Oleh: Azka Zere/Anggie Syahdina/Salsabila Rania
Suara USU, Medan. Menjadi seorang jurnalis adalah pekerjaan yang luar biasa, banyak pengalaman serta ilmu yang bisa didapat dari berbagai hasil liputan, mulai dari perjalanan bertemu petinggi negara, mengungkap kelicikan pemerintah, sampai pada setiap perjalanan mendatangi narasumber.
Muhammad Tok Wan Haria merupakan seorang wartawan senior di Sumatera Utara, yang berinisiatif menjadikan rumahnya sebagai Museum Pers di Medan.
didirikan sejak November 2019, museum yang berlokasi di Jalan Sei Alas No.6, Sei Sikambing D, Kecamatan Medan Petisah, museum ini menyimpan ratusan arsip koran yang dapat membuat kita melihat bagaimana kualitas berita serta isu yang hangat diperbincangkan di tahun 90an.
Museum ini awalnya hanya rumah pribadi yang bertujuan menyimpan kenangan serta hasil karya milik TWH. Namun karena merasa banyak dokumentasi yang bernilai sejarah serta memiliki, maka TWH memutuskan untuk menjadikan edukasi sebagai museum perjuangan pers.
Selain menyajikan arsip koran yang pernah ditulis oleh TWH, museum ini juga menyajikan informasi pejuang-pejuang pers di koran Medan terlebih dahulu berjuang untuk menyajikan informasi untuk masyarakat Medan. Tak lupa pahlawan-pahlawan nasional Kota Medan juga disajikan di museum ini, selain kita bisa mengetahui mengenai perjuangan di tahun 90an, kita juga bisa mengetahui pahlawan nasional asal Medan yang ikut berjuang untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Sebelum memasuki rumah yang berisi arsip koran dan foto, di depan museum ini juga disajikan pondok baca, yang harapannya bisa memfasilitasi tamu yang datang dan ketika ingin membaca buku hasil karya TWH atau sekadar diskusi bisa menggunakan pondok baca tersebut.
Lukisan mengenai perjuangan juga ditampilkan pada teras rumah dengan beberapa dokumentasi kunjungan yang sudah hadir untuk mengapresiasi museum perjuangan tersebut, sehingga kita lebih tertarik untuk bisa melihat ke dalam.
Di bagian tengah rumah dipenuhi oleh foto serta arsip koran yang ditulis TWH, kemudian buku yang pernah ditulis, serta kisah perjalanannya selama menjadi wartawan.
Kemudian di bagian kamar yang dahulu merupakan ruang kerja TWH disajikan beragam buku tentang sejarah dan agama, banyak buku hasil karya TWH yang terpanjang rapi di rak buku. Satu hal yang menarik adalah di museum ini disajikan album foto keadaan kota Medan terlebih dahulu, di mana masih banyak transportasi menggunakan hewan dan bangunan dengan jalan yang hanya berupa tanah.
Di bagian belakang disajikan foto gubernur dari awal kota Medan berdiri, lengkap sampai dengan Gubernur Kota Medan saat ini, sehingga untuk mengetahui sosok pemimpin yang telah memajukan Kota Medan dapat mengetahui siapa sosok dibaliknya.
Selama berkunjung disini kalian akan dipandu oleh cucu TWH yang akan menjelaskan informasi dari setiap koran dan buku yang tersedia di museum ini, pemilik rumah ini sendiri tidak merasa masalah jika kita ingin bertanya dan diskusi soal pers di zaman dahulu dan zaman sekarang. TWH sangat terbuka untuk tamu yang ingin berkunjung hanya sekedar ingin mengetahui sejarah pers di Kota Medan atau melakukan penelitian di museum ini.
“Ada kemarin yang berkunjung, katanya mau dijadikan bahan untuk skripsinya. Alhamdullilah saya senang bisa membantu dalam pengerjaan skripsinya. Ketika mereka sudah menyelesaikan masa studinya mereka kembali ke sini dan menyerahkan hasil salinan skripsinya tentang museum ini, saya sangat senang menerimanya,” ungkap TWH.
Bagi Sobat Suara USU yang ingin berkunjung, museum ini dibuka pada hari Senin sampai Minggu pukul 10.00-17.00 WIB. Ayo kita datang dan menggali informasi sebagai apreasi terhadap sejarah.
Redaktur: Yessica Irene
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.