Oleh: Josephine Clara
Suara USU, Medan. Saat pasien dinyatakan kanker stadium 4 (IV), maka peluang hidupnya sedang dalam masa rentan. Cerita cinta, cita dan harapan yang belum terwujud menjadi mimpi yang paling didambakan di sisa hidup mereka.
Rama Hutabarat, penderita kanker otak yang pernah gigih menjalani perawatan, kini berbagi kisah perjuangan melawan penyakitnya. Pasien yang sebelumnya sudah melewati beberapa penyakit ganas inipun percaya bahwa semua yang ia alami adalah rencana Tuhan yang akan berujung baik dan indah.
Wanita tangguh ini sebelumnya sudah pernah menderita penyakit tumor rahim dan tumor getah bening. Pada tahun 2014 awal, Rama merasa ada benjolan didaerah payudara, dan betul, ia kembali didiagnosa penyakit kanker payudara.
Setelah 2 tahun berjibaku dengan treatment dan upaya-upaya kesehatan lainnya, kanker payudara Rama membaik. Tetapi bersamaan pada tahun itu, tahun 2016, dokter kembali menyatakan fakta menyedihkan bahwa kanker sudah bermetastase ke bagian otaknya dan dinyatakan hanya akan dapat bertahan hidup sekitar 1 tahun lagi.
Rama tetap kuat dan berupaya bersikap positif bahkan setelah melewati banyak fase kehidupan yang berat. Ia menjadikan sakit sebagai kekuatan dan celah untuk memberanikan diri serta memotivasi orang lain.
Pada tahun 2019 lalu, Rama dinyatakan sembuh dari penyakit kankernya. Mengatur pola hidup, meminimalisir stres, dan menjauhkan pikiran-pikiran negatif adalah cara ampuh yang ia tempuh untuk dapat bertahan sejauh ini. Ia juga menyibukkan diri dengan hal-hal positif seperti menulis dan saling support dengan sesama teman yang juga didiagnosa penyakit kanker.
“I love life” artinya kalau aku suka, aku berjuang, aku akan berupaya lebih untuk bertahan, sederhananya begitu,” tutur Rama dalam sebuah wawancara santai, Selasa (02/01/2021).
Dalam menjalani proses penyembuhan, Rama yakin ada beberapa hal yang memberinya kekuatan melawan kanker:
1. Support
Bagi Rama, dukungan-dukungan dari orang terdekat, baik itu keluarga, teman, dan sahabat atau bahkan orang lain sangat penting dan baik untuk mental.
“I really appreciate dukungan mereka dari bertahun-tahun lalu sampai detik ini. Mereka banyak memberi dukungan dengan cara apapun, dengan menjenguk, dengan bantuan-bantuan yang lainpun sangat-sangat mendukung. I have to admit bahwa aku juga butuh dukungan,” ungkap dia.
2. Aura Positif
Rama percaya bahwa di dalam diri seseorang itu ada aura negatif dan ada aura positif. Keduanya bisa menular pada orang lain, jadi akan lebih baik jika menguasai diri dengan aura positif agar bisa berbagi hal positif juga pada sekitar.
“Buat apa juga kita terlalu terpuruk dalam hal negatif. Kita menangis berhari-hari tidak akan mengubah bahwa kanker itu ada di dalam diri kita. Jadi daripada nangis, daripada marah-marah, daripada engga terima, ya lebih baik berupaya iklas, be happy be positive aja,” ungkap Rama.
3. Menjauhi diri dari Pantangan
Rama mengakui bahwa ada pantangan-pantangan yang harus ia hindari selama proses penyembuhan. Sebisa mungkin harus menjauhkan pikiran dari hal-hal negatif agar tidak stres. Kemudian, jam tidur harus cukup dan dikarenakan sedang berperang melawan penyakit ganas, maka pola makan juga harus diperhatikan agar energi tetap terjaga.
“Makanan tidak sembarangan dan harus seimbang. Kalau saya, makan makanan yang less carbo dan less sugar,” tutur Rama.
Rama berharap para pejuang kanker tetap gigih bertarung melawan ‘monster’ dalam tubuh. Ia juga berpesan bahwa yang paling penting harus tetap berdoa, harus tetap menyerahkan diri pada Yang Maha Kuasa karena Tuhan pasti punya rencana dibalik semua kejadian.
“Aku begitu percaya kalau Tuhan kasih banyak hal yang terjadi di hidup kita, terlepas itu sakit, itu berarti juga seizin Tuhan dan Tuhan pasti punya rencana yang baik, yang indah” ungkap Rama.
Penyunting: Zukhrina Az Zukhruf
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.