Reporter: Putri Adliani
Suara USU, Medan. Harga sejumlah komoditas bahan pokok mengalami kenaikan sejak awal tahun 2024 (menjelang pilpres) hingga lebaran. Salah satunya harga beras di Indonesia pada Februari 2024 mencapai rekor tertinggi dalam sejarah, yaitu Rp18.000 per kilogram. Kenaikan harga bahan pokok yang terjadi belakangan ini turut berdampak pada mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di luar kota asalnya. Terkhususnya ikut dirasakan oleh beberapa mahasiswa indekos atau perantau yang sedang menempuh pendidikan tinggi di Universitas Sumatera Utara (USU).
Tentunya sangat berdampak ya bagi anak kos, contohnya harga nasi padang masih ada yang dapat Rp11.000 – Rp12.000 eh pas menjelang pemilu sampai menyambut lebaran beberapa tempat malah naik jadi Rp13.000 – Rp15.000. Kenaikan harga ini meskipun terhitung sedikit tapi itu sangat berdampak bagi anak kos,” ungkap Indri Siregar mahasiswa prodi Akuntansi stambuk 2021. Selain itu, semenjak kenaikan harga tersebut, ia meminta dikirimin bahan pokok atau makanan dari orangtua di kampung untuk mendukung pasokan bahan pokok ketika masak sendiri.
Menurutnya kenaikan harga bahan pokok ini disebabkan oleh faktor peningkatan permintaan di hari-hari besar, spekulasi pasar, serta bisa berkaitan dengan faktor politik seperti kebijakan pemerintah terkait impor atau subsidi.
Indri berharap pemerintah dapat mengatasi kenaikan harga bahan pokok dengan tepat demi kesejahteraan masyarakat. “Harapannya pemerintah dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengatasi masalah kenaikan harga bahan pokok ini, baik melalui regulasi pasar yang lebih baik, subsidi yang tepat sasaran, atau langkah-langkah lain yang dapat membantu menjaga stabilitas harga dan kesejahteraan masyarakat,” ungkap Indri.
Azyumardi Azra mahasiswa FISIP stambuk 2021 mengungkapkan bahwa dirinya kini harus ekstra cermat dalam mengalokasikan uang bulanan yang dikirim orang tuanya.
“Jadi ya saya mengutamakan membeli bahan pokok yang naik sehingga berimbas kepada ekonomi mahasiswa rantau dalam hal manajemen keuangan. Saya jadi lebih pikir-pikir dulu membeli hal yang bukan pokok karena bahan pokok lebih penting ketimbang barang lainnya,” ucap Azyumardi.
Menurut Azyumardi, dampak kenaikan harga itu cukup terasa. Sebab, mahasiswa perantau seperti dirinya sangat sering membeli makanan di warung dan cateringan rantangan yang turut mengalami kenaikan harga. Hal ini mendorong dirinya untuk menghemat keuangan ketika berbelanja maupun menghemat penggunaan bahan pokok tersebut. “Kadang kala saya memikirkan alternatif mencari yang termurah dan berharap kepada makanan gratis yang biasa didapatkan pada Jumat berkah di beberapa masjid tertentu,” ujarnya.
Berbeda dengan Fitriana Sinaga mahasiswa FIB 2021, adanya kenaikan harga bahan pangan menyebabkan dirinya malas memasak makanan sendiri yang notabenenya jauh lebih sehat. “Kami anak kost jadi malas belanja yang artinya malas juga masak karna merasa lebih banyak pengeluaran kalau belanja ketimbang beli lauk aja,” ungkap Fitriana.
Sementara itu, Flora mahasiswa FISIP 2021, mengatakan, dirinya memilih membeli makanan dari warung yang tak menaikkan harga jual. Hal ini agar uang kiriman dari orang tuanya tetap bisa mencukupi kebutuhan. “Aku biasa beli lauk Rp7.000 sudah sama sayur tapi sekarang kalau mau beli lauk pakai sayur uda naik seribu atau dua ribu, tapi aku pasti nyari yang lebih murah,” ucapnya.
Lebih lanjut Flora menanggapi kenaikan harga ini merupakan fenomena yang lumrah pada hari-hari besar tertentu. Menurutnya, ini suatu kebijakan yang memberatkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Ia berharap pemerintah harusnya mengambil langkah-langkah mitigasi untuk menjaga stabilitas harga dan pasokan pada hari-hari besar.
“Pemerintah seharusnya bisa gercep mengatasi fenomena ini. Nah buat mengatasi kan pasti harus tau faktor penyebabnya dulu. Faktornya mungkin bisa dikarenakan karena pas lebaran atau hari raya tertentu dimana permintaan barang yang meningkat tapi disaat yang sama malah stok barang menipis, tapi ada juga kadang spekulasi pedagang, yang pedagangnya itu menahan barang supaya kelihatan seolah-olah sedikit jadi dengan itu dia bisa jadiin alasan buat naikin harga barang terus dapat untung lebih besar, buat pedagang yang begini harus ditindak tegas sama pemerintah. Dan juga pemerintah harus ningkatin produksi barang biar ga kekurangan saat hari tertentu,” tutup Flora.
Redaktur : Grace Pandora Sitorus
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.