SUARA USU
Film

First, Second and Third Love : Mengajarkan Pentingnya Waktu Bersama Keluarga

Oleh : Komariah Balqis

Suara USU, Medan. Film “Cinta Pertama, Kedua dan Ketiga” adalah film Indonesia yang dirilis di Jogja-Netpack Asian Film Festival 2021 pada 4 Desember 2021. Film ini disutradarai oleh Chand Parwez Servia dan Gina S. noer. Aktor serta aktris papan atas seperti Angga Yunanda, Putri Marino, Slamet Rahardjo dan Ira Wibowo juga turut membintangi film ini. Saat ini film “Cinta Pertama, Kedua dan Ketiga” bisa dinikmati melalui aplikasi berbayar Netflix dengan judul First, Second and Third Love. 

Film “Cinta Pertama, Kedua dan Ketiga” menceritakan tentang Raja yang terpaksa merawat dan menjaga ayahnya yang sudah tua karena kedua kakaknya telah berumah tangga dan meninggalkan rumah. Dewa, ayah Raja memiliki kesamaan dengan Raja yaitu sama-sama keras kepala sehingga keduanya sering beradu argumen dan selalu cekcok.

Kisah dimulai ketika Dewa bertemu dengan Linda, seorang wanita yang membuka kelas menari. Dewa yang mulai penasaran dan menaruh hati kepada Linda pun menunjukkan ketertarikannya dengan mengikuti kelas menari di tempat Linda. Tak hanya Dewa yang menemukan tambatan hatinya, namun Raja juga terpikat dengan Asia putri dari Linda yang ditemuinya ketika menemani ayahnya latihan menari. 

Asia dan Raja sama-sama sedang mengurus orang tua mereka masing-masing. Asia merupakan perempuan yang sangat ingin berbakti kepada ibunya yang menurutnya telah menyanyanginya dan melakukan banyak hal kepadanya. Pertemuan antara kedua keluarga ini menjadi cukup sering, hingga perasaan cinta antara Dewa dan Linda pun semakin meningkat.

Raja merasa senang karena Ayahnya telah menemukan tambatan hatinya, sedangkan di sisi lain Asia merasa kurang yakin dengan hubungan ayah Raja dan ibunya. Raja pun berusaha meyakinkan Asia mengenai kondisi kedua orang tua mereka. Namun sayangnya disaat Raja sedang berusaha meyakinkan Asia, ia malah jatuh hati kepada Asia. 

Film ini merupakan film yang layak ditonton untuk mengisi waktu luang. Meskipun demikian, ada beberapa hal yang menjadi perhatian dari film ini. Karena latar film ini adalah kondisi pandemi Covid-19, banyak durasi film yang dihabiskan untuk membahas protokol kesehatan sehingga alur cerita terasa kurang padat. Selain itu, film ini juga penuh dengan konflik yang tidak terselesaikan secara seharusnya. Alur cerita membawa konflik yang lain bahkan sebelum konflik yang lain terselesaikan dengan tuntas. Raja dan Dewa juga sulit mencari solusi dengan kepala dingin dan selalu berakhir dengan pertengkaran. Asia dan Linda juga sebenarnya tidak terlalu membantu, mereka seakan menjadi pelarian Raja dan Dewa.

Meskipun ada beberapa kekurangan kecil, film ini sangat pas ditonton Bersama keluarga. Film ini menyuguhkan makna keluarga dan meninggalkan pesan yang dalam kepada penonton, terutama perihal orang tua. Film ini mengajarkan tentang pentingnya memahami dan menghabiskan banyak waktu bersama orang tua yang mulai menginjak lanjut usia. Mengurus orang tua bukan hanya memenuhi kebutuhan pokok, namun juga kebutuhan yang lain seperti kasih sayang, perhatian, bermain dan hal-hal kecil lainnya. 

Redaktur : Fitri Dian Jannah


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

“The Boy and The Heron” (Kimitachi wa Dō Ikiru ka): Belajar Menerima dan Menemukan Makna Hidup di Tengah Kehilangan

redaksi

Tiger 3, Kembalinya Aksi Para Agen Elit!

redaksi

The Pursuit of Happyness, Kisah Inspiratif Penuh Harapan dan Kegigihan

redaksi