Oleh: Regita Ayuni Putri Ginting
Suara USU, Medan. “Menjadi mahasiswa itu bukan tentang berburu mendapatkan nilai A di setiap mata kuliah, tetapi tentang bagaimana caramu untuk dapat memanfaatkan kesempatan mengikuti kompetisi antar mahasiswa. Gapapa kalah, gapapa jadi juara terakhir. Kami mau berpartisipasi saja itu sudah prestasi bagi diri sendiri. Intinya, teruslah gali potensi diri!”
Begitulah ungkap Adek Al Zihan Khairani, mahasiswi sastra Indonesia stambuk 2020 yang baru-baru ini meraih juara 3 dalam Lomba Penulisan Karya Tulis Ilmiah pada Lomba peringatan Sumpah Pemuda Ke-49 yang diselenggarakan oleh STIE Anindyguna Semarang.
“Saya tertarik mengikuti lomba ini setelah saya pernah mengikuti Pilmapres FIB USU 2022 yang mewajibkan untuk membuat karya tulis ilmiah. Jadi melalui kesempatan ini, saya ingin terus mencoba lomba karya tulis ilmiah lagi, sekaligus mengasah kemampuan menulis saya”, ungkap Adek.
Perlombaan yang diadakan pada tanggal 30 Oktober 2022 itu dilaksanakan secara daring dengan timeline pendaftaran tanggal 28 Oktober – 09 November 2022, pengumpulan karya tanggal 30 Oktober – 09 November, dan pengumuman tanggal 12 November 2022.
Adek merasa bersyukur dalam pelaksanaan lomba, tidak ada kendala yang berarti karena ia memilih sub tema yang menurutnya mudah dan tidak merepotkan. Namun ia mengatakan bahwa persiapan lomba cukup mendadak karena ia baru mengirimkan karya di hari terakhir pengumpulan karena baru mendapat info h-3 deadline.
Untuk tema karya tulis sendiri, ditentukan oleh panitia dengan tema ‘Merajut Persatuan Membangun Asa di Era Digitalisasi’ dan sub temanya antara lain: pendidikan, teknologi, dan sosial budaya.
Adek sendiri memilih sub tema teknologi dan dari sub tema tersebut ia mengangkat judul ‘Pemanfaatan Multimedia sebagai Media Pengenalan Sastra Etnik Sumatera Utara’. Pada penelitian tersebut, ia mengambil salah satu cerita rakyat di Sumatera Utara, yakni Batu Gantung. Dengan karya tulis tersebut, ia berhasil meraih juara 3.
“Perasaan saya senang, walaupun hanya juara ketiga. Namun saya jauh lebih senang ketika saya mengetahui saingan saya yang berasal dari universitas ternama, salah satunya Universitas Brawijaya. Gapapa jura ketiga, yang penting saya sudah berusaha”, jelasnya.
Setelah mengikuti perlombaan, Adek mengungkapkan bahwa ia semakin jatuh hati dengan kegiatan menulis ilmiah.
“Dulu saya adalah orang yang paling anti dengan karya non-fiksi karena ribet. Dulu saya lebih suka karya fiksi karena kita bisa bebas berekspresi dan berekspektasi melampaui batas”.
Redaktur: Monika Krisna Br Manalu
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.