Oleh: Agus Nurbillah
Suara USU, MEDAN. Publik tentunya masih ingat dengan “maju-mundur cantik”- nya Syahrini bukan? Maju-mundur cantik itu menjadi ciri khas Syahrini sampai hari ini. Namun ternyata maju-mundur, maju-mundur bukan hanya milik Syahrini, tetapi juga pencairan dan KIP-K mahasiswa USU.
Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K) sebagai program bantuan biaya kuliah atau pendidikan dari pemerintah tentunya sangat diharapkan bagi sebagian mahasiswa. Pencairan KIP Kuliah di Universitas Sumatera Utara saat ini sedang diproses, namun tidak jarang mahasiswa mengeluhkan lamanya proses pencairan KIP Kuliah tersebut,
Berbeda dengan KIP-K yang diterima oleh mahasiswa stambuk 2020 ke atas, Bidikmisi yang diterima mahasiswa stambuk 2019 ke bawah sudah terlebih dahulu cair (14/10/2021). KIP-K merupakan program bantuan pengganti Bidikmisi. Besar uang yang akan diterima mahasiswa KIP-K adalah Rp 6,6 juta/mahasiswa, hal ini meliputi living cost Rp 4,2 juta ditambah dengan biaya pendidikan Rp 2,4 juta per mahasiswa, biaya ini akan cair selama satu semester sekali.
R.Andini mahasiswi Teknik Elektro 2020 mengatakan pencairan KIP-K di USU biasanya tidak lama seperti sekarang ini. Dirinya juga heran dengan keterangan status pengajuan KIP-K USU yang sudah beberapa kali berganti tanggal pengajuan.
“Sedikit meresahkan ya. Karena berita simpang siur, dan mendengar kampus lain sudah cair namun dari kampus kita belum ada info lanjutan tentang pencairan dana, karena tidak biasanya terkait pencairan dana KIP K waktunya selama ini. Yang lebih mengherankan adalah dari akun KIP yang saya miliki, beberapa kali keterangan pengajuan dan proses dari PUSLAPDIK info ini kami tunggu hampir 4 bulan, namun tidak juga kami dapat kabar gembira terkait cairnya dana KIP-K.
Andini mengatakan bahwa lambatnya pencairan dana kali ini mungkin dikarenakan banyaknya pihak yang terlibat yang menghambat pencairan dana.
“Mungkin karena melibatkan beberapa pihak penyebab salah satu faktor keterlambatan pencairan dana tersebut,” lanjut Andini
Tentunya hal ini membuat lama proses pencairan, sehingga Andini beserta mahasiswa penerima KIP-K lainnya turut mengeluhkan hal ini. Karena bagi Andini, dan teman-teman lainnya dana KIP-K amat penting bagi kehidupan mereka selama berkuliah.
“Karena saya sendiri sangat membutuhkan uang tersebut sebagai tambahan biaya dari orang tua untuk membeli laptop, dimana laptop peninggalan kakak sudah sangat lama dan tidak sanggup menginstal beberapa aplikasi yang di terapkan oleh dosen mata kuliah. Saya selalu dihantui oleh fikiran dimana uang KIP-K tidak cair cair, sedangkan setelah UTS saya harus mengikuti lab online dan mendownload beberapa aplikasi yang di sarankan tersebut,” ungkap mahasiswi Fakultas Teknik ini.
Melalui UKM Gamadiksi USU bersumber dari BKK USU (12/10/2021), menyebutkan beberapa alasan terkait lamanya pencairan KIP-Kuliah di Universitas Sumatera Utara dibanding dengan universitas lainnya:
- Pihak Gamadiksi telah menanyakan kesekian kalinya kepada pihak biro terkait pencairan living cost dan mendapatkan respon bahwa pengajuan sudah dilakukan dan sedang diproses.
- Status pada laman Sipbesar saat ini dalam instruksi pencairan, dan pada laman KIP-K diproses oleh Puslapdik
- Untuk proses pencairan melibatkan beberapa pihak, bukan hanya satu atau dua saja. Sehingga faktor keterlambatan bukan hanya satu faktor saja melainkan ada beberapa faktor yang terlibat.
- Mengapa beberapa kampus sudah cair living cost-nya ? Tentunya pencairan living cost juga berdasarkan wilayah (barat, tengah, timur), misalnya kampus-kampus di wilayah barat harus seluruhnya sudah mengirimkan berkas agar pencairan dapat dilakukan sekaligus. Dalam pengajuan pastinya ada antrean dan melewati beberapa proses di bagian kementeriannya. Hingga memang jawabannya sedang diproses.
Satria Ananda Prima Ditaris, mahasiswa Fisika 2020 turut mengeluhkan lambannya dan tak konsistennya tanggal pencairan KIP-K di USU. Sebagai penerima KIP-K tentu dirinya sangat membutuhkan biaya dari KIP-K ini, mulai dari membeli perlengkapan kuliah, seperti alat tulis maupun buku-buku referensi mata kuliah.
“Saya sebagai salah satu mahasiswa penerima bantuan KIP-K, merasa cukup kecewa dengan lambatnya proses pencairan uang saku mahasiswa KIP-K, hal ini karena tanggal pengajuan pada laman resmi KIPK yang terus berubah-ubah sejak bulan Juli hingga Oktober,” ungkap Satria.
Satria juga menceritakan kesulitannya. Terlebih untuk membeli kuota internet, karena menurutnya kuota internet sebesar 15 GB dari pemerintah tidak cukup untuk kuliah online, ditambah biaya memperbaiki perangkat yang digunakan untuk kuliah serta pengeluaran lainnya.
“Saya sendiri sebagai mahasiswa yang hidup dengan uang saku kipk tersebut jujur merasa kesulitan, karena uang saku tersebut biasa saya belikan perlengkapan untuk kuliah, seperti alat tulis maupun buku-buku referensi mata kuliah. Terkadang uang tersebut saya gunakan juga untuk membeli paket internet, karena menurut saya paket internet sebesar 15 GB dari pemerintah tidak cukup untuk kuliah apalagi untuk kebutuhan yang lain. Belum lagi beberapa waktu yang lalu perangkat yang biasa saya gunakan untuk kuliah rusak dan butuh biaya untuk memperbaikinya,” papar mahasiswa FMIPA ini.
Mahasiswa berharap KIP-K semester ini cepat diproses dan cair agar mereka bisa membeli berbagai keperluan kuliah. serta kepada pemerintah agar dapat memperbaiki sistem administrasi supaya proses seperti ini cepat tersalurkan kepada orang yang membutuhkan, terkhusus mahasiswa. Selain itu mahasiswa juga menginginkan agar pihak kampus bisa meningkatkan kinerja supaya lebih baik untuk ke depannya.
“Untuk bapak/ibu dosen yang kami hormati, semoga bisa mengerti keadaan kami yang banyak kekurangannya dalam kelas online ini, karena juga kami mengharapkan pengajaran yang baik yang kami dapatkan. Keadaan kami para mahasiswa yang membutuhkan dana tersebut sebagai tambahan biaya untuk fasilitas pendidikan diluar kampus selama kuliah online/daring, dalam jaringan,” harap Andini.
Redaktur: Muhammad Fadhlan Amri
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts sent to your email.