SUARA USU
Kabar SUMUT

Medan Membaca dan Kedai Sumatra Selenggarakan Nonton Bareng dan Diskusi KPK: The EndGame

Oleh: Muhammad Fadhlan Amri

Suara USU, MEDAN. Kepedulian masyarakat terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) nampaknya masih cukup tinggi. Hal ini dapat diindikasikan salah satunya dengan pemutaran film dokumenter KPK: TheEndGame, yang masih terus menyebar di beberapa titik lokasi di sejumlah kota di Indonesia. Salah satu lokasi pemutaran film dokumenter di Kota Medan ada di Kedai Sumatra, yang terletak di Jl. Ps. 1 No.48, Tj. Sari, Kecamatan Medan Selayang.

Tepatnya pada Sabtu (12/06) lalu, berkolaborasi dengan komunitas Medan Membaca, kegiatan nonton bareng dan diskusi tentang film dokumenter yang diproduseri WatchDoc ini berlangsung. Acara bermulai sekitar pukul 15.00 WIB dan dipandu langsung oleh Nikmal Abdul dari Medan Membaca, yang juga merupakan penyuluh anti korupsi.

Anas Alfarizi, Wakil Presiden Mahasiswa Kabinet Reka Cipta

Tak hanya itu, acara ini juga mengundang filmmaker kawakan asal Sumatera Utara, Andi Hutagalung. Hadir pula beberapa tokoh mahasiswa seperti Abdul Halim mahasiswa jurusan As-Siyasah, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. Ada juga Anas Alfarizi dari Pemerintahan Mahasiswa Universitas Sumatera Utara, yang juga merupakan Wakil Presiden Mahasiswa. Selain Anas, ada juga Hamas Maulana yang merupakan Mentri Kebijakan Kampus dari Pemerintahan Mahasiswa Kabinet Reka Cipta.

Setelah dibuka oleh moderator, kegiatan nobar berlangsung dari pukul 15.00-17.30 WIB. Kemudian acara dilanjutkan dengan diskusi dari para peserta nonton bareng. Diskusi dan pemaparan pandangan dari para peserta kegiatan kali ini. Tanggapan dan diskusi mengangkat berbagai sudut pandang, seperti yang di sampaikan Abdul Halim. Mahasiswa UINSU ini menilai film ini terlalu alot dan kebanyakan wawancara dan mengakibatkan penonton bosan.

“Film ini sebenernya bagus, tapi dia disajikannya agak terlalu monoton, jadi agak sedikit membosankan dari alur filmnya,” ucapnya.

Menanggapi hal ini Andi Hutagalung yang merupakan pakar dalam dunia perfilman menyampaikan bahwa hal ini karena film yang diusung Dandhy Laksono dkk. ini menggunakan metode naratif, sehingga kurang memaksimalkan alur yang ada. Terlebih dengan waktu pembuatan yang relatif singkat karena mengejar isu, membuat film kurang optimal.

“Jadi film dokumenter itu ada banyak metodenya, salah satunya ini tadi menggunakan metode naratif. Film ini menjadi kurang optimal karena keterbatasan waktu jugak, karena ada isu yang dikejar, ada dramaturgi-nya dia.Dan ini kalo dibandingkan dengan Sexy Killer kemarin, dia cuma 1 bulan-an proses pengerjaannya, jadi kenapa kebanyakan wawancara karena itu tadi, metode naratif,” jelasnya.

Total ada 5 peserta nobar dan diskusi kali ini yang mendapatkan kesempatan berpendapat serta mendapatkan buku dari Medan Membaca. Diakhir diskusi, ketua Medan Membaca, Peranita Sagala. Wanita yang akrab dipanggil Pera ini menyampaikan bahwa film ini merupakan rangkaian penting, catatan sejarah bagaimana negara ini begitu menghargai koruptor.

Para peserta kegiatan mendapatkan cenderamata 1 sticker dan 1 pin.  

“Diawal sudah kami sampaikan, bahwa di Medan Membaca ada divisi Penyuluhan Anti Korupsi, kita ingin melakukan perubahan. Dan kegiatan ini merupakan salah satu dari itu. Saya pribadi yang berkecimpung dari kegiatan anti korupsi, proses pemilihan pimpinan KPK dari seleksi sampai sekarang kita udah punya firasat buruk dari pimpinan, revisi UU KPK dan ini dampak kecilnya saja. Ini menjadi catatan sejarah, bahwa negara kita menghargai koruptornya, menjaga koruptornya,” ucapnya.

“Mereka yang dipecat tetap optimis, tidak ada penyesalan karena berjuang sampai akhir. Dan harapannya kita yang menonton mudah-mudahan dari film ini berjuang bersama-sama. Dan terimakasih atas Kedai Sumatra atas kolaborasi kebaikannya,” tutup Pera.

Reni, salah satu penyuluh anti korupsi menyampaikan bahwa dengan adanya kegiatan ini dia berharap bahwa ghirah dan perjuangan mahasiswa dapat kembali muncul dan hadir di tengah-tengah masyarakat.

“Kita pengen liat nih, ada spirit dan ghirah mahasiswa yang para pejuang, para aktivis. Ayok sama-sama kita melawan korupsi, dan di Medan Membaca juga ada divisinya,” pungkas Reni.

Redaktur: Yulia Putri Hadi

Related posts

Kejagung RI Goes To Fakultas Hukum USU Terlaksana, Berikut Pesan dari Ketua IKA FH

redaksi

Analisis Pemberian Punishment dan Reward terhadap Kinerja Pegawai Bank Sumut Syariah Cabang Medan Ringroad

redaksi

Tingkatkan Percaya Diri Anak Melalui Pengembangan Bakat Bersama Mahasiswa Kesejahteraan Sosial

redaksi