Penulis : Keyvin, Armold, Daud
Suara USU, Medan. Lake Toba Film Festival 5.0 merupakan ruang apresiasi, edukasi, dan diskusi perfilman di kawasan Sumatera Utara. Festival ini mengangkat tema “Unity in Locality” yang artinya membangun kolaborasi untuk para penggiat film dari sekitar Danau Toba untuk menyajikan kisah cerita lokal ke dalam film. Event ini telah diadakan pada 2-4 September 2022.
Sejak 2016, setiap tahunnya Rumah Karya Indonesia mengadakan event Lake Toba Film Festival 5.0 dan tahun ini berkesempatan dilaksanakan di Dolok Sipiak Nauli, Parapat, Simalungun, Sumatera Utara. Event ini berupaya membangkitkan ekosistem film melalui sineas —ahli perfilman— muda yang secara khusus bersentuhan langsung dengan Danau Toba.
Pada hari Jumat (2/9), acara diawali dengan Awarding Night sebagai ruang apresiasi terhadap pelaku dan karya film di Sumatera Utara. Acara ini dibuka oleh Ahmad Mahendra selaku Direktur Perfilman, Musik, dan Media di Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi.
Pada hari kedua, karsa loka yang merupakan ruang diskusi antar sineas. Karsa loka pertama mengusung tema “Membangun Ekosistem Perfilman di Sumut” dengan Ahmad Mahendra, serta dilanjutkan dengan karsa loka kedua dengan tema “Merangkul realitas perfilman di Sumatera Utara” antara 40 filmmaker yang hadir.
Pada hari minggu, acara berlanjut pada hunting lokasi yang bertujuan sebagai referensi para filmmaker memperkaya data base dengan mengunjungi beberapa lokasi di Simalungun yang dapat menjadi tempat syuting film (4/9).
‘’Kita berkonsentrasi pada 40 filmmaker yang hadir, bagaimana kita bisa memberikan pandangan dan menyatukan suara-suara. Kami berharap acara ini bisa menjadi motivasi 40 filmmaker yang kembali ke daerahnya dapat membuat festival juga karena kita butuh banyak ruang apresiasi film”. Ucap Ori Sumoko salah satu inisiator Lake Toba Festival Film 5.0.
Beberapa film yang ditayangkan diantaranya adalah Demi Dewi karya sutradara Charlez Gozali, Pelipur Lara karya sutradara M. Ghaly Baihaqy, Lagu Untuk Anakku karya sutradara Shalahudin Siregar dan A Thousand Midnight In Kesawan karya sutradara Djenni Buteto dan Hendry norman.
Sebelumnya, dunia perfilman di Sumatera Utara sedang menjadi sorotan sejak tayangnya film Ngeri-Ngeri Sedap yang mengambil lokasi syuting di danau toba dan cerita lokal. Ini menjadi satu peluang bahwa film di Sumatera Utara pantas untuk diperhatikan.
Redaktur : Fitri Dian Jannah