilalui dengan berat oleh pasukan garuda muda , karena untuk menang setidaknya Indonesia harus mampu mencetak 5 gol. Perjuangan memang belum usai, masih ada waktu untuk evaluasi dan berbenah diri. Mari berikan doa dan dukungan terbaikmu untuk Indonesia pada leg 2 Final Piala AFF 2020, Sabtu,1 Januari 2022. Lekas bangkit Garudaku!
Redaktur: Muhammad Fadhlan Amri
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.